Minggu, 02 Februari 2014

askep cor pulmunal

SISTEM RESPIRASI II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN COR PULMONAL
Di Susun Oleh :
Kelompok II
Alim Yansyah
Dwi Novita Sari
Efriani
Nurlestari
Putri Lestari
Suzi benerli

DOSEN PEMBIBING : Rusmarita S.Kep Ners

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIK BINA HUSADA PALEMBANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
Cor pulmonal didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam struktur dan fungsi ventrikel kanan yang disebabkan oleh gangguan utama dari sistem pernapasan. Hipertensi paru adalah hubungan umum antara disfungsi paru-paru dan jantung di cor pulmonal. Penyakit ventrikel kanan sisi disebabkan oleh kelainan primer dari sisi kiri ventrikel kanan sisi disebabkan oleh kelainan primer dari sisi kiri jantung atau penyakit jantung bawaan tidak dianggap pulmonale cor, tapi pulmonale cor dapat mengembangkan sekunder untuk berbagai proses penyakit cardiopulmonary. Meskipun pulmonale cor umumnya memiliki progresif dan perlahan-lahan saja kronis, onset akut atau pulmonale cor diperburuk dengan komplikasi yang mengancam kehidupan dapat terjadi.
Data kematian yang dikumpulkan sejak tahun 1991 dari bagian Ilmu Kedokteran Respirasi FK UI Unit paru RSU Persahabatan penyebab kematian akibat cor pulmonal sebanyak 7 kasus dari 175 jumlah total kematian pasien penderita penyakit paru atau sebesar 4,10%. Cor pulmonal menduduki ranking kelima setalah TB paru, tumor paru, pneumonia, dan bronkhiektasis.
Jika cor pulmonal terlambat didiagnosa atau terapi awal yang tidak memadai pada cor pulmonal dapat menimbulkan gangguan fungsi paru, maka diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Untuk itu, berdasarkan uraian diatas,  kami merasa perlu membahas dan menelaah lebih dalam mengenai penyakit cor pulmonal untuk dapat mengetahui asuhan keperawatan  pada pasien cor pulmonal dengan  pendekatan proses keperawatan yang benar.




1.2    tujuan
1.   Memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai pengertian penyakit corpumonal
2.   Memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai penyebab penyakit corpumonal
3.   Memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai penyebab penyakit corpumonal
4.   Memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai cara pencegahan dan pengobatan penyakit corpumonal

















BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 Definisi
Cor pulmonal didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam struktur dan fungsi ventrikel kanan yang disebabkan oleh gangguan utama dari sistem pernapasan.  Keadaan patoogis dengan ditemukannya hipertropi ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktural paru. (WHO, 1993). Korpulmonal adalah suatu keadaan patologis akibat hipertropi/dilatasi ventrikel kanan yang disebabkan oleh hipertensi pulmonal, dengan penyebabnya adalah kelaianan penyakit parenkim paru, kelainan vascular paru dan gangguan fungsi paru. (Braunwahl, 1980).
Cor Pulmonal (CP) adalah suatu keadaan di mana terdapat hipertrofi atau dilatasi dari ventrikel kanan sebagai akibat dari hipertensi (arteri) pulmonal yang disebabkan oleh penyakit intrinsik dari parenkim paru, didinding toraks maupun vaskuler paru. Cor Pulmonal dapat bersifat akut akibat adanya emboli paru yang pasif, dan dapat juga bersifat kronis. (Yogiarto,M dan Baktiyasa,B: 2003). 
 Cor Pulmonal adalah penyakit jantung karena tekanan darah dalam pembuluh-pembuluh nadi paru. Penyakit jantung Pulmonal terkadang timbul sekunder dengan penyakit paru-paru seperti emfisema, silicosis atau fibrosis pulmonal, yaitu darah dialirkan lewat paru-paru dengan sulit (F. Knight,Jhon: 1995).

2.2  Anatomi Fisiologi
Kali ini saya akan membahas tentang Anatomi Dan Fisiologi Jantung. Jantung adalah sutau organ berotot, didalam vertebra bertanggung jawab untuk memompa darah melalui pembuluh darah, kontraksi berirama, atau suatu strutur yang serupa di annelida, mollusca dan arthrapoda. Istilah jantung (seperti cardiology) bermakna “berhubungan dengan jantung” dan berasal dari bahasa Yunani, kardia untuk jantung.
Fungsi utama jantung adalah untuk mengepam darah yang beroksigen ke seluruh bahagian tubuh. Tugas ini dilakukan dengan menguncup sebanyak 60 hingga 90 kali bagi setiap minit. dengan setiap penguncupan ruang jantung akan mengepam darah samada ke venrikel atau salur darah arteri. dalam masa 24 jam jantung anda berdenyut lebih daripada 100,000 kali, 7,000 liter darah dipam melalui jarak beribu batu di dalam sistem saluran darah.
Jantung sendiri mempunyai tiga lapisan, yang terdiri dari :
a. Lapisan terluar / Epikardium
b. Lapisan tengah / lapisan otot / miokardium
c. Lapisan terdalam / lapisan endotel / endokardium
Berikut penjelasannya :
Jantung tersusun atas otot jantung ( miokardium ) . Bagian jantung luar dilapisi oleh selaput jantung (perikardium ). Perikardium terdiri dari 2 lapisan. Lapisan luar disebut lamina panistalis dan lapisan dalam yang menempel pada dinding jantung disebut lamina viseralis. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat ruangankavum perikardii yang berisi cairan perikardii. Cairan ini berfungsi untuk menahan gesekan. Bagian dalam jantung dilapisi endokardium.
1.    PERICARDIUM ( lapisan  luar)
 Memiliki ciri-ciri :
·         pembungkus jantung
·         dari jaringan ikat
            Terdiri dari 2 lapisan :
1.      Pericardium Parietalis (luar)
2.      Pericardium Viseralis (dalam)
2.    MYOCARDIUM (lap otot jantung)
Memiliki ciri-ciri :
  • lapisan tengah jantung
  • Terdiri dari 3 macam otot
Terdiri dari 2 lapisan :
            1. otot atrium (tipis)
            2. otot ventrikel. ventrikel kiri >> tebal dari ventrikel kanan
            3. otot serat khusus
3. ENDOKARDIUM
1.      lapisan dalam jantung
2.      terdiri dr jaringan epitel (endotel)
3.      berhubungan langsung dengan ruang jantung
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mergalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung.
Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodic
Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm.
Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah.
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus.
Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.

2.3  Etiologi
Banyak penyaklit yang berhubungan dengan hipoksemia dan mempengaruhi paru-paru dapat menyebabkan cor pulmonal. Secara umum, penyakit cor pul monal disebabkan oleh :

1. Penyakit paru yang merata
Terutama emfisema, brnkhitis kronik (salah satu deretan penyakit cronic obstructive pulmonary disease- COPD). Dan fribosis akibat tuberculosis.
2. Penyakit pembuluh darah paru-paru
Terutama trombosis dan embolus paru-paru, fibrosis akibat penyinaran menyebabkan penurunan elastisitas pembuluh darah paru- paru

3. Hipoventilasi alveolar menahun
Adalah semua penyakit yang menghalangi pergerakan dada normal, misalnya :
a) Penebalan pleura bilateral
b) Kelainan neomuskuler, seperti polimielitis dan distrofi otot
c) Kiposkoliosis yang mengakibatkan penurunan kapasita rongga trorak sehingga pergerakan thorak berkurang.

2.4    Patofisiologi
Pembesaran ventrikel kanan pada cor pulmonal merupakan fungsi pembesaran atau kompensasi dari peningkatan dalam afterload. Jika resistensi vaskuler paru-paru meningkat dan tetap meningkat, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru-paru, peningkatan curah jantung dan pengerahan tenaga fisis dapat meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel kanan secara kronis meningkat jika volume paru-paru membesar seperti pada penyakit COPD yang dikarenakan adanya pernaniangan pernbuluh paru-paru dan kompresi kapiler alveolar. Penyakit paru-paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang pada suatu waktu akan memengaruhi jantung, menyebabkan pembesaran ventrikel kanan, dan sering kali berakhir dengan gagal jantung.
Beberapa kondisi yang menyebabkan penurunan oksigenasi paru-paru,dapat mengakibatkan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkapnia (pen ingkatan PaCO2), dan insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnia akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonar dan memungkinkan penurunan vaskularisasi pull-part’ seperti pada emfisema dan emboli paru-parti. Akibatnya, akan terjadi peningkatan tahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, sehingga menyebabkan hipertensi pulmonal. Arterial mean pressure pada paru-paru sebesar 45 mmHg atau lebih dan dapat menimbulkan cor pulmonal. Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin diikuti oleh gagal jantung kanan.


2.6    Manifestasi
a.         Umum
Batuk-batuk dengan dahak, sesak nafas, bengek, pembesaran jantung, dan gagal jantung.
b.      Klinis
1.      CP akibat emboli paru: sesak tiba-tiba pada saat istirahat, batuk-batuk dan hemoptisis.
2.      CP dengan PPOM: sesak nafas disertai batuk yang produktif.
3.      CP dengan hipertensi Pulmonal Primer: sesak nafas dan sering pingsan jika beraktifitas ( exertional syncope).
4.      CP dengan kelainan jantung kiri: sesak nafas ortopnea, dyspnea.
5.      CP dengan kelaina jantung kanan: bengkak pada perut dan kaki serta cepat lelah.
6.      Gejala predominan cor pulmonal  yang terkompensasi berkaitan dengan penyakit parunya yaitu batuk produktif kronik, dyspnea karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan, nyeri kuadran kanan atas.
c.     Tambahan                                                                                                                                
        Sianosis, vena leher distensi, ventrikel kana menonjol, clubbing fingers.

2.7    Penatalaksanaan Medis
Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah untuk meningkatkan ventilasi pasien dan mengobati penyakit yang melatarbelakangi beserta manilestasi dari gagal jantungnya.

Penatalaksanaan medis secara umum:

1. Pada pasien dengan penyakit asal COPD: pemberian 02 sangat dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan arteri puhnonal serta tahanan vaskuler pulmonal.
2. Higienis bronkhial: diberikan obat golongan bronkodilator.
3. Jika terdapat gejala gagal jantung: perbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnia.
4. Bed rest, diet rendah sodium, pemberian diuretik.
5. Digitalis: bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut jantung, selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.


Selain hal tersebut di atas, dianjurkan pula perawatan yang dilakukan di rumah (home care) karena penatalaksanaan dari penyakit ini berhubungan dengan pengobatan terhadap penyakit yang menyebabkannya, dan biasanya dalam jangka waktu yang lama. Pasien dengan COPD dianjurkan untuk menghindari alergen yang dapat mengiritasi jalan napas.
2.8    Pemeriksaan Penunjang
a.   Pemeriksaan EKG
1.      Biasanya menunjukkkan hipertrifi ventrikel kanan dana banormalitas atrium kanan.
2.      EKG menunjukkan deviasi aksis ke kanan dan gelombang P lancip.
b.    Pemerikasaan Foto Thoraks
1.      Kelainan pada parenkim paru
2.      Pelebaran trunkus pulmonalis pada daerah hilus disertai penurunan gambaran vaskuler paru drastis di daerah perifer.
3.      Pembesaran ventrikel kanan
4.      Pelebaran Vena Cava Superior
5.      Jika ada emfisema maka diafragma agak rendah, conus pulmonalis melebar.
c.    Pemeriksaan Laboratorium
Polisitemia ( hemoglobin dan eritrosit meninggi) akibat PPOM (Penyakit Paru Obstruksi Menahun). Saturasi O2 kurang dari 85%; PCO2 dapat meningkat atau normal.
Pemerikasaan AGD menunjukkan:
1.      PO2 kurang dari 60 mmHg
2.      PCO2 lebih dari 49 mmHg
3.      pH darah rendah
d.   Pemerikasaan ekakardiografi
Tampak adanya pembesaran (dilatasi) ventrikel kanan, tanpa adanya kelainan struktur pada jantung kiri. Pada pemeriksaan M mode, katup pulmonal menunjukkan tanda hipertensi pulmonal. Pemerikasaan ekokardiografi dengan doopler atau denan color mappingdapat ditunjukkan dengan adanya regurgitasi trikuspidalis dan katup pulmonal.
e.   Angiografi
Pemeriksaan angiografi pulmoner merupakan metode diagnosis yang paling spesifik untuk adanya emboli paru, tetapi cara ini meningkatkan resiko jika dilakukan pada pasien dengan hipertensi pulmonal.
      
f.   Radiografi dada
Meningkirkan ada tidaknya penyakit parenkim paru dan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis yang menonjol atau membesar






























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN COR PULMONAL
3.1    pengkajian
Anamnesis
  1. Identitas pasien
·         Kor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak. Untuk orang dewasa, kasus yang paling sering ditemukan adalah pada lansia karena sering didapati dengan kebiasaan merokok dan terpapar polusi. Hal ini di dasarkan pada epidemiologi penyakit-penyakit yang menjadi penyebab kor pulmonal, karena hipertensi pulmonal merupakan dampak dari beberepa penyakit yang menyerang paru-paru.
Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi kor pulmonal akibat obstruksi saluran napas atas seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.
  • Jenis pekerjaan yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah para pekerja yang sering terpapar polusi udara dan kebiasaan merokok yang tinggi.
  • Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah lingkungan yang dekat daerah perindustrian, dan kondisi rumah yang kurang memenuhi persyaratan runmah yang sehat. Contohnya ventilasi rumah yang kurang baik,hal ini akan semakin memicu terjadinya penyakit-penyakit paru dan berakibat terjadinya kor pulmonal.
2.Riwayat sakit dan Kesehatan
  • Keluhan utama
            Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada
  • Riwayat penyakit saat ini
Pada pasien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk yang tidak produktif. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
  • Riwayat penyakit dahulu
Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat penyakit seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah klien dengan riwayat hipertensi pulmonal.
3.2 diagnosa keperawatan
1.    Gangguan pertukaran gas yang b.d. hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
2.    Ketidakefektifan pola napas b.d. sempitnya lapang respirasi dan penekanan toraks.
3.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan nafsu makan (energi lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
4.    Intoleransi aktifitas  yang b.d. kelemahan fisik dan keletihan.
5.    Perubahan pola eliminasi urin b.d. oliguria.
3.3    intervensi
1.      Gangguan pertukaran gas yang b.d. Hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
  • Tujuan                  : Mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat untuk  keperluan tubuh.
  • Kriteria hasil         :
1.      Klien tidak mengalami sesak napas.
2.      Tanda-tanda vital dalam batas normal
3.      Tidak ada tanda-tanda sianosis.
4.      Pao2 dan paco2 dalam batas normal
5.      Saturasi O2 dalam rentang normal

Intervensi
Rasional
Pantau frekuensi, kedalaman pernapasan.Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir, tidakmampuan bicara/ berbincang.
Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong nafas perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan atau toleransi individu.
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan kerja nafas.
Awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan diagnosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi tambahan.
Bunyi nafas mugkin redup karena aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan secret. Krekel basah menyebar menunjukkan cairan pada intertisial/dekompensasi jantung.
Palpasi fremitus.
Penurunan getaran fibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.
Awasi tingkat kesadaran/ status mental. Selidiki adanya perubahan.
Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hypoxia, GDA memburuk disertai bingung/ somnolen menunjukkan disfungsi sersbral yang berhubungan dengan hipoksemia.
Evaluasi tingkat toleransi aktifitas. Berikan lingkungan yang tenang dan kalem. Batasi aktifitas pasien atau dorong untuk tidur/ istirahat dikursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktifitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.
Selama distress pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu melakukan aktifitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktifitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.
Awasi tanda vital dan irama jantung
Tachycardia, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
Kolaborasi
  1. Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.

Paco2 biasanya meningkat (bronchitis, enfisema) dan pao2 secara umum menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih kecil atau lebih besar. Catatan: paco2 “normal” atau meningkat menandakan kegagalan pernapasan yang akan datang selama asmatik.
b.  Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hypoxia. Catatan: emfisema kronis, mengatur pernapasan pasien ditentukan oleh kadar CO2 dan mungkin dieluarkan dengan peningkatan pao2 berlebihan.

  1. Berikan penekanan SSP (misal: ansietas, sedative, atau narkotik) dengan hati-hati.
Digunakan untuk mengontrol ansietas/gelisah yang meningkatkan konsumsi oksigen/kebutuhan, eksaserbasi dispnea. Dipantau ketat karena dapat terjadi gagal nafas.
d.  Bantu instubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik,dan pindahkan UPI sesuai instruksi pasien.
Terjadinya/kegagalan nafas yang akan datang memerlukan penyelamatan hidup.

2.                  Ketidakefektifan pola napas b.d. Hipoksia. 
Tujuan                  :
1.              Memperbaiki atau mempertahankan pola pernapasan normal   
2.              Pasien mencapai fungsi paru-paru yang maksimal.
Kriteria hasil         :
1.      Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan yang efektif.
2.       Pasien bebas dari dispnea, sianosis, atau tanda-tanda lain distress pernapasan 
Tindakan/intervensi
Rasional
Berikan posisi fowler atau semi fowler 

Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernapasan, dan menurunkan resiko aspirasi
Ajarkan teknik napas dalam dan atau pernapasan bibir atau pernapasan diafragmatik abdomen bila diindikasikan 

Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan napas kecil, memberika pasien beberapa kontrol terhadap pernapasan, membantu menurunkan ansietas.
Obserfasi TTV (RR atau frekuensi permenit) 

Mengetahui keadekuatan frekuensi pernapasan dan keefektifan jalan napas



3.                  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Penurunan nafsu makan (energi lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
  • Tujuan                  : Nafsu makan membaik.
  • Kriteria hasil         : 1. Gizi untuk kebutuhan metabolik terpenuhi 
       2. Massa tubuh dan berat badan klien berada dalam batas normal.

tindakan/intervensi
Rasional
Beri motivasi pada klien untuk mengubah kebiasaan makan.

Agar pasien mau memenuhi diet yang disarankan untuk kebutuhan nutrisi dalam metabolisme.
Sajikan makanan untuk klien semenarik mungkin.
Mengurangi anorexia pada pasien.
Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit.
Untuk mengetahui perkembangan asupan gizi klien melalui sampel darah.
Timbang berat badan pasien pada interval yang tepat.

Untuk mengetahui perkembangan klien dalam mempertahankan berat badan normal.
Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk klien.
Untuk bisa lebih tepat memberikan diet kepada pasien sesuai zat gizi dan kalori yang dibutuhkan.
Pertahankan kebersihan mulut yang baik.

Menambah nafsu makan dan membersihkan kuman-kuman yang ada dalam mulut, sehingga makanan yang klien makan akan terasa lebih nikmat.
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan demand oksigen
  • Tujuan                     : keseimbanagn antara suplai dan demand oksigen.
  • Kriteria hasil           : mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan di tunjukkan       dengan daya tahan, menunjukkan penghematan energi.

Tindakan/ Intervensi
Rasional
Beri bantuan untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari
Ajarkan klien bagaimana meningkatkan rasa control dan mandiri dengan kondisi yang ada
Ajarkan klien bagaimana menghadapi aktifitas menghindari kelelahan dan berikan periode istirahat tanpa gangguan di antara aktifitaa
Istirahat memungkinkan tubuh memperbaiki energy yang digunakan selama aktifitas
Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai menu makanan pasien
Dengan ahli gizi,perawat dapat menentukan jenis-jenis makanan yang harus dikonsumsi untuk memaksimalkan pembentukan energy dalam tubuh pasien.








5                    Perubahan pola eliminasi urin b.d. Penurunan curah jantung.
  • Tujuan                     : mengembalikan pola eliminasi urin normal.
  • Kriteria hasil           : klien menunjukkan pola pengeluaran urin yang normal, klien menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang eliminasi urin.

Tindakan/intervensi
Rasional
Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.

Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
Pantau/hitung keseimbangan intake dan output  selama 24 jam

Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan dieresis.
Pantau TD dan CVP (bila ada)

Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
Konsul dengan ahli diet.
Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
3.4        Implementasi
1.      Oksigen kembali edukuat
2.      TTV di batas normal
3.      Pola nafas telah kembali efektif
4.      Nafsu makan kembali normal
5.      Klien telah mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari
6.      Klien telah mampu merubah pola eliminasi urin
3.5        Evaluasi
DX 1: S : pasein mengatakan oksigen kembali edukuat
           O : pasein tampak bernafas kembali normal
           A : intervensi berhasil
            P : -
DX 2 : S : paseien mengatakan telah bernafas kembali efektif
            O : pasien tampak menunjukan pola nafas efektif
            A : intervensi berhasil
             P : -
DX 3 : S : pasein mengatakan nafsu makan kembali normal
             O : tampak berat badan klien kembali normal
             A : intervensi berhasil
              P : -
DX 4 : S : pasein mengatakan telah mampu melakukan aktivitas kembali
            O : pasien tampak melakukan aktivitas
             A : intervensi berhasil
              P : -
DX 5: S : pasein mengatakan pengeluaran urin kembali normal
            O :  klien menunjukan pola edukuat
            A : intervensi berhasil
             P : -














BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Cor pulmonal didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam struktur dan fungsi ventrikel kanan yang disebabkan oleh gangguan utama dari sistem pernapasan. Hipertensi paru adalah hubungan umum antara disfungsi paru-paru dan jantung di cor pulmonal. Penyakit ventrikel kanan sisi disebabkan oleh kelainan primer dari sisi kiri ventrikel kanan sisi disebabkan oleh kelainan primer dari sisi kiri jantung atau penyakit jantung bawaan tidak dianggap pulmonale cor, tapi pulmonale cor dapat mengembangkan sekunder untuk berbagai proses penyakit cardiopulmonary. Meskipun pulmonale cor umumnya memiliki progresif dan perlahan-lahan saja kronis, onset akut atau pulmonale cor diperburuk dengan komplikasi yang mengancam kehidupan dapat terjadi.
Pencegahan:
Tindakan pencegahan antara lain yang dapat Anda lakukan adalah hindari obesitas/kegemukan dan kolesterol tinggi, Berhenti merokok merupakan target yang harus dicapai, juga hindari asap rokok dari lingkungan, Kurangi atau stop minum alkohol, Melakukan olah raga secara teratur, Jika mengidap penyakit darah tinggi dan kencing manis hendaknya melakukan pengontrolan sesuai saran dokter secara teratur.
Pengobatan:

1. Pada pasien dengan penyakit asal COPD: pemberian 02 sangat dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan arteri puhnonal serta tahanan vaskuler pulmonal.
2. Higienis bronkhial: diberikan obat golongan bronkodilator.
3. Jika terdapat gejala gagal jantung: perbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnia.
4. Bed rest, diet rendah sodium, pemberian diuretik.
5. Digitalis: bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut jantung, selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.



Selain hal tersebut di atas, dianjurkan pula perawatan yang dilakukan di rumah (home care) karena penatalaksanaan dari penyakit ini berhubungan dengan pengobatan terhadap penyakit yang menyebabkannya, dan biasanya dalam jangka waktu yang lama. Pasien dengan COPD dianjurkan untuk menghindari alergen yang dapat mengiritasi jalan napas.


4.2 Saran
Hindari obesitas/kegemukan dan kolesterol tinggi, Berhenti merokok merupakan target yang harus dicapai, juga hindari asap rokok dari lingkungan, Kurangi atau stop minum alkohol, Melakukan olah raga secara teratur.
















DAFTAR PUSTAKA

A Sovari, Ali.2009.Cor Pulmonal.(online),emedicine.medscape.com,7 Oktober 2009
Boughman, Diane C & Hackley, Joann C.2000.Buku Saku Keperawatan Medical Bedah.Jakarta:EGC
Wilkinson, Judith. M.2002.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria NOC.EGC:Jakarta
buku asuhan keperawatan pada klien dengan nganguan sistem pernafasan karya irman somantri edisi 2 penerbit salemban medika .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar