KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Pengumpulan data – data untuk perencanaan dan penilaian (statistik kesehatan)”
Makalah ini berisikan tentang informasi. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin
Palembang 23 maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I
PEMBAHASAAN..........................................................................................................................1
1.1 Definisi...................................................................................................................................1
1.2 Anatomi Fisiologi...................................................................................................................2
1.3 Etiologi...................................................................................................................................4
1.4 Maniofestasi Klinis.................................................................................................................4
1.5 Patofisiologi............................................................................................................................5
1.6 Faktor Resiko.........................................................................................................................6
1.7 Pemeriksaan Dianostik...........................................................................................................6
1.8 Penatalaksanaan Medis...........................................................................................................7
1.9 Pencegahan.............................................................................................................................9
1.10 Komplikasi...........................................................................................................................9
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................................10
2.1 Pengkajian................................................................................................................................10
2.2 Diagnosa..................................................................................................................................11
2.3 Intervesi....................................................................................................................................12
2.4 Implementasi............................................................................................................................17
2.5 Evaluasi....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PEMBAHASAAN
1.1 definisi
kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker mulut rahim merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak ditakuti kaum wanita. Berdasarkan data yang ada, dari sekian banyak penderita kanker di Indonesia, penderita kanker serviks mencapai sepertiga nya. Dan dari data WHO tercatat, setiap tahun ribuan wanita meninggal karena penyakit kanker serviks ini dan merupakan jenis kanker yang menempati peringkat teratas sebagai penyebab kematian wanita dunia.
Kanker serviks menyerang pada bagian organ reproduksi kaum wanita, tepatnya di daerah leher rahim atau pintu masuk ke daerah rahim yaitu bagian yang sempit di bagian bawah antara kemaluan wanita dan rahim. Kanker servik atau kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina) sebagai akibat dari adanya pertumbuhan yang tidak terkontrol (Winkjosastro, 1999).
Kanker serviks adalah penyakit akibat dari tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990)
1.2 Anatomi dan fisiologi serviks
A. Anatomi Reproduksi Wanita
Alat Genetalia Luarv
A. Anatomi Reproduksi Wanita
Alat Genetalia Luarv
- Tundum (Monsveneris)
- Labia Mayora (Bibir Besar)
- Labia Minora (Bibir Kecil)1`
- Labia Mayora (Bibir Besar)
- Labia Minora (Bibir Kecil)1`
Organ yang tebal berotot berbentuk buah pir, terletak didalam pelvis antara rectum dibelakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus lebih kurang 7,5 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm, berat 50 gram. Pada rahim wanita dewasa yang belum pernah menikah atau bersalin panjang uterus adalah 5-8 cm dan beratnya 30-60 gram.
Uterus terdiri dari :
1. Fundus Uteri (Dasar Rahim), yaitu bagian uterus yang terletak antara kedua pangkal saluran telur
Uterus terdiri dari :
1. Fundus Uteri (Dasar Rahim), yaitu bagian uterus yang terletak antara kedua pangkal saluran telur
2. Korpus Uteri, yatitu bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi sebgai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat dalam pada korpus uteri disebut cavum uteri atau rongga rahim.
3. Servik Uteri, yaitu ujung servik yang menuju puncak vagina disebut portio, hubungan antara cavum uteri dan canalis cervikalis disebut ostium uteri internum. Panjang servik sekitar 2,5 – 3 cm. Servik utama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis. Muara sempit antara cavum uteri dan kanal endoservik (kanal didalam servik yang menghubungkan cavum uteri dengan vagina) disebut ostium interna. Muara sempit antara endoserviks dan vagina disebut ostium eksterna, suatu sirkular pada wanita yang belum pernah melahirkan.
Sel-sel mulut rahim umumnya merupakan sel gepeng, sedangkan sel-sel di lain rahim umumnya sel-sel berbentuk kelenjar.
B. Fisiologi
Fungsi servik uteri adalah sebagai berikut :
1. Jalan keluar janin
Serviks memiliki kemampuan meregang saat melahirkan anak per vagina. Factor yang berperan pada elastisitas serviks adalah jaringan ikat yang banyak dan kandungan serabut elastis, lipatan dalam lapisan endoserviks dan 10 % serabut otot.
Fungsi servik uteri adalah sebagai berikut :
1. Jalan keluar janin
Serviks memiliki kemampuan meregang saat melahirkan anak per vagina. Factor yang berperan pada elastisitas serviks adalah jaringan ikat yang banyak dan kandungan serabut elastis, lipatan dalam lapisan endoserviks dan 10 % serabut otot.
2. Akomodasi Sperma
Kelenjar serviks menghasilkan cairan, agar sperma dapat mencapai ovum. Ketika masuk kedalam vagina, sperma membutuhkan kelembaban, pH tertentu agar dapat bertahan hidup serta sampai ke ovum.
3. Sekresi cairan oleh kelenjar bartolini, yang ada di endometrium
Cairan ini berfungsi sebagai pelumas ketika coitus, agar permukaan vagina tidak lecet, serta menjaga pH vagina dalam rentan yang optimal bagi pertumbuhan flora normal.
1.3 Etiologi
Adapun penyebab pasti terjadinya perubahan sel-sel normal mulut rahim menjadi se-sel yang ganas tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tersebut, antara lain :
1) Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
2) Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
3) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18.
1) Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
2) Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
3) Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18.
Penelitian menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30’an tahun yang sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual.
Pada sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap. Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin dbanyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi.
Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah displasia.
1.4 manifestasi klinis
Manifestasi klinik dari karsinoma servik meliputi:
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III).
3. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%).
4. Pedarahan spontan saat defekasi.
5. perdarahan spontan pervaginam.
6. Anemi akibat perdarahan berulang
7. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor keserabut saraf.
1.5 patofisiologi
Pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi tanda-tanda dan keluhan, pada pemeriksaan dengan spekulan, tampak sebagai porsio yang erosif (Metaplasia Squamora) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh:
1. Eksofilik, mulai dari squamo – columnar (SCJ) ke arah lumen vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis
2. Endofilik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma servik dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus
3. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornless vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Servik yang normal secara alami mengalami proses metaplasia (erosio) akibat saling desak mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi, dengan masuknya mutagen yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik berubah menjadi patologik (diplastik – diskoriotik) melalui tingkatan NIS – I, II, III dan KIS yang akhirnya menjadi karsinoma invasive dan proses keganasan akan berjalan terus. Umumnya fase prainvasif berkisar antara 3-20 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Histopatologik sebagian besar (95-97%) berupa epidermoid atau squamor cell carsinoma, sisanya adenokarsinoma, clearcell carsinoma / mesonephroid carsinoma dan yang paling jarang adalah sarkoma.
Penyebaran pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah : ke arah fornless dan dinding vagina, ke arah corpus uterus dan ke arah parametrium. Pada tingkat lanjut dapat menginfiltrasi septum rektovaginal dan kendung kemih.
1.6 faktor resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
a. Usia.
b. Jumlah perkawinan
c. Hygiene dan sirkumsisi
d. Status sosial ekonomi
e. Pola seksual
f. Terpajan virus terutama virus HIV dan Merokok dan AKDR
a. Usia.
b. Jumlah perkawinan
c. Hygiene dan sirkumsisi
d. Status sosial ekonomi
e. Pola seksual
f. Terpajan virus terutama virus HIV dan Merokok dan AKDR
1.7 pemeriksaan dianostik
1. Sitologi / pap smear
Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikbat yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Fotoskopi
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsi.
Kelemahan : hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelainan pada squamea columner juction dan intraservikal tidak terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan (pop smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
1.8 Penatalaksanaan Medis
1. Operasi.
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang jaringan kanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini – Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam serviks.
Hysterectomy radikal – Membuang serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut – merupakan operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding pelvis. Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi.
2. Radiasi.
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membentuk sel kanker. Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy) dengan menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan kanker serviks yang lebih berat, radiasi merupakan penatalaksaanaan terbaik. Kedua metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi.
Terapi radiasi dapat digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area pelcis termasuk nyeri lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana akan menyebabkan hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.
3. Kemoterapi.
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten. Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti.
Agen lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine. Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi. Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok.
Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause.
4. Kemoradiasi.
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan hidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan sel sinergis – efek terapeutik dari dua modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan.
Bila dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama 2 tahun sebesar 43% ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B sampai stadium IV A.
1.9 pencegahan
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan kaum perempuan dalam hal mencegah kanker serviks agar tidak menimpa dirinya, antara lain:
- Jalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang cukup nutrisi dan bergizi dan Perbanyaklah konsumsi makanan sayuran yang kandungan beta karotennya cukup banyak, konsumsi vitamin c dan e.
- Selalu menjaga kesehatan tubuh dan sanitasi lingkungan
- Hindari pembersihan bagian genital dengan air yang kotor
- Jika anda perokok, segera hentikan kebiasaan buruk ini
- Hindari berhubungan intim saat usia dini
- Selalu setia kepada pasangan anda, jangan bergonta-ganti apalagi diikuti dengan hubungan intim.
- Lakukan pemeriksaan pap smear minimal lakukan selama 2 tahun sekali, khususnya bagi yang telah aktif melakukan hubungan intim
- Jika anda belum pernah melakukan hubungan intim, ada baiknya melakukan vaksinasi HPV
- Perbanyaklah konsumsi makanan sayuran yang kandungan beta karotennya cukup banyak, konsumsi vitamin c dan e.
1.10 Komplikasi
Komplikasi kanker servik biasanya timbul akibat kanker itu sendiri atau sebagai efek samping dari pengobatan seperti pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Gejala komplikasi yang ditimbulkan biasanya pasien mengalami pendaharahan kecil di vagina, sering buang air kecil, terkadang sampai mengalami pendarahan hebat dari vagina serta gagal ginjal.
Kanker serviks adalah kanker paling umum kedua dan penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita setelah kanker payudara. Penyebab utama penyakit ini adalah human papillomavirus menular seksual (HPV), yang berarti bahwa ini adalah bentuk kanker dapat dicegah.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat malam. Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
b. Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus asa.
c. Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan eliminasi urinarius misalnya : nyeri.
d. Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet, rasa).
e. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit)
g. Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
i. Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks), Nullgravida lebih besar dari usia 30 tahun multigravida pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
j. Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k. Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer, riwayat pengobatan sebelumnya (Doenges, 2000).
2.2 Diagnosa
a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
e. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
f. Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri
2.3 Intervensi
DX 1 : Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi
Kriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut dan cemas
No
|
DX
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
1
|
1. tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai
2. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
3. Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.
|
1. Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman pada kanker
2. Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn konsep tentang diagnostik.
3. Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/ pilihan berdasarkan realita.
|
DX 2: Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga
Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien
Kriteria Hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi.
No
|
DX
|
Intervensi
|
Rasional
|
2
|
2
|
1. Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
2. Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
3. Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan
4. Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
|
1. Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.
2. Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
3. Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker
4. Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/ orang terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau pemulihan.
|
DX 3: . Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
No
|
DX
|
Intervensi
|
Rasional
|
3
|
3
|
1. Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
2. Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh ketidakmampuan berkemih.
3. Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom, penyiraman air hangat pada perineum.
4. berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
5. kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
|
1. Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah sedikit/kurang (< 100 ml)
2. Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas simpisis pubis menunjukkan retensi urine
3. Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih.
4. Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
5. Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter intermitten/ tak menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.
|
DX 4 : Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang
Kriteria Hasil : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol
dengan pengaruh minimal.
No
|
DX
|
Intervensi
|
Rasional
|
4
|
4
|
1. Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan kehilangan yang digunakan.
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung) dan aktifitas hiburan (misalnya musik, televisi
3. Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, sentuhan terapeutik)
4. Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan indikasi
.
|
1. Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi.
2. Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
3. Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol nyeri
4. Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon individual berbeda-beda
|
DX 5 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
Tujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi
No
|
DX
|
Intervensi
|
Rasional
|
5
|
5
|
1. Pantau masukan makanan
2. Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi
3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat
|
1. mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
2. membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
3. kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan cairan
|
DX 6 : Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit, dan kebutuhan pengobatan
Tujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan dan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.
No
|
DX
|
Intervensi
|
Rasional
|
6
|
6
|
1. Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan.
2. Berikan informasi yang jelas dan akurat
3. Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep
|
1. membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut
2. membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan
3. kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada kenyataan dan mempengaruhi pengobatan/penurunan penyembuhan.
|
2.4 Implementasi
DX 1 Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
1. Meninjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai
2. Mendorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
3. Memberikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.
DX 2 : Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga
1. Mendorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
2. Memberikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
3. Memberikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan
4. Merujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
DX 3: Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
1. Memperhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
2. Mempalpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh ketidakmampuan berkemih.
3. Memberikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom, penyiraman air hangat pada perineum.
4. Memberikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
5. Mengkaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
DX 4: Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
1. Menentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan kehilangan yang digunakan.
2. Memberikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung) dan aktifitas hiburan (misalnya musik, televisi
3. Mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, sentuhan terapeutik)
4. Mengkolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan indikasi
DX 5: Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan
1. Memantau masukan makanan
2. Meukur tb, bb setiap hari sesuai indikasi
3. Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat
DX 6: Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri
1. Membantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan.
2. Memberikan informasi yang jelas dan akurat
3. Meminta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep
2.5 Evaluasi
DX 1
S : pasien mengatakan berkurangnya rasa takut
O: pasien tampak telah lebih tenang
A: intervensi tercapai sebagian
P: intervensi di lanjutkan
O: pasien tampak telah lebih tenang
A: intervensi tercapai sebagian
P: intervensi di lanjutkan
DX 2
S : pasien mengatakan telah lebih menerima penyakit yang telah di terima nya
O:pasien tampak lebih tenang
A:intervensi berhasil
P: intervensi di hentikan
O:pasien tampak lebih tenang
A:intervensi berhasil
P: intervensi di hentikan
DX 3
S: pasien mengatakan telah BAK telah kembali normal
O: pasien tampak bisa BAK sendiri tanpa bantuan
A: intervensi berhasil
P: intervensi di hentikan
O: pasien tampak bisa BAK sendiri tanpa bantuan
A: intervensi berhasil
P: intervensi di hentikan
DX 4
S:pasien mengatakan rasa nyeri telah hilang
O: pasien tampak tidak lagi kesakitan karna nyeri
A: intervensi berhasil
P: intervensi berhenti
O: pasien tampak tidak lagi kesakitan karna nyeri
A: intervensi berhasil
P: intervensi berhenti
DX 5
S: pasien mengatakan BB kembali normal
O: pasien tampak kembali sehat dan gemuk
A: intervensi berhasil
P: intervensi di hentikan
O: pasien tampak kembali sehat dan gemuk
A: intervensi berhasil
P: intervensi di hentikan
DX 6
S: pasien mengatakan telah memahami peraturan obat yang harus di konsusmsi
O: pasien tampak minum obat secara teratur dan pengetahuan pasien semakin banyak
A: intervensi berhasil
P: intervensi di hentikan
O: pasien tampak minum obat secara teratur dan pengetahuan pasien semakin banyak
A: intervensi berhasil
P: intervensi di hentikan
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,E, marilynn rencana asuhan keperawatan edisi 3 penerbit buku kedokteran
Doengoes, Marilyn.E Nursing care and Plans.Philadelphia: F.A Davis Company.
Saifudin,Abdul Bari dkk, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo & JNKKR -POGI, Jakarta
Carpenito,Lynda Juall, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.EGC
http:// www.medicastore .com/med/index.bhp?IUD=
http:creasoft.wordpress.com
http:creasoft.wordpress.com
TUGAS MANDIRI
ASUHAN KEPERAWATAN CA CERVIK
ASUHAN KEPERAWATAN CA CERVIK
Disusun oleh
NAMA : Dwi Novita Sari
Kelas : PSIK A7 / Sem 4
Nmp : 11142013621
Dosen Pembimbing : Romliyadi S.Kep Ners
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2012/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar