BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keterbelakangan Mental atau lazim disebut Retardasi Mental (RM) adalah suatu keadaan dimana keadaan dengan Intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah Intelegensi yang terbelakang. Retardasi Mental disebut juga Oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau Tuna Mental. Keadaan tersebut ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata dan disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau berprilaku adaptif.
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya. Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan umum
Menjelaskan asuhan keperawatan atelektasis
1.2.2. Tujuan khusus
a. Mengetahui dan memahami pengertian Retardasi Mental.
b. Mengetahui dan memahami etiologi Retardasi Mental.
c. Mengetahui dan memahami patofisilogi dan patoflow Retardasi Mental.
d. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis Retardasi Mental.
e. Mengetahui dan memahami pemeriksaan pada pasien dengan Retardasi Mental.
f. Mengetahui dan memahami pencegahan dan pengobatan Retardasi Mental.
g. Mengetahui dan memahami komplikasi Retardasi Mental.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Definisi
Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
Retaldasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi dibawah rata-rata dan gangguan dalam ketrampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun (Mansjoer,2001)
Retardasi mental adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul beramaan dengan kurangnya perilaku adatif, awitannya sebelum usia 18 tahun (Wong,2003).
Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kecerdasan yang mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan. Hal ini bermanifestasi dengan perkembangan yang abnormal dan berkaitan dengan kesukaan belajar dan adaptasi social (Sacharin et al,1999)
2.2. Anatomi dan Fisiologi
Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh Anda. Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental. Sebaliknya, apabila otak terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental juga bisa terganggu.
Bagian-bagian otak:
1. Cerebrum (Otak Besar)
2. Cerebellum (Otak Kecil)
3. Brainstem (Batang Otak)
Gambar: Bagian-bagian otak
1. Cerebrum (Otak Besar)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
· Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
· Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
· Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
· Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Gambar: bagian-bagian cerebrum
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.
2. Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.
3. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak kita kenal terlalu dekat dengan kita.
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
· Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
· Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
· Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.
Pada anak dengan Retardasi mental terjadi kerrusakan otak karena faktor tertentu sehingga otak tidak dapat berkembang secara normal. Hal tersebut menyebabkan fungsi otak dan bagian-bagiannya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2.3. Etiologi
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1 (W.F. Maramis, 2005: 386-388) faktor-faktor penyebab retardasi mental diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental.
Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dll. ke dalam tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi, karena masuknya “racun” atau obat yang semestinya dibutuhkan.
b. Gangguan metabolisme pada anak < 6 tahun
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan.
c. Penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif, radang, dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan mental.
d. Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu.
e. Tekanan batin pada anak usia < 6 tahun
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya tekanan batin yang berat pada masa kanak-kanak.
f. Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak.
2.4. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal (IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa, kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
2.5.
Patoflow
RETARDASI MENTAL
|
Gangguan metabolisme pada anak < 6 tahun
|
Infeksi/intoksinasi
|
Tekanan batin pada anak < 6 tahun
|
Penyakit otak yang nyata
|
Prematuritas
|
Deprivasi psikososial
|
Anak mengalami depresi berat
|
Lahir < 38 minggu/ < 2500 gr
|
Penyakit bawaan sejak lahir
|
Suplai nutrisi ke tubuh berkurang
|
Pembentukan otak belum sempurna
|
Mobilitas fisik tidak seimbang
|
Gangguan Komunikasi Verbal
|
Resiko Cidera
|
Keterlambatan perkembangan motorik kasar dan halus
|
Hemister kanan
|
Hemister kiri
|
Keterlambatan perkembangan bahasa, sosial dan kognitif
|
Kurang kebutuhan psikosial
|
Perkembangan terganggu
|
Kesulitan adaptasi sosial
|
Gangguan Interaksi Sosial
|
Obat yang dikonsumsi ibu
|
Disalurkan ke janin
|
Otak kekurangan suplai nutrisi
|
Racun merusak jaringan otak
|
Janin keracunan
|
Perkembangan otak anak terganggu
|
Defisit Perawatan Diri
|
disfungsi otak
|
Gangguan Aktivitas Fisik
|
Tumbang anak terlambat
|
Perubahan mobilitas fisik
|
Ktidakmampuan fisik dan mental
|
2.6. Manifestasi Klinis
Pada dasarnya RM merupakan gangguan yang menyangkut sseluruh fungsi yang ada pada manusia yaitu fungsi fisik, fungsi psikologis dan fungsi sosial. Gejala klinis pada RM:
a. Perkembangan biologik yang terhambat
b. Kemampuan adaptasi sosial yang terhambat
c. Perkembangan proses berfkir yang mengalami kegagalan
Piaget memberikan gambaran tentang perkembangan kognitif ini melalui urutan-urutan:
- fase sensori motor (0-2 th)
- fase pra operasional (2-6 th)
- fase operasional konkrit (6-12 th)
- fase operational formal (>12 th)
Menurut Piaget, apabila seseorang mampu mencapai taraf perkembangan kognitif sampai fase operasional formal secara sempurna, maka kemampuan berfikirnya telah mencapai taraf perkembangan proses berfikir orang dewasa yang normal. Pada anak RM, biasanya perkembangan kognitif hanya mencapai taraf pra operasional.
2.7. Komplikasi
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
2.8. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Diagnostik
- EEG (Elektro Ensefalogram)
- MRI (Magnetic Resonance Imaging)
- CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan
b. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan kromosom
- Pemeriksaan urin, serum atau virus
2.9. Tingkatan Retardasi Mental
a. Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)
Karakteristik:
- Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, tetapi terlambat dalam kemampuan berjalan, bicara, makan sendiri, dll
- Usia sekolah, dapat melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dengan pendidikan khusus, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
- Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan menikah tetapi tidak dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi.
b. Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7 tahun)
Karakteristik :
- Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
- Usia sekolah, dpt mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tdk ada kemampuan membaca dan berhitung.
- Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dlm rekreasi, dpt melakukan perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tdk bisa membiayai sendiri.
c. Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)
Karakteristik :
- Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar spt makan.
- Usia sekolah, gangguan spesifik dlm kemampuan berjalan, memahami sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
- Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.
d. Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Karakteristik :
- Usia prasekolah retardasi mencolok, fs. Sensorimotor minimal, butuh perawatan total.
- Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental bayi muda.
- Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan kelainan fisik.
2.10. Penatalaksanaan
a. Medis
- Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan.
- Memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini: perawatan prenatal, pengawasan kesehatan reguler dan pelayanan dukungan keluarga.
b. Non-medis
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita retardasi mental, yaitu:
- Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan dan berpakaian sendiri, dst.
- Latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap sosial.
- Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita.
- Latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang baik dan buruk secara moral.
c. Farmakologi
- Obat-obat psikotropika (tioridazin, Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri).
- Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.
- Antidepresan ( imipramin (Tofranil))
- Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
2.11. Pencegahan
Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi mental dapat dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
a. Pencegahan Primer
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan:
1) Pendidikan kesehatan pada masyarakat,
2) Perbaikan keadaan sosial-ekonomi,
3) Konseling genetik,
4) Tindakan kedokteran, antara lain:
- Perawatan prenatal dengan baik,
- Pertolongan persalinan yang baik,
- Pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1. Pengkajian
Pengkajian dapat dilakukan melalui:
1. Anamnesa
Mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak.
2. Evaluasi komprehensif
Mengenai kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.
3. Pemeriksaan fisik :
a. Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah
c. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas, dll
e. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi
f. Geligi : odontogenesis yang tdk normal
g. Telinga : keduanya letak rendah; dll
h. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i. Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
k. Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll
l. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
m. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
4. Pemeriksaan Diagnostik :
a) EEG (Elektro Ensefalogram)
b) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
c) CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan
3.2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan komunikasi verbal b.d. keterlambatan perkembangan bahasa, sosial dan kognitif
2. Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan adaptasi sosial.
3. Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan perkembangan.
4. Gangguan aktivitas fisik b.d ketidakmampuan fisik dan mental.
5. Resiko cidera b.d mobilitas fisik tidak seimbang.
3.3. Intervensi
Dx 1 : Gangguan komunikasi verbal b.d. keterlambatan perkembangan bahasa, sosial dan kognitif.
Tujuan : Klien dapat berkomunikasi dengan baik.
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan perawatan di rumah sakit pasien dapat berkomunikasi secara baik dengan orang lain.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji tingkat penerimaan pesan klien
2. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil
3. Berikan instruksi berulang dan sederhana
4. Ajarkan teknik-teknik kepada orang terdekat dan pendekatan berulang untuk meningkatkan komunikasi.
|
- Mengetahui seberapa parah gangguan komunikasi verbal pasien.
- Untuk tetap melancarkan proses pengobatan / melatih perkembangan anak
- Agar anak bisa menerima hal apa yang akan kita sampaikan
- Mempermudah berkomunikasi dengan orang lain
|
Dx 2 : Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan adaptasi sosial
Tujuan : Klien dapat merasakan kewajaran saat berinteraksi seperti orang lain
Kriteria Hasil : Setelah dirawat dirumah sakit klien dapat berinteraksi secara normal dengan orang lain setelah dirawat dirumah sakit klien dapat bersosialisasi dengan masyarakat
Intervensi
|
Rasional
|
1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
2. Ciptakan lingkungan yang aman saat berinteraksi dengan siapapun
3. Bina hubungan saling percaya : sikap terbuka dan empati, sapa klien dengan ramah, pertahankan kontak mata selama interaksi
4. Dorong anak melakukan sosialisasi dengan orang lain
5. Dorong klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarga
|
- Meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain
- Tidak merasa canggung, tegang, atau takut saat berinteraksi
- Meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dengan perawat, dan mempermudah perawat untuk berinterksi dengan anak
- Klien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain
- Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien dalam berhubungan dengan orang lain
|
Dx 3 : Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan perkembangan.
Tujuan : Klien dapat melakukan perawatan diri walau hanya sebagian.
Kriteria Hasil : Setelah dirawat di rumah sakit klien dapat melakukan perawatan diri
Intervensi
|
Rasional
|
1. Diskusikan tentang keuntungan melakukan perawatan diri
2. Diskusikan tentang kerugian tidak melakuakn perawatan diri
3. Dorong dan bantu anak melakukan perawatan sendiri
4. Beri pujian atas keberhasilan klien melakukan perawatan diri
|
- Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri
- Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
- Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
- Reinforcement positif dapat menyenangkan hati klien dan meningkatkan minat klien untuk melakukan perawatan diri
|
Dx 4: Gangguan aktivitas fisik b.d ketidakmampuan fisik dan mental.
Tujuan: Klien dapat melakukan aktivitas fisik seperti anak normal walau hanya sebagian.
Kriteria hasil: klien dapat melakukan aktivitas fisik dasar.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Diskusikan tentang keuntungan melakukan aktivitas fisik
2. Diskusikan tentang kerugian tidak melakuakan aktivitas fisik.
5. Dorong dan bantu anak melakukan aktivitas fisik.
6. Beri pujian atas keberhasilan klien melakukan aktivitas fisik.
|
- Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya aktivitas fisik.
- Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan aktivitas fisik
- Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan aktivitas fisik
- Reinforcement positif dapat menyenangkan hati klien dan meningkatkan minat klien untuk melakukan aktivitas fisik
|
Dx 5: Resiko cidera b.d mobilitas fisik tidak seimbang.
Tujuan: anak akan kooperatif dengan peraturan rumah sakit dan dapat mengatur keamanan semampu anak, sehingga akan bebas dari kemungkinan kecelakaan dan cidera.
Kriteria hasil: Anak akan terbebas dari kecelakaan, melaksanakanperaturan rumah sakit dan tidak menelan bahan beracun.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Diskusikan pertolongan pertama pada kecelakaan (contoh : kursi roda dan peralatan khusus lainnya.
2. Observasi mulut jika tertelan benda selain makanan.
3. Tetap bersama anak samapi obat ditelan dan perhatikan efek samping dari pengobatan.
4. Jelaskan/ demonstrasikan prosedur dan peralatan (seperti : suction) kepada keluarga sehingga ketika dibutuhkan tidak menimbulkan ketakutan.
|
- Dilakukan untuk mengurangi resiko cidera yang lebih parah.
- Anak dengan RM kurang mengerti tentang bahaya, jadi harus terus di pantau dalam setiap aktivutasnya.
- Menghindari anak membuang obat atau meminum obat secara berlebihan.
- Hal ini dilakukan untuk mengurangi kecemasan keluarga.
|
3.4. Evaluasi
1. Klien dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Klien dapat merasakan kewajaran saat berinteraksi seperti orang lain
3. Klien dapat melakukan perawatan diri walau hanya sebagian.
4. Klien dapat melakukan aktivitas fisik seperti anak normal walau hanya sebagian.
5. Klien terbebas dari resiko cidera.
BAB IV
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kecerdasan yang mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan. Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu akibat infeksi, ruda paksa, gangguan metabolisme, penyakit otak post natal, gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum umur 4 tahun, pengaruh penyakit pra natal yang tidak jelas, kelainan kromosom, prematuritas, gangguan jiwa berat, deprifasi psikososial. Penyebab retardasi mental dapat dimulai saat masih dalam kandungan, lahir dan sesudah lahir.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kasus ini :
- Keterlambatan perkembangan seringkali mempunyai latar belakang
- Sebagian besar anak dengan RM tidak berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya
- RM tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dicegah dengan adanya antenatal care yang baik, persalinan yang aman dan stimulasi anak yang adekuat
- Deteksi dini sangat penting, karena dengan adanya pelatihan orang tua maka outcome dari perkembangan anak selanjutnya akan lebih baik.
3.2. Saran
3.2.1. Mahasiswa
Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan acuan mahasiswa dalam mempelajari Penyakit Retardasi Mental.
3.2.2. Institusi (STIK Bina Husada Palembang)
Agar hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan merupakan informasi yang lengkap yang bermanfaat untuk perkembangan pengetahuan tentang penyakit Retardasi Mental dan dapat juga dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkapkan faktor-faktor yang berhubungan dengan Penyakit Retardasi Mental.
3.2.3. Perawat
Kepada para perawat di harapkan agar dapat lebih meningkatkan dan memperhatikan pelayanan-pelayanan kesehatan khususnya dalam menangani pasien yang terdiagnosa penyakit Retardasi Mental.
3.2.4. Masyarakat
Kepada masyarakat agar menjadi sumber pengetahuan untuk lebih memahami tentang Penyakit Retardasi Mental.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar