Rabu, 05 September 2018

abstrak pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada pasien


PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PERSEPSISENSORI PADA PASIEN HALUSINASI OLEH PERAWAT DIRUANG MERPATI II RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2014

Oleh
Dwi Novita Sari Dan Ria Putri Anggraeni
Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang
Email: sharidwi62@yahoo.com

          
Abstrak
Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan berkembang, ini berjalan selaras dengan orang lain. Menurut world healt organisasion ( WHO ) diperkirakan tidak kurang dari 450 juta pasien jiwa.Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang dimana seseorang tidak terdapatnya stimulus.Salah satu terapi keperawatan jiwa yang dapat mendukung spikoterapi adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai tetapi kelompok digunakan sebagai asuhan.
Disain penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendengkatan fenomonologi dengan metode wawancara mendalam dan observasi parisipan. Informan dalam penelitian ini ada 6 orang informan, yaitu 1 key informan, 4 perawat pelaksana dan 1 pasien observasi. Penelitian dilakukan pada tanggal 27 Oktober – 18 November 2014, tempat penelitian di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa informasi yang didapatkan tentang pelaksanaan terapi aktivitas kelompok persepsi sensoris pada pasien halusinasi oleh perawat diruang Merpati II Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatra Selatan sudah didapatkan, yaitu pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada tahap persiapan, orientasi,  kerja, dan terminasi jarang dilakukan oleh perawat melainkan oleh mahasiswa yang praktik saja. Namun terapi aktivitas kelompok diruang merpati II diganti dengan morning meeting yang dilakukan oleh perawat setiap pagiya.
Saran untuk Rumah Sakit Ernaldi Bahar adalah untuk kian meningkatkan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada pasien jiwa.
Kata Kunci                            : Halusinasi, Terapi Aktivitas Kelompok
DaftarPustaka                       : 22 (2005 – 2014)

Abstract
                Mental health is a condition that allows the development of physical, intellectual, emotional optimally from someone and grow, it goes in harmony with others. According to the World healt organisasion (WHO) estimated no less than 450 million patients jiwa.Halusinasi can be defined as a disruption of one's sensory perception wherein a person is not the presence of a therapeutic nursing stimulus.Salah soul that can support spikoterapi is Therapeutic Activity Group (TAK). Group activity therapy is one treatment modality performed nurse to a group of clients who have the same nursing. Activities are used as but used as a care group.
This research was done on October 27 to November 18, and using qualitative research methods deskriktif qualitative approach by means of interviews with informants, search data and observations in the field, informants of this study is the head of the room, nurses and patients, so the total informant researchers as many as 6 people.
Based on the results of this study concluded that the information obtained about the implementation of group activity therapy sensory perception in patients with hallucinations by nurses diruang Pigeons II Hospital of South Sumatra Province Ernaldi Bahar has been established, namely the implementation of group activity therapy at this stage of preparation, orientation, work, and termination rarely performed by nurses, but by the students who practice alone. But the group activity therapy diruang pigeon II replaced with morning meeting conducted by nurses every pagiya.
Suggestions for Hospitals Ernaldi Bahar is to further increase the implementation of group activity therapy in psychiatric patients.

Keywords: Hallucination, TherapeuticActivity Group
Bibliography: 22 (2005 - 2014)



1.     PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Masalah kesehatan jiwa mempunyai lingkup yang sangat luas dan kompleks serta saling berhungan satu dengan yang lainya. Apabila individu tidak mampu mempertahankan keseimbangan kondisi mental yang sejahtera maka induvidu tersebut akan mengalami gangguan. Dan apabila gangguan tersebut secara psikologis maka akan mengakibatkan individu mengalami gangguan jiwa. Dari berbagai penyelidikan dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun yang mental. (Yosep, 2010)
Keperawatan jiwa merupakan sebagai karakteristik positif yang mengambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan keperibadian, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan berkembang, ini berjalan selaras dengan orang lain. ( Kusumawati, 2012 )
Menurut american nurse association (ANA) keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktik keperawatan yang mengunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan mengunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan mempertahankan. Serta memulihkan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.Fokusya adalah pengunaan diri sendiri secara teraupetik artinya perawat jika membutuhkan alat atau media untuk melakukan perawatan. Alat yang digunakan selain keterampilan teknik dan alat dan alat-alat klinik yang terpenting mengunakan diri sendiri (use self therapeutik). Sebagai contoh gerak tubuh (posture) tatapan mata (eye) dan sebagainya. (Kusumawati, 2012)
Menurut WHO jika 10% dari populasi mengalami masalah kesehatan jiwa sejalan dengan pradigma sehat yang dicanangkan dapartmen kesehatan yang lebih menekankan upaya proaktif melakukan pencegahan dari pada menunggu dirumah sakit. (Yosep, 2011)
Di Indonesia diperkirakan bahwa 2-3%  dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Bila separuh dari mereka itu memerlukan keperawatan dirumah sakit dan jika Indonesia berpenduduk 120 juta jiwa maka ini berarti 120 ribu orang dengan gangguan jiwa memerlukan perawatan dirumah sakit padahal yang tersedia sekarang hanya sekitar 10.000 tempat tidur. Sejak dahulu indonesia dikenal dengan adanya gangguan jiwa. (Yosep, 2007)
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang dimana seseorang tidak terdapatnya stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering adalah pendengaran (audiotory hearing voices or sounds), penglihatan (visual seeing voices or sound), penciuman (olfoctory smeliing olders) pengecapan (gustatory exprencing taster ). Medikasi anti spikotik adalah anti dari pengobatan skizofrenia dengan gejala disamping itu penelitian memperkuat perbaikan klinis seperti spikoterapi, sportif induvidual atau kelompok.Salah satu terapi keperawatan jiwa yang dapat mendukung spikoterapi adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK). (Maramis, 2004)
                Perawat diperlukan terhadap kemampuan mengontrol halusinasi dengan tindakan seperti TAK ( terapi aktivitas kelompok). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai tetapi kelompok digunakan sebagai asuhan. Terapi aktivitas kelompok dibagi empat yaitu terapi aktivitas stimulasi persepsi, Terapi aktivitas persepsi sensori, terapi aktivitas kelompok orientasi realita, dan terapi sosialisasi . terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan, sejalan dengan dengan hal tersebut, maka lancester mengumukakan beberapa aktivitass digunakan pada terapi aktivitas digunakan sebagai terapi aktivitas kelompok seperti mengambar, mendengarkan musik, membaca puisi, Wilson dan Kneisl (1992) menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah menual reakreasi dan teknik kreativitas untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respons sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan adalah seperti membaca puisi,seni, mendegarkan musik, menari, dan literatur.(Keliat,2004)

1.2    Tujuan Peneliti
1.2.1 Tujuan Umum
Diperoleh informasi mendalam tentang pelaksanaan terapi aktivitas kelompok persepsi sensori oleh perawat di ruang merpati rumah sakit Ernaldi Bahar Sumatra Selatan Tahun 2014
1.2.2           Tujuan Khusus
1.       Diperolehnya informasi mendalam tentang persiapan perawat ruang merapati dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada pasien halusinasi diruang Merpati Rumah Sakit Ernaldi Bahar tahun 2014.
2.       Diperolehnya informasi mendalam tentang orientasi pelaksanaan terapi aktivitas kelompok oleh perawat ruang merpati pada pasien halusinasi diruang Merpati Rumah Sakit Ernaldi Bahar tahun 2014.
3.       Diperolehnya informasi mendalam tentang tahap kerja pelaksanaan terapi aktivitas kelompok oleh perawat ruang merpati pada pasien halusinasi diruang Merpati Rumah Sakit Ernaldi Bahar tahun 2014.
4.       Diperolehnya informasi mendalam tentang tahap terminasi pelaksanaan terapi aktivitas kelompok oleh perawat ruang merpati pada pasien halusinasi diruang Merpati Rumah Sakit Ernaldi Bahar tahun 2014.

1.3    Manfaat Penelitian
1.3.1 Manfaat Bagi STIK Bina Husada Palembang
Hasil penelelitian ini digunakan sebagai refrensi dan manfaat bagi penelitian selanjutnya serta dapat menambahkan wawasan dan pengetahuan yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan sendiri.
1.3.2           Manfaat Bagi Peneliti
Untuk menambahkan wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan jiwa untuk menerpkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di STIK bina husada.
1.3.3           Manfaat Bagi Institusi Rumah Sakit Dr Ernaldi Bahar Provinsi Sumatra Selatan
Sebagai bahan kajian oleh rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatra Selatan untuk kian meningkatkan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.

2.      METODE PENELITIAN
penelitian ini mengunakan metode deskriktif kualitatif dan  menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi partisipan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada pasien halusinasi pendengaran di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober - 18 November 2014. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014.

3.     HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1  Fase Persiapan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada fase persiapan terhadap kelima informan terdapat tiga kategorik yaitu memilih pasien, waktu dan kontrak dan tempat, diperoleh informasi sebagai berikut :
Kategorik 1 : Memilih Pasien
 “pada tahap persiaapan kita pilih dulu pasien ya sesuai dengan diagnosa” (I)
“Pada tahap persiapan kita persiapkan alat untuk pasien ya dulu ” (W)
“tahap persiapan itu kita lakukan pertama kali ya,, memilih pasien, memilih pasiennya sesuai diagnosa”(MO)
“ pada tahap ini yang kita lakukan pertama kalinya kita lakukan pemilihan pasien sesuai diagnosa, sesuai dengan TAK yang akan kita lakukan” (MI)
“ tahap persiapan kita menentukan pasian TAK karna tidak semua pasien ikut karna harus ada kreteria” (B)

                      Dari hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dipersiapkan perawat pada fase persiapan yang pertama adalah persiapan pasien sesuai diagnosa.

Kategorik 2 : Waktu dan Kontrak
“pada fase persiapan setelah memilih pasien kita persiapkan waktu dan kontraknya” (MI)
“setelah persiapan pasien ya ,, kita persiapkan waktunya kapan dan kita persiapkan kontraknya” (W)
“setelah memilih pasien kita lakukan kontrak dan kita tetapkan waktu ya kapan untuk melakukan TAK nya” (I)
“setelah itu kita persiapkan waktunya kapan dan kita persiapkan kontraknya” (MO)
 “setelah kita pilih pasien sesuai diagnosa kemudian kita tetapkan waktunya kapan dan lalu kita tetapkan kontraknya” (B)

                      Dari hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dipersiapkan perawat pada fase persiapan setelah persiapkan pasien adalah persiapan kontrak dan waktu pelaksanaan TAK.

Kategorik 3: Tempat
setelah kita menetapkan waktu dan tempatnya kita persiapkan tempat pelaksanaan TAK nya” (MI)
“setelah semua siap kemudian kita siapkan tempat TAK nya” (W)
“ setelah kita lakukan kontrak pada pasien itu kan kita persiapkan tempatya di mana akan kita lakukan TAK nya” (I)
“setelah pasien sudah dipilih kita persiapkan tempatnya untuk pelaksanaan TAK” (MO)
“setelah semuaya sudah pasien sudah kita pilih pada fase persiapan yang terakhir itu kita persiapkan tempatnya, eeeee,,,, tempat pelaksanaan TAK  nya dimana akan kita lakukan”(B)

                      Dari hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dipersiapkan perawat pada fase persiapan adalah tempat pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.
Hal ini sejalan dengan teori Keliat, fase orientasi pada terapi aktivitas kelompok yaitu bahwa dijelaskan pada fase orientasi dilakukan salam terupetik, memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dari kegiatan tersebut dan menjelaskan aturan main dalam pelaksanaan Terapi aktivitas kelompok. (Keliat,2004)
Hal ini sejalan dengan penelitian Evandri, tentang pelaksanaan terapi aktivitas kelompok orientasi realita dalam mengatasi interaksi sosil pada pasien waham curiga oleh perawat merpati Rumah Sakit Ernaldi Provinsi Sumatra Selatan Bahar Tahun 2013, menyatakan bahwa tahap prainteraksi ialah menyeleksi pasien sesuai indikasi, mempersiapkan kontrak pertama dan menyiapkan alat dan temapt pertemuan. (Evandri, 2013)
Berdasarkan hasil penelitian,observasi, teori, dan penelitian terkait kemudian dilakukan triagulasi, peneliti berasumsi bahwa semua informan mengetahui jawaban dari pertanyaan peneliti sesuai dengan teori dan penelitian terkait dan informan mampu menjelaskan dan memahami mengenai fase persiapan dimana perawat pada fase persiapan mempersiapakan pasien sesuai diagnosa, tempat dan waktu pelaksanaan TAK.
2. Fase orientasi
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada fase orientasi terhadap kelima informan terdapat tiga kategorik yaitu salam teraupetik,perkenalkaan diri dan menjelaskan tujuan, diperoleh informasi sebagai berikut :

Kategorik 1: Salam Teraupetik
“pada fase orientasi kita lakukan ya,,, pertama kali salam teraupetik pada pasien’’ (MI)
“pertama kali kita lakukan pada fase orientasi salam teraupetik. pada pasien”( I )
“fase orientasi itu yang kita lakukan petama kiali salam,, ya seperti salam teraupetik pada pasien’’ (W)
“kalu fase orientasi itu ee,,, biasa nya kita lakukan salam teraupetik terlebih dahulu pada pasien.” (MO)
 “fase orientasi itu kita lakukan salam teraupetik pada pasien nya supaya terbina hubungan saling percaya antara pasien dan perawat saat pelaksanaan TAK nya” (B)

                      Dari hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dilakukan perawat pada fase orientasi adalah salam teraupetik.

Kategorik 2 : Perkenalkan Diri
“ ya,, setelah kita lakukan salam kita suruh pasien untuk menyebutkan nama pasien satu persatu” (MI)
“ setelah itu kita persilahkan pasien untuk memperkenalkan diri satu persatu, mulai dari menyebutkan nama dia dan nama panggilan dia’’ (I)
“ setelah salam kita lakukan perkenalkan diri pasien satu persatu setelah itu kami juga perkenalkan diri juga” (MO)
“ sudah dari salam teraupetik itu kita suruh pasin yang melaksanakan TAK itu untuk perkenalkan diri” (W)
“pada fase orientasi itu setelah salam teraupetik kita suruh pasien untuk melakukan perkenalan diri kedepan satu persatu begitu juga perawat yang melaksanakan TAK tersebut” (B)

                      Dari hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan pada fase orientasi yang dilakukan oleh perawat pada fase orientasi adalah memperkenalkan diri pasien.

Kategorik 3 : Menjelaskan Tujuan
“udah itu kita jelaskan tujuan TAK, aturan-aturan TAK itu apa, yang boleh dan tidak boleh dilakukan itu apa, disitu kita jelaskan pada pasien” (MI)
“ lalu kita jelaskan tujuan kita pada pasien serta aturan-aturannya supaya mereka mengerti” (I)
“ setelah itu kita jelaskan tujuan TAK kita apa kepada pasien boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien saat pelaksanaan TAK” (MO)
“ setelah perkenalan diri selesai kita harus menjelaskan peraturan TAK dan tujuan dari TAK itu sendiri agar pasien tau” (W)
“ eeee,,, setelah itu kita jelaskan tujuan TAK kita, seperti jalannya TAK itu seperti apa, kita jelasakan pada pasien, supaya mereka tau”(B)

                      Dari hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dilakukan perawat pada fase orientasi adalah menjelaskan tujuan TAK
Hal ini sejalan dengan teori Keliat, fase orientasi pada terapi aktivitas kelompok yaitu bahwa dijelaskan pada fase orientasi dilakukan salam terupetik, memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dari kegiatan tersebut dan menjelaskan aturan main dalam pelaksanaan Terapi aktivitas kelompok. (Keliat,2004)
Hal ini sejalan dengan penelitian Evandri tentang pelaksanaan terapi aktivitas kelompok orientasi realita dalam mengatasi interaksi sosila pada pasien waham curiga oleh perawat merpati Rumah Sakit Ernaldi Provinsi Sumatra Selatan Bahar Tahun 2013, menyatakan bahwa tahap orientasi memberi salam teraupetik, evaluasi/ validasi dan kontrak pertama. (Evandri,2013)
Berdasarkan hasil penelitian,observasi, teori, dan penelitian terkait kemudian dilakukan triagulasi, peneliti berasumsi bahwa semua informan mengetahui jawaban dari pertanyaan peneliti sesuai dengan teori dan penelitian terkait dan informan mampu menjelaskan dan memahami mengenai fase orientasi dimana perawat pada fase orientasi melakukan  salam teraupetik, perkenalan diri dan menjelaskan tujuan TAK.

3.       Fase Kerja
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada fase kerja terhadap kelima informan terdapat dua kategorik yaitu menjalankan tujuan dan menceritakan halusinasi, diperoleh informasi sebagai berikut :

Kategorik 1 : Menjalankan Tujuan
“pada fase ini kita menjalankan tujuan TAK kita sensuai dengan apa yang kita jelaskan tadi pada fase orientasi tadi” (MI)
“kita jelaskan apa yang kita lakukan misalnya kita melakukan permainan apa sesuai dengan tujuan TAK kita.” (I)
“kita jalankan sesuai denga materi kita dan tujuan yang ingin kita capai apa” (W)
“kita akan melakukan sesuai dengan tujuan kita tadi apa dan sesuai dengan step-stepnya” (MO)
“fase kerja biasanya kita menjalankan sesuai tujuan kita apa tadi” (B)

Dari hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dilakukan perawat pada fase kerja adalah menjalankan tujuan dari TAK.

Kategorik 2 : Menceritakan Halusinasi
“setelah menjelaskan apa yang kita lakukan misalnya permainan kita apa nah setelah itu kita suruh pasien untuk menjelaskan isi, kapan, dan frekuensi halusinasi setelah pasien menceritakan kita beri reword seperti tepuk tangan” (MI)
“sudah kito lakukan permainan kita suruh pasien untuk menceritakan isi halusinasinya, setelah menceritakan kita beri pujian pada pasien” (I)
“kita jelaskan apa yang akan kita lakukan misalnya kita apa, setelah itu kita kasih pasien kesempatan untuk menceritakan isi halusinasinya” (MO)
“biasonya setelah menjelaskan itu kita suruh klien untuk menceritakan kapan terjadinya halusinasinya” (W)
“eee... biasanya setelah kita jelaskan apa yang akan kita lakukan kemudian kita minta pasien untuk melakukannya dan meminta pasien untuk menceritakan isi halusinasi, waktu dan frekuensi terjadi nya halusinasi” (B)

                      Dari hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dilakukan perawat pada fase kerja adalah menceritakan kejadian halusinasi pasien.
Hal ini sejalan dengan teori keliat, pada fase kerja pada terapi aktivitas kelompok yaitu mejelaskan terapi aktivitas kelompok yaitu menegenal isi halusinasi tentang isiya, waktu terjadiya dan situasi terjadiya dan perasaaan klien pada saat terjadi halusinasi. (Keliat, 2004)
Hal ini sejalan dengan penelitian evandri  tentang pelaksanaan terapi aktivitas kelompok orientasi realita dalam mengatasi interaksi sosila pada pasien waham curiga oleh perawat merpati Rumah Sakit Ernaldi Provinsi Sumatra Selatan Bahar Tahun 2013, menyatakan bahwa tahap kerja yaitu mengenal orang, tempat dan waktu. (Evandri, 2013)
Berdasarkan hasil penelitian,observasi, teori, dan penelitian terkait kemudian dilakukan triagulasi, peneliti berasumsi bahwa semua informan mengetahui jawaban dari pertanyaan peneliti sesuai dengan teori dan penelitian terkait dan informan mampu menjelaskan dan memahami mengenai fase kerja dimana perawat pada fase kerja  menjalankan tujuan dari TAK, dan menceritakan halusinasi.

4.       Fase Terminasi
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada fase terminasi terhadap kelima informan terdapat dua kategorik yaitu evaluasi dan kontrak ulang, diperoleh informasi sebagai berikut :

Kategorik 1 : Evaluasi
“ pada fase ini kita lakukan evaluasi dari semua tahap pada pasien. Setelah itu kita tanyakan perasaan pasien setalah melakukan TAK” (MI)
“biasanya kita tanyakan bagaima perasaan pasien setelah melakukan TAK, kita bisa berikan pujian bahwa mereka telah dapat mengenal halusinasinya” (I)
“eee,, biasanya kita pada saat selesai TAK kita lihat reaksi mereka setelah melakukan TAK apakah mereka nyaman sertelah dilakukan TAK nya’’ (W)
“eee,, kita evaluasi subjektiv dan evaluasi objectivnya misalnya respon pasien setelah melakukan TAK itu sendiri” (MO)
“ kita evaluasi bagaimana perasaannya secara subjectiv, pasiennya kemudian kita evaluasi sebjectiv perasaanya dan kemampuannya.” (B)
Dari hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dilakukan perawat pada fase terminasi adalah melakukan evaluasi ke pada pasien setelah pelaksanaan TAK.

Kategorik 2 : Kontrak Ulang
“setelah kita evaluasi pada pasien, jika perlu kita lakukan kontrak ulang untuk pelaksanaan TAK selanjutnya” (MI)
“biasanya setelah kita lakukan evaluasi kita akan melakukan kontrak lagi jika diperlukan” (I)
“ setelah evaluasi kita lakukan kontrak ulang dan menentukan waktu selanjutnya untuk melakukan pelaksanaan TAK kembali” (W)
“setelah itu kita akan lakukan kontrak ulang untuk melaksanakan TAK kembali” (MO)
“evaluasi selesai, proses selanjutnya kita lakukan kontrak kembali pada pasien untuk pelaksanaan TAK nya” (B)

         Dari hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dilakukan perawat pada fase terminasi adalah melakukan kontrak kembali untuk melaksanakan TAK jika diperlukan.
Hal ini sejalan dengan teori keliat, pada fase terminasi pada terapi aktivitas kelompok yaitu terapis menayakan perasaan klien setelah megikuti terapi aktivitas kelompok. (Keliat, 2004)
Hal ini sejalan dengan penelitian terkait desvira, tentang pegaruh terapi aktivitas kelompok orientasi realita terhadap penurunan frukesnsi kejadian halusinasi pendengran diruang bangau rumah sakit ernaldi bahar provonsi sumatra selatan tahun 2014, bahwa ada pengaruh terhadap terapi aktivitas kelompok orientasi realita terhadap penurunan frekuensi kejadian halusianasi pendengaran. (Devira, 2013)
Berdasarkan hasil penelitian,observasi, teori, dan penelitian terkait kemudian dilakukan triagulasi, peneliti berasumsi bahwa semua informan mengetahui jawaban dari pertanyaan peneliti sesuai dengan teori dan penelitian terkait dan informan mampu menjelaskan dan memahami mengenai fase terminasi dimana perawat pada fase terminasi perawat melakukan evaluasi pada pasien dan kontrak ulang pasien jika diperlukan

4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1.    Simpulan
4.1.1           Fase Persiapan
Kegiatan yang dilakukan perawat dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok persepsi sensori perawat mampu menjelaskan tentang fase persiapan sesuai dengan teori yaitu perawat memilih pasien, membuat kontrak, persiapkan waktu dan tempat.
4.1.2           Fase Orientasi
Kegiatan yang dilakukan perawat dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok persepsi sensori perawat mampu menjelaskan tentang fase orientasi sesuai teori yaitu salam teraupetik, menjelaskan tujuan, menyebutkan nama dan menjelaskan aturan-aturan permaianan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompom persepsi sensori.
4.1.3           Fase kerja
Kegiatan yang dilakuakan perawat dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok persepsi sensori perawat pelaksana dapat memahami dan mengetahui proses fase kerja dimana perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menceritakan halusinasinya, kapan, dimana dan frekuensi terjadinya  halusinasi

4.1.4           Fase Terminasi
Kegiatan yang dilakukan perawat dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok persepsi sensori perawat mampu menjelaskan tentang fase terminasi sesuai teori yaitu mengevaluasi dan menanyakan perasaan pasien setelah melakukan terapi aktivitas kelompok, pasien mengulamgi menceritakan kapan, isi dan frekuensi halusinasi, menyepakati terapi aktivitas kelompok yang akan datang dan menyepakati waktu dan tempat.

4.2   Saran
4.2.1 Bagi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatra Selatan
Sebagai tempat perawatan diharapkan dapat membuat jadwal khusus untuk pelasksanaan terapi aktivitas kelompok disetiap ruangan serta melengkapi sarana dan prasarana dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok  juga dapat membuat peraturan  yang baku dalam menjalankan terapi aktivitas kelompok.
4.2.2 Bagi STIK Bina Husada
Hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi dan masukan guna pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pelaksanan terapi aktivitas kelompok persepsi sensori
4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutya
Sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini ketahap selanjutnya dalam manfaat terapi aktivitas kelompok pada pasien halusinasi diruang Merpati II Dirumah Sakit Ernaldi Bahar  Provinsi Sumatra Selatan Tahun 2014.

DAFTAR PUSTAKA
Amelia, nindy, 2013
prinsip etika keperawatan, D-medika, jogjakarta

Direja, Ade Herman Surya, 2011
buku ajar asuhan keperawatan jiwa, Nuha Medika. Jogjakarta

Evandri, 2013
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok orientasi realita dalam mengatasi interaksi sosial pada pasien waham curiga oleh perawat Rumah Sakit Ernaldi Bahar. Jurnal Bina Husada. Vol 1 No.1

Keliat, Budi Anna, & Akemat, 2004
keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok, Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Keliat, Budi Anna, & utami, ria, 2005 proses keperawatan kesehatan jiwa. buku kedokteran, jakarta

Kusumawati, Farida, & Hartono, Yudi, 2011
buku ajar keperawatan jiwa, Salemba Medika, Jakarta

Maramis, 2004
jurnal halusinasi online (http://digilib.unimus.ac.id/files.pdf)

Nursalam, 2009
konsep dan penerapan metodelogi penelian ilmu keperawatan, edisi 2: Salemba Medika.jakarta

purwanigsih, Wahyu & Karlina, Ina, 2010
asuhan keperawatn jiwa. : Nuha Medika. Yogyakarta

Rumah Sakit Ernaldi Bahar, 2014
Profil rumah sakit Ernaldi Bahar provinsi Sumatra Selatan.Penerbit Rumah sakit Ernaldi Bahar.

Saryono, & Anggraini, Mekar Dewi, 2010
metodelogi penelitian kualitatif: Nuha salemba.Yogyakarta.

Sinaga, eva, 2012
pengalaman perawat dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok.jurnal online Vol. 1 No. 1 (http://ejournal-s1.unip.ac.id) diakses pada tanggal 08 desember 2014

STIK Bina Husada, 2014
Panduan penyusunan Skripsi program studi ilmu keprawatan. Penerbit STIK Bina Husada

Utami, desvira 2013
pengaruh terapi aktivitas kelompok orientasi realita terhadap penurunan frekuensi kejadian halusinasi pendengaran diruang bangau Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Bina Husada Vol. 1 No. 1

Yosep, Iyus, 2007
keperawatan jiwa, PT. Refika Aditama, Bandung.

Yosep, Iyus, 2010
keperawatan jiwa, PT. Refika Aditama, Bandung.
Yosep, Iyus, 2011
keperawatan jiwa, PT. Refika Aditama, Bandung.