Senin, 10 Februari 2014

askep tetrologi of falot (

TETRALOGI OF FALLOT










DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK  I
1.              Bayu Setiawan
2.              Eftarina
3.              Elfa Ayu Winarni
4.              Ema Riska Sari
5.              Emilia Febrianti
6.              Fikri
7.              Liliana Dwi Putri
8.              M.Hariansyah
9.              Riko Anggara
10.         Ryan Hadi Saputra
Dosen Pembimbing : dr. Eka Intan Fitriana
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIK BINA HUSADA PALEMBANG
2012

KATA PENGANTAR

           Sukur  Alhamdulillah kami  panjatkan kepada allah SWT yang telah memberi kami kenikmatan,berupa kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah  kami yang berjudul “TETRALOGI FALLOT”. Makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang apa itu  tetralogi fallot, dan apa-apa yang terdapat dalam pembahasannya, semoga makalah ini dapat menjelaskan berbagai macam masalah yang ada tersebut.

Kami menyadari sebagai mahluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki banyak kekurangan dan kesalahan, begitu pula dengan makalah yang kami buat ini, pastinya masih banyak kekurangan yang terdapat disana sini, oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran dari Teman-teman sekalian guna menyempurnakan isi makalah ini, agar dapat berguna bagi kita semua “Amin”.

Terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah yang telah memberikan kesempaan kepada kami untuk membuat dan menyelesaikan tugas makah ini, dan juga terimakasih pada Teman-teman yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makah ini.



Palembang,     Januari 2013




                 Penulis




ASKEP TETRALOGI OF FALLOT (TOF)
A. Tinjauan teori
I. Pendahuluan
Penyakit jantung bawaan terdiri dari berbagai jenis dan salah satunya adalah Tetralogi of Fallot. Yang mana Tetralogi of Fallot adalah suatu penyakit dengan kelainan bawaan yang merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang paling banyak dijumpai. Kelainan ini mula mula dilaporkan pada tahun 1671, tetapi baru diformulasikan oleh Fallot pada tahun 1888. Tetralogi fallot menempati urutan keempat dari angka kejadian penyakit jantung bawaan pada anak, setelah defek septum ventrikel, defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten atau lebih kurang 10-15% dari seluruh penyakit jantung bawaan. Di antara penyakit jantung bawaan sianotik, tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Di RSU Dr. Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi fallot didapat diatas 5 tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
II. Pengertian                                           
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
III. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain :
Faktor endogen
- Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen
- Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)
- Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
- Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.
IV. Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan menempati angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini para dokter tidak dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi ,penyebabnya dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor genetic atau keduanya. Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22 deletions dan juga diGeorge syndrome. Ia lebih sering muncul pada laki-laki daripada wanita. Pengertian akan embryology daripada penyakit ini adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal septum bagian anterior, menghasilkan kombinasi klinik berupa VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan adalah oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal. Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang dini.
V. Menifestasi klinis
- Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh dokter. Ia merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar pada denyut jantung si bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of fallot mempunyai suara murmur jantung.
- Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis adalah suatu keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah mengalami oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat.
- Warna kulit pucat
- Frekuensi pernafasan yang meninggi
- Kulit terasa dingin
- BB yang rendah
- Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan
- Clubbing finger’s
VI. Patofisiologi
Tetralogy of fallot biasanya berakibatkan oksigenasi yang rendah berhubungan dengan tercampurnya darah yang deoksigenasi dan oksigenasi pada ventricle kiri yang akan dipompakan ke aorta karena obstruksi pada katup pulmonal. Ini dikenal dengan istilah right-to-left shunt. Hal ini sering mengakibatkan kulit bayi menjadi pucat dan terlihat biru.
Apabila Tetralogy of fallot tidak ditangani pada jangka waktu yang panjang, maka akan mengakibatkan hipertrofi ventricle kanan progressive dan dilatasi berhubung dengan resistensi yang meningkat pada ventricle kanan. Hal ini dapat menyebabkan DC kanan yang bisa berakhir dengan kematian.
VII. Penatalaksanaan
Penatalaksaan yang diberikan pada klien dengan Tetralogi of Fallot adalah :
1. Mengurangi peradangan dan rasa tidak nyaman
2. Mencukupi kebutuhan Istiraharat
3. Mencukupi kebutuhan nutrisi
4. Mencukupi kebutuhan oksigen
VIII.Prognosis
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa prognosis pasien Tetralogy of fallot tanpa operasi adalah tidak baik, meskupun hal ini bergantung pada beratnya stenosis pulmonal dan terbentuknya sirkulasi kolateral. Pasien dengan dispnea deffort jarang bertahan sampai besar. Pasien Tetralogy of fallot derajat sedang dapat bertahan sampai umur 15 tahun, dan hanya sebagian kecil yang hidup sampai dekade ketiga
IX. Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan sianotik untuk menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan hematokrit merupakan indikator yang cukup baik untuk derajat hipoksemia. Peningkatan hemoglobin dan hematokrit ini merupakan mekanisme kompensasi akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan antara 16-18 g/dl, sedangkan hematokrit 50-65%. Bila kadar hemoglobin dan hematokrit melampaui batas tersebut timbul bahaya terjadinya kelainan trombo emboli, sebaliknya bila kurang dari batas bawah tersebut berarti terjadi anemia relatif yang harus diobati.
Gambaran radiologis
Cardio thoracic ratio pasien tetralogi fallot biasanya normal atau sedikit membesar. Akibat terjadinya pembesaran ventrikel kanan dengan konus pulmonalis yang hilang, maka tampak apeks jantung terangkat sehingga tampak seperti sepatu kayu (coer en sabot).
Pada 25% kasus arkus aorta terletak di kanan yang seharusnya di kiri, dapat berakibat terjadinya suatu tarik bayangan trakeobronkial berisi udara di sebelah kiri, yang terdapat pada pandangan antero-posterior atau dapat dipastikan oleh pergeseran esophagus yang berisi barium ke kiri
Corakan vascular paru berkurang dan lapangan paru relatif bersih, mungkin disebabkan oleh aliran darah paru paru yang berkurang dan merupakan suatu tanda diagnostik yang penting. Bila terdapat kolateral yang banyak mungkin corakan vascular paru tampak normal, atau bahkan bertambah.
Pada proyeksi lateral, ruangan depan yang bersih atau kosong dapat atau tidak dipenuhi oleh ventrikel kanan yang hipertrofi.
Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar sering dijumpai P pulmonal.
Ekokardiogram
Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi fallot. Pelebaran dan posisi aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel dan dinding depan aorta serta pelebaran ventrikel kanan mudah dilihat. Kelainan katup pulmonal seringkali sulit dinilai, demikian pula penentuan perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis tidak selalu mudah dilakukan.
Kateterisasi jantung
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
B. Asuhan keperawatan
1) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian diambil   : 15 Januari 2013                                 jam : 10.00
Tgl. MRS                 : 20 Januari 2013
Ruangan/kelas          : Ratna/I
No. kamar                : 2B
Data Dasar
A. Identitas Pasien              
Nama Pasien                  : K.T
Jenis Kelamin                 : Perempuan
Usia                                : 18 Bulan
Status Perkawinan         : Belum
Agama                            : Islam
Suku Bangsa                  : Indonesia
Pendidikan                     : Belum
Bahasa yang Digunakan            : Bahasa Indonesia
Pekerjaan                        : -
Alamat                           : Jl. PB. Sudirman, no. 21 X
Diagnose medis              : Tetralogi of Fallot
Hubungan dengan Pasien : Pasien adalah anak dari penanggung
Sumber biaya                 : Askes
Sumber informasi           : Keluarga
B. Data Penanggung jawab
Nama Penanggung jawab : K.T
Jenis Kelamin                 : Laki - laki
Usia                                : 27 tahun
Status Perkawinan         : Kawin
Agama                            : Islam
Suku Bangsa                  : Indonesia
Pendidikan                     : S1
Bahasa yang Digunakan            : Bahasa Indonesia
Pekerjaan                        : PNS
Alamat                           : Jl. PB. Sudirman, no. 21 X
C. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan  
Keluhan utama : sianosis ( kulit Nampak kebiruan ), napas dangkal, mudah kelelahan,
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu klien mengatakan, klien sebelumnya belum pernah mengalami penyakit seperti ini.
3. Riwayat keluarga
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, yaitu ibu klien menderita hipertensi dan saat hamil sering mengkonsumsi obat – obatan tanpa resep dokter.
4. Diagnosa medis : Tetralogi of Fallot
D. Data Bio Psiko Sosial Spiritual
a. Bernafas
Ibu klien mengatakan bahwa, klien mengalami kesulitan bernafas. Klien mengalami dispnea dan kadang-kadang mengalami apnea.
b. Makan dan Minum
- Makan
Sebelum masuk rumah sakit ibu klien mengatakan, klien tidak nafsu makan, yang biasanya 1 porsi anak – anak penuh tiga kali sehari menjadi ¼ porsi tiga kali sehari.
- Minum
Klien biasanya minum ± 5 – 6 gelas/hari masing – masing 100 cc. Sekarang klien hanya bisa minum ± 3 gelas dan akan segera mual setelah minum minuman yang agak dingin.
c. Eleminasi BAB/BAK
Keluarga mengatakan, BAB klien di rumah maupun di Rumah Sakit satu kali, sedangkan BAK klien normal, tidak ada gangguan.
d. Aktivitas
Ibu klien mengatakan, aktivitas klien berkurang, karena klien sering mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam bernafas.
e. Rekreasi
Ibu klien juga mengatakan, saat diajak jalan – jalan bersama keluarga setelah berjalan 20-50 meter,klien akan berjongkok dalam beberapa waktu, sebelum kilen berjalan kembali.
f. Istirahat tidur
Klien terbiasa tidur ± 2 – 3 jam pada siang hari dan di malam hari tidur jam 20.30 – 6.00. Pasien sering terbangun di malam hari karena mengalami kesulitan dalam bernafas.
g. Kebersihan diri
Saat pengkajian kondisi klien bersih karena selalu dibantu ibunya untuk mandi dan klien sudah bisa berpakaian dan gosok gigi sendiri.
h. Suhu tubuh
Menurut ibu klien suhu tubuh klien setelah sakit tidak menentu, sebelum dibawa ke rumah sakit suhu tubuh normal, tapi saat pengkajian ibu klien mengeluh suhu tubuh klien panas.
i. Rasa nyaman
Klien merasa kurang nyaman, ketika merasakan susah bernafas.
j. Rasa aman
Klien selalu merasa tenang saat bersama dan jika selalu dekat dengan kedua orang tuanya.
k. Belajar
Keluarga klien mengatakan, belum bisa belajar secara efektif karena masih kecil, apalagi belajar tentang penyakit yang sedang dialami.
l. Prestasi
Klien belum bersekolah, dan belum mempunyai prestasi dibidang akademik.
m. Hubungan sosial
Hubungan sosial klien dengan orang tuanya sangat baik dan menurut ibumya hubungan klien dengan teman sebayanya, klien juga tidak rewel dengan perawat.
n. Melaksanakan ibadah
Keluarga sering mengajak klien beribadah ke wihara dan khususnya pada hari raya keagamaan.
E. Pengkajian Pisik
a. Kesan Umum
i. Kesadaran : CM ( Compis Mentis )
ii. Kebersihan : cukup bersih
iii. Pergerakan          : agak terbatas karena, terpasang infuse pada extrimitas kanan atas
iv. Postur      : tegak agak kurus,
v. Status gizi  : baik
b. Sistem penglihatan : bentuk mata normal, pergerakan mata normal, pupil dilatasi, konjung tipa merah muda, sclera putih, visus 6/6.
c. Sistem pendengaran : bentuk normal, keadaan bersih, pendengaran normal, serumen tidak ada, kelainan tidak ada.
d. Sistem wicara : mulut bersih, mukosa bibir merah muda, stomatitis tidak ada, caries tidak ada, tonsil T1 T0 hypertemi negative.
e. Warna kulit : sawo mateng
f. Suara waktu menangis cukup melengking dan agak keras
g. Tonus otot : normal
h. Turgor kulit : normal
i. Kepala : bentuk normal, UUB tertutup, ketombe dan rambut rontok tidak ada.
j. Hidung : bentuk normal, secret tidak ada, gerakan cuping hidung tidak ada, kelainan tidak ada.
k. Leher : bentuk normal, kaku kuduk tidak ada, pembesaran kelenjar limfa di leher positif.
l. Persyarafan : normal
m. Alat kelamin : kebersihan cukup, bentuk normal, kelainan tidk ada.
n. Anus : bentuk normal, kebersihan cukup, haemoroid tidak ada.
o. Gejala cardinal : - suhu = 36oC
                               - nadi = 80 x / menit
                               - respirasi = 40 x / menit
- Tekanan darah = 100 x/ 75menit
p. Antropometri : - BB = 10 kg
- TB = 75 cm
- LD = 26 cm
- LK = 25 cm
- LL = 10 cm
2) Diagnose Keperawatan
a) Analisis data
keperawatan pasien K.T dengan Tetralogi of Fallot
diruang Ratna RS. Muhammadiyah Palembang
tanggal 15-20 Januari
No.
Hari, Tanggal, Jam
Data subjektif dan data Objektif
Standar normal
Masalah Keperawatan
1.










2.






3.










4.
Jumat, 15 Januari 2013, jam: 8.00








Jumat, 15 Januari 2013, jam: 8.00



Jumat, 15 Januari 2013, jam: 8.00








Jumat, 15 Januari 2013, jam: 8.00


DS : ibu klien mengatakan, klien sulit bernafas.
DO : - saat pengkajian, klien Nampak tersengal – sengal saat bernafas dan saat di cek, nafas klien 40 x/menit.
- Saturasi O2 dalam darah rendah.
- kulit klien Nampak biru ( sianosis ) karena suplai oksigen ke jaringan berkurang
DS : - ibu klien mengatakan bahwa, klien tidak banyak berativitas.
DO : - denyut nadi klien lemah
- Klien mengalami sianosis pada tubuhnya.
- Klien terlihat pucat.
- Klien terlihat lemah.
DS : ibu klien mengatakan nafsu makan klien berkurang.
DO : - berat badan kurang dari normal sesuai dengan umr
- Klien terlihat lemah
- Toleransi makan Klien menurun dengan tidak menghabiskan porsi makan klien saat dirumah sakit.
DS : orang tua klien mengaku tidak tahu cara mengangani penyakit anaknya.
DO : - orang tua klien Nampak cemas saat diadakannya pengkajian.
- Klien tidak terlihat tersengal – sengal saat bernafas dan dalam batas normal yaitu 25 – 32 x/mnt.
- Saturasi O2 normal.
- Klien tidak mengalami sianosis
- Denyut jantung klien kembali normal
- Klien tidak mengalami sianosis.
- Klien tidak pucat
- Klien tidak terlihat lemah
- Berat badan klien berada pada batas normal.
- Klien terlihat lebih segar
Orang tua klien menjadi tenang dan tidak cemas.
Gangguan pertukaran gas
Penurunan kardiac output
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Koping keluarga tidak efektif.
b) Analisis Masalah
1. P = Gangguan pertukaran gas
E = ketidakseimbangan perfusi ventrikel
S = klien terlihat tersengal – sengal, saturasi O2 manurun dan sianosis
A = jika hal ini tidak diatasi, maka biru-biru pada tubuh klien akan semakin banyak dan suplai oksigen ke jaringan akan terganggu
Proses :
Gangguan pertukaran gas ini disebabkan karena penurunan aliran darah ke pulmonal. Pada klien dengan tetralogi of fallot akan mengalami stenosis arteri pulmonal sehingga aliran darah ke pulmonal tidak bisa mengalir sepenuhnya sehingga hanya sedikit darah yang mengalir ke paru-paru dan mengalami pertukaran gas.
2. P = Penurunan cardiac output
E = sirkulasi yang tidak efektif dengan adanya malformasi jantung.
S = denyut nadi klien lemah, Klien mengalami sianosis pada tubuhnya, Klien terlihat pucat Dan Klien terlihat lemah.
A = kebutuhan metabolism tubuh tidak terpenuhi
Proses :
Karena adanya ketidsempurnaan dari jantung ( terjadi defeks sektum ventrikel ), maka sirkulasi darah dalam jantung tidak efektif, yang mana saat ventrikel memompa darah ke paru – paru, tidak sepenuhnya darah masuk ke paru – paru tetapi ada yang masuk ke aorta. Sehingga cardiac output menuju paru – paru menjadi berkurang.
3. P = Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
E = Fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori karena nafsu makan berkurang
S = berat badan kurang dari normal
A = jika tidak di tangann, klien akan mengalami malnutrisi
Proses :
Karena klien mengalami fatiq saat makan, maka sedikit mendapat asupan makanan. Jika hal tersebut terus terjadi, nafsu makannya menjadi berkurang dan asupan energi tidak terpenuhi.
4. P = Koping keluarga tidak efektif.
E = kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit klien
S = Orang tua klien Nampak cemas saat diadakannya pengkajian.
A = keluarga klien bisa salah persepsi tentang sakit dan dalam pemberian penanganan klien klien
Proses :
Dari timbul penyakit yang dialami klien, yang mana belum pernah dialami oleh keluarganya sebelumnya, maka klien menjadi cemas sehingga koping klien menjadi tidak efektif
c) Diagnosis
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventrikel yang ditandai dengan klien terlihat tersengal – sengal, saturasi O2 manurun dan sianosis.
2. Penurunan cardiac output berhubungan dengan sirkulasi yang tidak efektif dengan adanya malformasi jantung yang tandai dengan .
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan yang ditandai dengan berat badan kurang dari normal.
4. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit anak yang ditandai Orang tua klien Nampak cemas saat diadakannya pengkajian..
3) Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan pasien T. K dengan Tetralogi of Fallot
diruang Ratna RS. Muhammadiyah Palembang
tanggal 15 – 20 Januari 2013
No.
Hari, Tanggal, Jam
No. Diag-
Nosa kep.
Tujuan
Intervensi/Perencanaan
Rasional
1.
2.
3.
4.
5.
Jumat, 15 Januari 2013, jam: 8.00
Jumat, 15 Januari 2013, jam: 8.00
Jumat, 15 Januari 2013, jam: 8.00
Jumat, 15 Januari 2013, jam: 8.00
Jumat, 15 Januari 2013, jam: 8.00
I,II dan III
I
II
III
IV
Setelah diberi asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan tanda – tanda vital klien ada pada kondisi normal
outcome :
HR : 90 – 140 x/mnt
RR : 25 – 32 x/mnt
BP : 95/65 mmHg
T : 35,5 – 39oC
Setelah diberi asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran gas dalam tubuh klien, dapat diatasi
Outcome :
- Bernafas dengan normal yaitu 25 – 32 x/mnt
- Saturasi O2 kembali normal
- Warna kebiruan yang timbul pada tubuh dapat berkurang
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan penurunan cardiac output pada klien dapat diatasi, dengan outcome :
- denyut nadi klien kembali normal, yaitu 90 – 140 x/mnt
- Klien tidak terlihat pucat.
- Klien tidak terlihat lemah.
- mengalami sianosis pada tubuhnya.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam,diharapkan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi, dengan outcome:
- berat badan klien ada pada batas normal sesuai dengan umur
- klien terlihat segar dan tidak lemah
- Toleransi makan Klien menurun dengan tidak menghabiskan porsi makan klien saat dirumah sakit.
Dengan diberikannya asuhan keperawatan pada klien selama 1 x 24 jam diharapkan, koping keluarga tidak efektif dapat diatasi dengan outcome :
Orang tua klien menjadi tenang dan tidak cemas.
1. Melakukan observasi terhadap tanda – tanda vital klien
1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.
2. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis periferatau sianosis sentral.
3. Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar. Missal, dengan masal, masker atau masker venture.
1. Observasi adanya serangan sianosis yuang di alami klien.
2. Berikan posisi knee – chest pada klien.
3. Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat melakukan aktivitas.
4. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG dan foto thorax serta kolaborasi dalam tindakan pembedahan.
1. buat ketententuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.
2. Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
3. Catat intake dan output secara akurat
4. Berikan makan sedikit tapi sering.
5. Berikan makan yang tinggi protein dan tinggi kalori.
6. Kolaborasi dengan merujuk pasien ke ahli gizi.
1. Beri kesempatan pada klien untuk menghadapi dan membicarakan situasi dan memperlihatkan kondisi yang sedang dihadapi klien saat ini.
2. Jangan memberi jaminan palsu. Tekankan kemampuan mereka untuk mengatasi secara efektif.
3. Gali teknik – teknik yang dapat meningkatkan koping.
4. Pemberian HE pada klien terhadap penangan yang dapat dikalukan oleh kluarga pada klien.
5. Tetapkan metode untuk mendapat informasi dan dukungan. Misalnya saja konseling.
1. Dari data tanda – tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat sebagai acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
1.Manifestasi distress pernafasan tergantung pada drajat keterlibatan paru dan kesehatan umum.
2. Untuk menentukan tindakan lebih lanjut jika sianosis berkurang atau malah bertambah parah.
3. Tujuan terapi oksigen adalah kebutuhan oksige klien terpenuhi dan mengurangi kekurangan oksigen pada klien. Oksigen diberikan dengan metode yang sesuai dengan keadaan klien.
1. Untuk membandingkan dengan pasien sebelumnya, sehingga dapat membantu dalam diagnosa etiologi dan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2. Dari tindakan tersebut diharapkan dapat mempermudah aliran darah.
3. Agar klien tidak terlalu kecapekan saat melakukan sesuatu, dan agar dapat memantau sejauh mana klien dapat beraktivitas sebelum klien merasa lelah.
4. Untuk mengetahui, keadaan dan kondisi kelainan yang terdapat pada jantung, juga untuk mengatasi masalah menurunnya cardiac output karena adanya defeks ventrikel.
1. Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang yang menyebabkan depresi, agitasi dan mempengaruhi fungsi kognitif /pengambilan kmeputusan. perbaikan status nutrisi dapat meningkatkan keputusan. Perbaikan status nutrisi, meningkatkan kemampuan berpikir dan kerja psikologis.
2. Mambari cacatan lanjut penurunan dan atau peningkatan berat berat badan yang akurat. Juga untuk menurunkan obsesi tentang peningkatan dan atau penurunan.
3. Hal itu untuk memantau masukan dan keluaran, sehingga berat badan klien juga dapat terpantau lewat itu.
4. Walaupun klien mengalami fatiq saat makan, aktivitas makan klien harus tetap ditingkatkan untuk mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama makan
5. Makan yang mengandung banyak protein dan kalori adalah makan yang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
6. Perlu bantuan diet dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
1.Hal tersebut dilakukan untuk mengeksplorasi keadaan perasaan keluarga klien untuk memberikan tindakan pada keluarga klien.
2.Dalam berkomunikasi dengan keluarga klien diharapkan tidak member janji tentang kesembuhan klien, karena sebagai para medis perawat hanya bisa berusaha.
3.Dengan pemberian teknik – teknik yang baik dalam meningkatkan koping keluarga, dapat lebih menenangkan klien sehingga tidak panic dalam menghadapi penyakit klien.
4.Dengan pemberian HE pada klien, klien lebih mengerti tentang penyakit yang dialami oleh anak mereka sehingga mampu member penangan yang tepat pada anak klien.
5.Ini dilakukan agar keluarga klien dapat mencari informasi dan berberkonsultasi dengan tim medis lain yang dapat member pengetahuan yang lebih akurat tentang penyakit yang diderita oleh anak mereka.




4) Evaluasi Keperawatan
Cacatan keperawatan pasien K.T dengan Tetralogi of Fallot
diruang Ratna RS. Muhammadiyah Palembang
tanggal 15 – 20 Januari 2013
No. diagnosa kep.
Hari, tanggal, jam,
Evaluasi Sumatif
paraf
I
II
III
IV
Rabu, 20 Januari 2013,
jam : 10.00
Rabu, 20 Januari 2013,
jam : 10.00
Rabu, 20 Januari 2013,
jam : 10.00
Rabu, 20 Januari 2013,
jam : 10.00

DS : ibu lkien mengatakan bahwa, saat bernafas klien sudah terasa lebih lega atau tidak susah lagi dalam bernafas.
DO : klien terlihat bernafas dengan normal dan tidak terlihat tersengal – sengal yaitu 30x/mnt, Saturasi O2 klien ada pada batas normal, Warna kebiruan yang timbul pada tubuh mulai berkurang
A : tujuan tercapai, masalah tercapai sebagian sehingga, klien perlu tetap dipantau kebutuhan oksigennya.
P : saat diberikan tindakan keperawatan klien, klien bisa kooperatif karena klien tetap didampingi oleh orang tua kilen.
DS : ibu klien mengatakan, bahwa aktivitas klien mulai bertambah dari sebelumnya.
DO : klien sudah terlihat lebih baik yang ditunjukkan dengan, klien terlihat lebih segar, denyut nadi klien ada pada batas normal yaitu 90x/mnt, sianosis klien dapat berkurang.
A : tujuan tercapai, masalah belum tercapai sehingga tindakan keperawatan perlu dilanjutkan untuk mengatasi penurunan curah jaunting yang terjadi.
P : karena klien masih batita saat diberikan tindakan keperawatan dan kolaborasi, klien masih belum bisa diajak berkolaboesi dengan aktif .
DS : ibu klien mengatakan, nafsu makan klien mulai kembali bertambah.
DO : Berat badan klien bertambah, Klien terlihat lebih segar,Toleransi makan klien bertambah
A : tujuan tercapai, masalah diatasi sebagian, tidakan keperawatan pelu dilanjutkan agar nutrisi klien dapat terpenuhi
P : klien terlihat mengikuti terapi diet yang diberikan dan pola pemberian makan tapi sering.
DO : orang tua klien mengaku sudah cukup mengerti tentang penyakit yang dialami klien
DS : keluarga klien sudah terlihat lebih tenang dalam menghadapi penyakit yang dialami oleh anak mereka
A : tujuan tercapai, masalah teratasi
P : keluarga klien terlihat antusias dalam menerima HE yang diberikan oleh perawat dan dalam mencari informasi tentang penyakit yang dialami oleh anak mereka.








DAFTAR PUSTAKA


1. Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
3. Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak: Textbook of Pediatrics Edisi 12, Buku kedokteran EGC, Jakarta.
4. Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 4, Buku kedokteran EGC, Jakarta.
5. Wong and Whaley’s (1996), Clinical Manual of Pediatrics Nursing 4th Edition, Mosby-Year Book, St.Louis, Missouri.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar