ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN KASUS TETANUS DENGAN NY F
A. PENGKAJIAN
1.Identitas/ Biodata Klien
Nama : Ny. F
Tempat/TglLahir : Surabaya, 15 September 1954
Umur : 56 Tahun
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Warga
Negara : Indonesia
Bahasa Yang
Digunakan : BahasaJawa
PenanggungJawab
Nama
:
Tn.H
Alamat
: Jln. Kertosari No 14 Sby
Hubungan Dg
Klien : Suami
Keluhan
Utama :
Kejang
2.Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. F Datang KeRumah Sakit Dengan Keluhan Kejang .Keluarga Klien Mengatakan Pasien Kejang Sejak 2 Bulan Yang Lalu .Kejang Dirasakan Semakin Hebat Sejak Seminggu Terakhir. Berdasarkan Keterangan Dari Keluarga,
3 Tahun Yang Lalu Pasien Pernah Mengalami Luka Robek Di Kakinya Karena Terkena Patahan Kayu Yang
Tajam.
3.Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Keluarga Pasien Mengatakan Bahwa 3 Tahun Yang Lalu Pasien Pernah Mempunyai Luka Robek Akibat Terkena Patahan Kayu.
4.Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak Ada Keluarga Yang Menderita Tetanus.
5.Keadaan Lingkungan
Pasien Bertempat Tinggal Di
Daerah Yang Kurang Bersih.
B. Observasi
1. Keadaan
Umum
Suhu : 38oC
Nadi : 116 x/menit
Tekanandarah :
120/90 mmHg
RR : 26
x/menit
BB : 52
kg
TB : 160
cm
1. Review of Sistem (ROS)
B1 (breathing): takipnea, RR= 26 x/menit
B2 (blood): disritmia, febris.
B3 (brain): kelemahan fisik, kelumpuhan salah satu saraf otak.
B4 (bladder): retensi urine (oliguria)
B5 (bowel): konstipasi akibat menurunnya gerak
peristaltic usus
B6 (bone): sulit menelan.
C.
Analisis Data
No.
|
Data
|
Etiologi
|
MK
|
1.
|
DS: Pasien sering mengeluh pening diikuti dengankejang-kejang
DO: Pasien sering terlihat kejang oleh keluarga
|
Tetanus Proliferasi clostridium
tetanike pembuluh darah
Toksindari
clostridium tetani menyebarke system saraf di otak melalui pembuluh darah
Toksin menimbulkan reaksi di
system saraf di otak dan menyebabkan kejang
|
Kejang
|
2.
|
DS: Pasien mengeluh batuk.
DO: ronkhi,
batuk tidakefektif disertai sputum atau lender, hasil lab menunjukkan AGD abnormal
(asidosisrespiratorik).
|
Spasmeotot
faring Akumulasi sputum di trakea
Ronkhi
|
Bersihan jalan nafas tidakefektif.
|
3.
|
DS: Pasien sesak nafas.
DO:RR= 26
x/menit, ada retraksi dinding dada, ada pernafasan cuping hidung.
|
Kekakuan otot faring
Sesak nafas
|
Pola nafas tidak teratur
|
D.
DiagnosaKeperawatan
1. Kejang
berhubungan dengan penyebaran toksic clostridium tetani di system saraf di otak
2. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sputum.
3. Pola
nafas tidak teratur berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot
pernafasana
E.
Intervensi
No
|
Diagnose
|
Jam/tanggal
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Paraf
|
1
|
4. Kejang
b.dpenyebaran
toksicclostridium tetani di system saraf di otak
|
1 -3-2012/
Jam : 08:00
|
Tujuan: tidak terjadi kejang
Kriteria
hasi:
frekuensi
kejang berkurang,pasien lebih tenang
|
Mandiri
1. Anjurkan keluarga agar menahan
tubuh pasien saat kejang
2. anjurkan keluarga untuk
memasang sendok ke mulut pasien saat pasien kejang
Kolaborasi
3.
Memberikan
obat anti kejang kepada pasien
|
3.
Obat
anti kejang dapat membantu pasien untuk segera lepas dari masa kejangnya dan menenangkan
pasien
|
|
2
|
bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan akumlasi sputum.
5.
|
1-3-2012/ jam : 09.00
|
Tujuan : jalan nafas
kembali efektif
Kriteria hasil : AGD normal, tidak ada suara
nafas ronkhi, tidak ada sputum
|
Mandiri:
1.
Bebaskan
jalan nafas dengan memberikan posisi kepala ekstensi.
2.Lakukan pemerikasaan fisik
khususnya auskultasi tiap 2-4 jam sekali.
3.Lakukan suction.
|
|
|
3
|
pola
nafas tidak teratur berhubungan dengan jalan nafas tergaggu akibat spasme
otot pernafasan
|
1-3-2012/
Jam 10:00
|
Tujuan :pola nafas
teratur dan kembali normal
Kriteri hsil :
tidak
sesak nafas, RR dalam rentang normal, tidak ada retraksi dinding dada, dan
tidak ada pernafasan cuping hidung
|
Mandiri:
2.Berikan posisi semi fowler.
3.Observasi
tanda&gejalasianosis
|
1.
Adanya
kelainan pada pernafasan dapat dilihat dari frekuensi, jenis pernafasan,
kemampuan & irama nafas.
2. Posisi semi fowler dapat
memberikan rasa nyaman bagi klien & salah satu cara untuk melancarkan
jalan nafas.
3.
Sianosis
merupakan tanda ketidakadekuaan perfusi O2 pada jaringan tubuh
perifer.
|
|
F. Implementasi
No
|
Diagnosa
|
Jam/tanggal
|
Implementasi
|
Respon hasil
|
Paraf
|
1
|
6. Kejang
berhubungan dengan penyebaran toksic clostridium tetani di system saraf di
otak
|
1-3-2012/ jam :08.00
|
1.
Menganjurkan
Keluarga Agar Menahan Tubuh Pasien Saat Kejang
2.
Menganjurkan
Keluarga Untuk Memasang Sendok Ke Mulut Pasien Saat Pasien Kejang
3.
Memberikan
Obat Anti Kejang Kepada pasien
|
1.
Pada saat kejang pasien tidak
mengalami kejang.
2.
Saat kejang pasien tidak
menggigit lidah karna telah di pasang sedok
3.
Pasien tampak telah jarang
megalami kejang
|
|
2
|
7. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sputum
|
1-3-2012/
Jam: 09.00
|
1.
Membebaskan
Jalan Nafas Dengan Memberikan Posisi Kepala Ekstensi.
2.
Melakukan
Pemerikasaan Fisik Khususnya Auskultasi Tiap 2-4 Jam Sekali.
3.
Melakukan
Suction.
|
1. Setelah
dilakukan posisi ekspresi ekstasi pasien tampak nafasnya kembali efektif
2. Setelah
pemeriksaan fisilk pasien tampak tidak mengalami rohchi
3. Setelah
melakukan suction pasien tampak telah bernafas dengan baik walau masih
mengunakan kateter dan spuntum nya telah hilang walau masih sedikit
|
|
3
|
8. Pola
nafas tidak teratur berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme
otot pernafasana
9.
|
1-3-2012/
Jam : 10.00
|
2.Memberikan Posisi Semi
Fowler.
3.Mengobservasi
Tanda & Gejala Sianosis
|
1. nafas,irama serta RR pasien kembali normal
2.
setelah di lakukan dengan posisi semi powler pasien tampak nyaman dan
bernafas dengan lancar Ekspasi otot-otot tambahan pernapasan berkurang
3. Setelah diobservasi pasien tidak tampak
terjadinya sianosis
|
|
G. Evaluasi
No
|
DX
|
Evaluasi
|
Paraf
|
1
|
10. Kejang
berhubungan dengan penyebaran toksic clostridium tetani di system saraf di
otak
|
S: pasien/keluarga
mengtakan kalau pasien tampak lebih tenang dan
Prekuensi kejang
berkurang
O:preuensi kejang
klien tampak telah berkurang
A: intervensi
tercapai sebagian
P: intervensi di
lanjutkan
|
|
2
|
11. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sputum.
|
S: pasien mengatakan
telah bernafas dengan normal
O: klien tampak tidak
terdengar lagi nafas rochki dan telah bernafas dengan normal
A: intervensi
berhasil
P: intervensi
berhenti
|
|
3
|
12. Pola
nafas tidak teratur berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme
otot pernafasan
13.
|
S:klien mengatakan
nafas kembali normal dan teratur
O: klien tampak tidak sesak nafas, RR dalam
rentang normal, tidak ada retraksi dinding dada
A:
intervensi berhasil
P:intervensi di
hentikan
|
|
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus