Selasa, 16 April 2013

askep kehamilan ektopik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.  Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi. 
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. 
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda. 
Kehamilan ektopik terganggu menyebabkan keadaan gawat pada reproduksi yang sangat berbahaya. Berdasarkan data dari The Centers for Disease Control and Prevention menunjukkan bahwa kehamilan ektopik di Amerika Serikat meningkat drastis pada 15 tahun terakhir. Menurut data statistik pada tahun 1989, terdapat 16 kasus kehamilan ektopik terganggu dalam 1000 persalinan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada tahun 1992 dilaporkan kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7 dalam 100 persalinan. 
Dari penelitian yang dilakukan Budiono Wibowo di RSUP Cipto Mangunkusumo (RSUPCM) Jakarta pada tahun 1987 dilaporkan 153 kehamilan ektopik terganggu dalam 4007 persalinan, atau 1 dalam 26 persalinan. Ibu yang mengalami kehamilan ektopik terganggu tertinggi pada kelompok umur 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0% sampai 14.6% (1). Kasus kehamilan ektopik terganggu di RSUP dr. M. Djamil padang selama 3 tahun (tahun 1992-1994) ditemukan 62 kasus dari 10.612 kehamilan.  Menurut data yang diperoleh dari di Ruang Camar III bagian Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, kasus kehamilan ektopik menduduki peringkat ke-8 dari 10 kasus Ginekologi terbanyak pada tahun 2004. 

1.2.   Rumusan masalah
Apakah yang dimaksud dari kehamilan ektopik serta penyebab terjadinya kehamilan ektopik?

1.3.    Tujuan
Menjelaskan pengertian dari kehamilan etopik serta menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum uterus. Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen. Namun, kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi.
Kehamilan etropik terjadi bila telur yang dibuahi  berimplatasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars intertisialis tuba dan kanalis servikalis masih termaksud dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. kehamilan intra uterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena pada pars interstisialis tuba dan kanalis sevikalis masih dalam uterus tapi bersifat ektopik.tuba falopii merupakan tempat tersering terjadinya implantasi kehamilan ektopik(lebih besar dari 90%)
Kehamilan intra uterin dapat di temukan bersamaan dengan kehamilan ekstra uterin.dalam hal ini di bedakan 2 jenis yaitu combined ectopid pregnancy dimana kehamilan intra uterin dapat pada waktu yang sama dengan kehamilan ekstra uterin dan compound ectopic pregnancy yang merupakan kehamilan esktra uterin lebih dahulu dengan janin sudah mati dan menjadi litopedion.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga banyak dipakai, oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal, misalnya kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kehamilan pada serviks uteri.
Berdasarkan tempat implantasinya kehamilan ektopik  :
  Pars interstitial tuba
  Pars ismika tuba
  Pars ampuralis tuba
  Kehamilan infundibulum tuba
  Kehamilan abdominal primer atau sekunder
  Kehamilan ovarial
  Kehamilan intraligamenter
  Kehamilan servikal
  Kehamilan tanduk rahim rudimenter
Berdasarkan tempatnya kehamilan di luar kandungan terdiri dari :
Ø  Kehamilan tuba (berkisar 95 – 98 %)
Kehamilan di tuba adalah  tempat paling favorit terjadinya kehamilan di luar kandungan  yaitu janin tumbuh dan berkembang di saluran penghubung antara rongga rahim dengan indung telur (ovarium )yang hanya sebesar pangkal lidi
Ø  Kehamilan leher  rahim (servikalis) dan tanduk rahim
Kehamilan ini masih dibagian rahim tetapi tidak di dalam rongga rahim,leher rahim dan tanduk rahim (kornu) adalah salah satu bagian rahim yang sempit bukan tempat ideal untuk pertumbuhan bayi.

Ø  Kehamilan indung telur (ovarium)
Organ rsproduksi sel telur (ovum) ini kecil,jumlahnya ada 2 di ujung tuba kanan dan kiri bukan tempat pertumbuhan bayi.
Ø  Kehamilan ikat rahim (intra ligamenter)
Ø  Kehamilan rongga perut (abdomen)
Ø  Kehamilan bisa ke rongga perut
Sekitar wilayah rahim namun prosentasenya amat kecil yaitu di sekitar rongga dibagian tengah tubuh yang berisi : liver(hati),lambung,dan rangkaian ususnya,limpa,sepasang limpa,seopasang ginjal ,lalu turun kebawah berisi organ reproduksi.
Ø  Kehamilan kombinasi
Kehamilan diluar kandungan dan di dalam rahim secara bersamaan

2.2. Anatomi Fisiologi
a.      Uterus
Uterus berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng kearah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.Dindingnya terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan tebal dinding 1,25 cm.
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi.Uterus terdiri dari fundus uteri, korpus dan serviks uteri.Fundus uteri adalah bagian proksimal dari uterus, disini kedua tuba falopii masuk ke uterus.Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar, pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri. Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis servisis uteri dan pars supravaginalis servisis uteri. Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis.
Secara histologis uterus terdiri atas tiga lapisan:
1) Endometrium atau selaput lendir yang melapisi bagian dalam
2) Miometrium, lapisan tebal otot polos
3) Perimetrium, peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar.
Endometrium terdiri atas sel epitel kubis, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkelok. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid pada seorang wanita dalam masa reproduksi.
Dalam masa haid endometrium sebagian besar dilepaskan kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan selanjutnya dalam masa sekretorik.Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan disebelah luar berbentuk longitudinal.Diantara lapisan itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman, lapisan ini paling penting pada persalinan karena sesudah plasenta lahir, kontraksi kuat dan menjepit pembuluh darah.Uterus ini sebenarnya mengapung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya untuk terfiksasi dengan baik.
b.      Tuba Falopii
Tuba falopii terdiri atas:
1.      Pars intersisialis, bagian yang terdapat pada dinding uterus.
2.      Pars isthmika, bagian medial tuba yang seluruhnya sempit.
3.      Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi.
4.      Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbrae.

c.       Fimbrae
Fimbrae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur kemudian disalurkan ke dalam tuba. Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke arah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran silia tersebut.
d.      Ovarium
Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang sekitar 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Setiap bulan 1-2 folikel akan keluar yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel de Graaf.

2. 3. Klasifikasi
Menurut Sarwono Prawirohardjo, lokasinya kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan :
1. Tuba Fallopii
a) Pars-interstisialis
b) Isthmus
c) Ampula
d) Infundibulum
e) Fimbrae
2. Uterus
a) Kanalis servikalis
b) Divertikulum
c) Kornua
d) Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a) Primer
b) Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.

2.4. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik sebagian besar belum di ketahui. Tiap kehamilan di ketahui dengan pertumbuhan telur di bagian ampula tuba, dan dalam perjalanan ke uterus mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba falopii. Faktor yang berperan dalam hal ini adalah sebagai berikut:
1.      Faktor dalam lumen
Ø  Endosalpingitis dapat menyebabkan endosalping sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantung batu.
Ø  Hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok sehingga sering di sertai dengan gangguan fungsi silia endosalping.Oprasi plastic tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna.
2.      Faktor uterus : Tumor rahim yang menekan tuba dan Uterus hipoplastis
3.      Faktor Tuba :
Ø  Gangguan pada lumen tuba :
a.       Infeksi
b.      Hipoplasia
c.       Operasi plastik pada tuba
Ø  Gangguan diluar tuba :
a.       Endometriosis tuba
b.      Divertikel pada lumen tuba
c.       Perlekatan sekitar tuba
d.      Migrasi eksternal
4.      Faktor Ovum :
Ø  Migrasi eksterna dari ovum
Ø  Perlekatan membarana granulose
Ø  Rapid cell devision
Ø  Migrasi internal ovum

2.5.  Patofisiologi
Proses implantasi ovum terjadi dituba pada dasarnya sama hanya dicavum uteri. Telur bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Secara kolumner  telur berinvlantasi di ujung atau sisi jonjot endosalping.perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresorbsi. Pada nidasi interkolumner telur  bernidasi antara 2 jenjot endosalving.
Setelah tempat tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan yang menyerupai desi dua  dan dinamakan pseudokapsularis, karena pembentukan desidua tidak sempurna maka dengan mudah vili korealis menembus endosalping dan masuk lapisan otot dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. Dibawah pengaruh hormone estrogen dan progesterone dari korpus luteum gravidarum dan trofoblast uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua. Sel epitel membesar  dengan intinya hipertropik, hiperkromatik, lobuler dan membentuk tidak teratur.
Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa kadang ditemukan mitosis. Perubahan ini hanya ditemukan pada sebian kehamilan ektopik. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh desidua yang degenerative.
2.7. Patoflow
                              Faktor dalam Lumen
                    Terjadi penyempitan lumen tuba
                 Telur berkembang diluar cavum uterus
                              Kehamilan ektopik 
        Proses perkembangan bayi                                  Perkembangan bayi di leher
Antara rongga rahim dan induk telur                               rahim dan tanduk rahim
Penekanan abdomen                                        pertumbuhan bayi tidak ideal                         
gangguan proses       tubuh tidak bisa                                      kematian janin
    pencernaan                beristirahat                                            tubektomi
   daya tubuh           timbulnya ancaman    trauma mekanik      pemotongan        pendarahan
      menurun               rasa nyaman           rusaknya jaringan      tuba falopi  
Gangguan pola tidur
                                                                     lapisan otot         trauma jaringan   reaksi peradangan                                                           
Resiko infeksi
Resiko tinggi perubahan nutrisi
   mual muntah                                          
                                                                suplai cairan lapisan
                                                                   otot berkurang          Reseptor nyeri                                 
Deficit volume cairan
                                                                                                                          Sel eferen              
         Korteks serebri            
Nyeri
                                                                                               Thalamu            Sel aferen                             
2.6. Manifestasi
1.      Gejala kehamilan awal (flek atau perdarahan yang ireguler, mual, pembesaran payudara, perubahan warna pada vagina dan servik, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi meningkat).
2.      Nyeri pada abdomen dan pelvis
Ø  Tanda gejala  Kehamilan ektopik yang belum terganggu :
a.       Kehamilan muda atau abortus imminens
b.      Terlambat haid
c.       Mual dan muntah
d.      Pembesaran payudara
e.       Hiperpigmentasi areola dan garis tengah perut
f.       Peningkatan rasa ingin berkemih
g.      Porsio livide
h.      Pelunakan serviks
i.        Perdarahan bercak berulang
Ø  Tanda gejala kehamilan ektopik yang terganggu
a.       Kolaps dan kelelahan
b.      Denyut nadi cepat dan lelah
c.       Hipotensi
d.      Hipovelemia
e.       Abdomen akut dan nyeri pelvis
f.       Distensi abdomen
g.      Nyeri lepas
h.      Pucat
Ø  Gambaran klinis yang dijumpai bisa akut atau sub akut antara lain :
a.       Rasa sakit dan nyeri
b.      Amenorea
c.       Perdarahan
d.      Teraba masa tumor
e.       Jatuh dalam syok
f.       Mual dan muntah-muntah
g.      Pengeluaran jaringan desidual cast
h.      Febris dan Sakit dibahu 
Manisfestasi klinik pada klien dengan kehamilan ektopik adalah sebagai berikut.
1.      Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada umumnya ibu menunjukan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal, uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada bimanual.
2.      Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-bada dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang tidak jelas sehingga sukar dibuat diagnosisnya.
3.      Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intesitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk kedalam syok.
4.      Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya amenore tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat berpriasi.       

2.7. Komplikasi
1.      Ruptur tuba atau abortus tuba
2.      Aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada pars ismikus tuba yang sempit

3.      Abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis
4.      Reaksi peradangan lokal dan infeksi sekunder dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah yang berkumpul.

2.8. Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup, Hellman dkk, (1971) 1 kematian diantara 826 kasus, dan Willson dkk.(1971) 1 antara 591. Tetapi bila pertolongan terlambat angka kematian dapat tinggi, Sjahid dan Martohoesodo (1970) Mendapat angka kematian 2 dari 120 kasus, Sedangkan Tarjamin dkk (1973) 4 dari 138 kehamilan ektopik.

2.9. Penatalaksanaan
Ø  Medis (operasi)
a.      TUBEKTOMI
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter). Metode lain yang tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum atau lokal (spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.

b.      LAPARATOMI           
Laparotomi eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
c.       LAPAROSKOP
Laparoskop  yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
d.      TANFUSI DARAH.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan tranfusi,  jika terjadi pendarahan yang berlebihan.
Ø  Keperawatan
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, dan pelaksanaan kemoterapi, dan menciptakan suasana tenang dan nyaman untuk mengurangi rasa nyeri dan kecemasan. Konseling pasca tindakan dan asuhan mandiri selama dirumah.











BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.   Pengkajian
1.      Menstruasi terakhir.
Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk menetukan taksiran persalinan (TP).TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT).Untuk menentukan TP berdasrkan HPHT dapat digunakan rumus Naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurang tiga, tahun disesuaikan.
2.      Adanya bercak darah yang berasal dari vagina.
3.      Nyeri abdomen: kejang, tumpul.
4.      Jenis kontrasepsi.
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibatkan buruk pada janin, ibu, atau keduanya.Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didaptkan pada saat kunjungan pertama.Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut saat kehamilan yang tidak dikatahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual janin.
5.      Riwayat gangguan tuba sebelumnya.
Kondisi kronis (menahun/terus-menerus) seperti diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan.Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi dan trauma pada persalinan sebelumnya harus didokumentasikan.
6.      Tanda-tanda vital.
Pemeriksaan fisik lengkap pada ibu hamil diperlukan untuk mendeteksi masalah fisik yang dapat dipengaruhi kehamilan.
a.       Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan mempengaruhi tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi duduk  dengan posisi sejajar posisi jantung. Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan darah yang didapatkan.
b.      Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit.Takikardia bisa terjadi pada keadaan cemas, hipertiroid dan infeksi.Nadi diperiksa selama satu menit penuh untuk dapat menentukan keteraturan detak jantung. Nadi diperiksa untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai, nadi seharusnya sama kuat dan teratur.
c.       Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24 kali per menit.Takipnea terjadi karena adanya infeksi pernapasan atau penyakit jantung. Suara napas harus sama bilateral, ekspansi paru simetris dan lapangan paru bebas dari suara napas abdominal.
d.      Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,60 C. Peningkatan suhu menandakan terjadi infeksi dan membutuhkan perawat medis.
Ø  Sistem Kardiovaskular
a.       Bendungan vena
Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi terhadap bendungan vena, yang bisa berkembang menjadi varises. Bendungan vena biasanya terjadi pada tungkai, vulva dan rectum
b.      Edema pada ekstremitas
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian darah oada ekstermitas akibat perpindahan cairan intravaskular keruan intertesial.Ketika dilakukan penekanan dengan jari atau jempol menyebabkan terjadinya bekas tekanan, keadaan ini disebut pitting edema.Edema pada tangan dan wajah memerlukan pemeriksaan lanjut karena merupakan tanda dari hipertensi pada kehamilan.

Ø  Sistem muskuloskeletal
a.       Postur tubuh
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama kehamilan. Keadaan ini mengakibatkan regangan pada otot punggung dan tungkai
b.      Tinggi badan dan berat
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar untuk dapat menentukan kenaikan berat badan selama kehamilan.Berat badan sebelum konsepsi kurang dari 45 kg dan tinggi badan kurang dari 150 cm ibu beresiko melahirkan prematurdan berat badan lahir rendah. Berat badan sebelum konsepsi lebih dari 90 kg dapat mengakibatkan diabetes pada kehamilan, hipertensi pada kehamilan, persalinan seksio caesarea, dan infeksi postpartum. Rekomendasi kenaikan berat badan selama kehamilan berdasarkan indeks masa tubuh.
c.       Pengukuran pelviks
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk menentukan diameternya yang berguna untuk persalinan per vaginaan.
d.      Abdomen
Kontur,ukuran dan tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi fundus diukur jika fundus bisa dipalpasi diatas simfisis pubis.Kandung kemih harus dikosongkan sebelum pemeriksaan dilakukan untuk menentukan keakuratannya.Pengukuran metode Mc. Donal dengan posisi ibu berbaring. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intesitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk kedalam syok. Intensitas nyeri berkisar antar 9-10 nyeri hebat.




Ø  Sistem neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila ibu tidak memiliki tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya masalah.Pemeriksaan reflek tendo sebaiknya dilakukan karena hiperfleksi menandakan adanya komplikasi kehamilan.
Ø  Sistem integument
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat menandakan anemis, jaundice menandakan ganguan pada hepar, lesi hiperpigmentasi seperti closma gravidarum, sreta linea nigra berkaitan dengan kehamilan dan strie perlu dicatat. Penempangan kuku berwarna merah muda menandakan pengisian kapiler dengan baik.
Ø  Sitem endokrin
Pada trimester kedua kelenjar tiroid membesar, pembesaran yang berlebihan menandakan hipertiroid dan perlu pemeriksaan lebih lanjut.
Ø  Sistem gastrointestinal
a.       Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut .bibir bebas dari ulserasi, gusi berwarna kemerahan, serta edema akibat efek peningkatan estrogen yang mengakibatkan hiperplasia. Gigi terawat dengan baik, ibu dapat dianjurkan kedokter gigi secara teratur karena penyakit periodontal menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya persalinan prematur. Trimester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk melakukan perawatan gigi.
b.      Usus
Stestokop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih nyaman untuk ibu hamil.Bising usus bisa berkurang karena efek progesteron pada otot polos, sehingga menyebabkan konstipasi.Peningkatan bising usus terjadi bila menderita diare.


Ø  Sistem urinarius
Pengumpulan urine untuk pemeriksaan dilakukan dengan cara urine tengah. Urine diperiksa untuk mendeteksi tanda infeksi saluran kemih dan zat yang ada dalam urine yang menandakan suatu masalah.
a.       Protein
Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada dalam urine, hal ini menandakan adanya kontaminasi sekret vagina, penyakit ginjal, serta hipertensi pada kehamilan
b.      Glukosa
Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa dikatakan normal pada ibu hamil. Glukosa dalam jumlah yang besar membutuhkan pemeriksaan gula darah
c.       Keton
Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas yang berat atau pemasukan cairan dan makanan yang tidak adekuat
d.      Bakteri
Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi saluran kemih yang bisanya terjadi pada ibu hamil
Ø  Sistem reproduksi
a.       Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi putting dan pengeluaran kolostrum perlu dicatat. Adanya benjolan dan tidak simetris pada payudara membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.
b.      Organ reproduksi eksternal : Kulit dan membran mukosa perineum, vulva dan anus perlu diperiksa dari eksiorisasi, ulserasi, lesi, varises dan jarinagn parut pada perineum
c.       Organ reproduksi  internal
ü  Serviks berwarna merah muda pada ibu yang tidak hamil dan berwarna merah kebiruan pada ibu hamil yang disebut tanda Chadwik.
ü  Vagina :mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen sehingga tampak makin merah dab kebiru biruan.
ü  Ovarium (indung telur) : dengan terjadinya kehamilan, indung telur mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.

3.2. Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko infeksi berhubungan dengan adanya perdarahan yang berulang.
2.      Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba falopi, perdarahan intraperitoneal.
3.      Resiko tinggi perubahan nutrisi berhubungan dengan nausea dan komitus
4.      Devisit volume yang berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
5.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan maternal.

3.3. Intervensi keprawatan
Ø  Diagnosa 1     : Potensial syok berhubungan dengan pendarahan yang hebat.
Kriteria hasil  : Pendarahan berhenti
Rencana Intervensi
Rasional
Mandiri
1.
Monitor tanda-tanda vital
Monitor tanda-tanda vital akan mengetahui keadaan dan perkembangan
2.
Kaji pendarahan (jumlah ,warna, gumpalan)
Mengkaji pendarahan ,jumlah,warna,gumpalan akan mengetahui gejala-gejala syok
3


4.
Cek hemolobin.


Berikan tranfusi darah
Cek hemoglobin akan mengetahui keaadan hb klien

Memberikan tranfusi darah akan menggantikan banyaknya darah yang keluar.
Kolaborasi:
5.
Lakukan pemeriksaan rhesus golongan darah.
Pemeriksaan tersebut memudahkan melakukan tranfusi

Ø  Diagnosa 2     : Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba falopi, perdarahan
                         intraperitoneal.
Kriteria hasil  : Ibu dapat mendemostrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital
                        dalam batas normal, dan ibu tidak meringis.
Intervensi
Rasional
1.      Temukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan

2.      Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat

3.      Evaluasi tekanan darah dan nadi, perhatikan perubahan


4.      Perhatikan nyeri tekan, uterus dan adanya karakteristik nyeri penyerta

5.      Ubah posisi klien

1.      Klien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan secara langsung
2.      Meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas dan ketakutan karena ketidaktahuan dan memberikan rasa kontrol.
3.      Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah dan nadi meningkat
4.      Selama 12 jam pertama pasca partum, kontraksi uterus kuat dan teratur, dan ini berlanjut selama 2-3 hari berikutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya dikurangi.
5.      Meningkatkan kenyamanan, dan menurunkan distraksi, dan tidak menyenangkan


Ø  Diagnosa 3     : Resiko tinggi perubahan nutrisi berhubungan dengan nausea dan
                        komitus
Kriteria hasil : Bebas dari tanda-tanda hipoglikemi
No.
Intervensi
Rasionalisai
1.
Tinjau ulang riwayat prenatal ibu terhadap kemungkinan stressor yang berdampak pada simpanan glukosa neonatus.
Bayi cukup bulan rentan pada hipoglikemi mengalami stress kronis dalam uterus, terpajang pada kadar glukosa yang tinggi dalam uterus.
2.
Perhatikan skor apgar, kondisi saat lahir, tipe sewaktu pemberian obat dan suhu awal bayi.
Stresor kelahiran dan stress dini meningkatkan laju metabolism dengan cepat menurunkan simpanan glukosa.
3.
Timbang berat badan bayi
Menetapkan kebutuhan kalori dan cairan yang sesuai dengan berat dasar
4.
Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril, kemudian dekstrosa dan air, berlanjut untuk formula untuk bayi yang makan melalui lewat botol
Mengkaji keefektifan menghisap, menelan dan kepatenan esophagus.

Ø   
3.4. Implementasi Keperawatan
·         Memonitori tanda-tanda vital
·         Mengkaji pendarahan (jumlah ,warna, gumpalan)
·         Mengecek hemolobin.
·         Membarikan tranfusi darah
·         Melakukan kolaborasi pemeriksaan rhesus golongan darah.

3.5. Evaluasi
No Dx
Ealuasi
1




2




3


S= klien mengatakan infeksi tidak terjadi
O= pendarahan berhenti
A= semua intervensi tercapai
P=-

S = klien mengatakan rasa nyeri berkurang
O= tekanan darah dan nadi kembali normal
A= semua intervensi tercapai
P=-

S = klien mengatakan sudah bisa sedikit menerima asupan makanan
O= -
A= intervensi tercapai sebagian
P= Tindakan dilanjutkan
I = kolaborasi kembali pada tim gizi
E = tindakan mandiri akan mempermudah klien untuk melakukan sendiri

.


BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum uterus.Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen. Namun,kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi (Murria,2002).
Kehamilan etropik terjadi bila telur yang dibuahi  berimplatasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars intertisialis tuba dan kanalis servikalis masih termaksud dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.

4.2. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi pedoman dan menambah pengetahuan tentang kehamilan ektopik terganggu.












Daftar Pustaka

Bari, Abdul Saifuddin, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Jakarta: JNPKKR-Po GI
Errol Norwitz, John Schorge.2007. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Erlangga
Masjoer arif m, 2000, kapita selaekta kedokteran, Jakarta: media Aesculapius.Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Binapustaka Sarwono Prawirohardjo.
Syaifuudin, 2009 , Anatomi Tubuh Manusia, Jakarta : salemba medika.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP