LAPORAN PENDAHULUAN
DISPEPSIA
· Pengertian
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488).
Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat kenyang, dan sering bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur, makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan tertentu, ataupun kondisi emosional tertentu misalnya stress (Wibawa, 2006).
Dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas didada di daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, bersendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya. (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26).
Pengertian dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsia organik terdapat keluhan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, endoskopi (teropong saluran pencernaan).
· . anatomi dan Fisiologi
a. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung. Panjang sekitar 25 cm mulai dari faring sampai pintu masuk cardiac lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot melingkar esofagus terletak dibelakang trakhea dan depan tulang belakang setelah melalui torak menembus difragma masuk .kedalam abdomen menyambung dengan lambung.
b. Gaster (lambung)
Gaster merupakan bagian dari saluran pencernaan yang melebar seperti kantong, terletak didalam rongga perut terutama didaerah epigastrik. Sebagian terletak dibagian kiri daerah hipokondriak dan umbilikal. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk g dan dalam keadaan penuh lambung berbentuk seperti buah dengan kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter. Lambung terbagi atas cardiac gaster, fundus gaster, corpus gaster, antrum pylorus, spinkter kedua pada ujung lambung untuk mengatur pengeluaran dan pemasukkan, mengalirkan makanan masuk ke duodenum dan ketika berkontraksi spinkter ini akan mencegah terjadinya aliran balik dari usus kelambung.
Persyaratan lambung sepenuhnya otonomi, suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan dari ke abdomen melalui nervus vagus. Serabut aferen mengantarkan infuls nyeri yang dirangsang oleh peregangan kontraksi-kontraksi otot dan peradangan dan dirasakan pada daerah epigastrium, serabut eferen simpatis menghambat pergerakan dan sekresi lambung.
Didalam lambung makanan ditampung, dilancarkan, digiling, dan beberapa fungsi, antara lain:
1) fungsi motorik terdiri atas:
a. fungsi reservoir, menyimpan makanan sehingga sedkit demi sedikit akan dicerna dan akan masuk kedalam saluran cerna.
b. Fungsi pencampuran, memecahkan makanan menjadi partikel - partikel kecil dan bercampur dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung. Kontraksi peristaltik diatur oleh satu irama listrik intrinsik dasar.
c. Fungsi pengosongan lambung, diatur pembukaan spinkter pilorus dan dipengaruhi oleh viskositas (kekentalan), volume, keasaman, aktifitas motorik, keadaan fisik serta emosi, dan obat-obatan. Lambung biasanya kosong dalam waktu empat jam setelah makan dapat lebih cepat atau lebih lambat tergantung dari banyak makanan yang masuk.
2) Fungsi pencernaan dan sekresi
a. Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL, pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung.
b. Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan, perenggangan dan alkalinase antrum dan rangsangan vagus.
c. Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorbsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal.
d. Sekresi muskulus berbentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan mudah diangkut.
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi:
A. Fase sefalik
Yaitu sebagai akibat melihat, mencium, memikirkan atau mengecap makanan. Menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri atau pusat nafsu makan, impuls eferen kemudian dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung. Hasilnya kelenjar gastrik dirangsang mengeluarkan asam HCL.
B. Fase gastrik
Dimulai antrum pilorus, distensi di antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding lambung, gastrik dilepaskan dari antrum kemudian dibawa oleh aliran darah menuju kelenjar lambung untuk merangsang sekresi pelepasan HCL.
C. Fase intestinal
Dimulai dari gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Adanya protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang pelepasan gastrin usus suatu hormon yang menyebabkan lambung terus-menerus mensekresi cairan lambung.
· Etiologi
Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami penurunan hingga 85%. Dispepsia disebabkan karena kelainan organik, yaitu:
a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau duodenum, gastritis, tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori.
b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa Jenis antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya.
c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis, pankreatitis, kolesistisis kronik.
d. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner.
Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.
b. Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual, cepat kenyang.
c. Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia mirip ulkus dan dispepsia mirip dismotilitas.
Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar pada kasus-kasus dengan kelainan organic (Panchmatia, 2010).
· Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan
· Patoflow
Perubahan pola makan yang tidak teratur
Pemasukan makanan berkurang
Mengikis dinding lambung
Saraf afferent hipotalamus perasaan tidak nyaman
Nyeri
|
pembentukan ATP
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Intoleransi Aktifitas
|
· Manifestasi Klinik
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan gejala yang dominan, membagi dyspepsia menjadi tiga tipe:
a. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus, like dyspepsia), dengan gejala:
1. Nyeri epigastrium terlokalisasi
2. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasida
3. Nyeri saat lapar
4. Nyeri episodic
b. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility- like dysmotility), dengan gejala:
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
c. Dispepesia nonspesifik (tidak ada gejala seprti kedua tipe di atas) (Mansjoer, et al, 2007)
Sidroma dyspepsia dapat bersifat rigan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnyaNyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin dsertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita,makan dapat memperburuk nyeri, pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
Jika dyspepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksan.
· Komplikasi
Komplikasi dispepsia yaitu luka didinding lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, dimana merupakan pertanda yang timbul belakangan.
Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang paling dikhawatirkan adalah terjadinya kangker lambung yang mengharuskan penderitanya melakukan operasi.
· Pemeriksaan penujang
1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderta malabsorbsi. Seseorang diduga menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung (Hadi, 2002). Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa pertanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9 (Vilano et al, cit Hadi, 2002).
2. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan (Mansjoer, 2007).
3. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsy dari lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan batu emas, selain sebagai diagnostic sekaligus terapeutik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:
1. CLO (rapid urea test)
2. Patologi anatomi (PA)
3. Kultur mikroorganisme (MO) jaringan
4. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian
4. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yatu OMD dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007). Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan bagian atas sebaiknya dengan kontras ganda. Pada refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagus yang menurun terutama di bagian distal, tampak anti peristaltik di antrum yang meninggi serta sering menutupnya pylorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke intestine (hadi, 2002).
Pada tukak baik dilambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang disebut niche, yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya regular, semisirkuler, dengan dasar licin. Kangker dilambung secara radiologis, akan tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah kangker, bentuk dari lambung berubah. Pankreatitis akut perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat tanda seperti terpotongnya usus besar (colon cuf off sign), atau tampak dilatasi dari intestine terutama di jejunum yang disebut sentinel loops.
Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.
9. penatalaksanaan Medik
Berdasarkan konsensus nasional penanggulangan Helicobacter pylori 1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat.
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
1. Antasid 20-150 ml/ hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menertalisir sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na bikarbonat, Al (OH)3, Mg(OH)2, dan MG trisiklat. Pemberian antasid jangan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg trisiklat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat non toksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa Mgcl2.
2. Antikolenergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat mensenkresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor= PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asamm lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
Obat
|
Indikasi
|
Dosis
|
Pemberian
|
Efek samping
|
Omeperazol
|
Tukak peptik
Tukak duodenum
|
1x20 mg/hari
1x20-50mg/hari
|
Setiap pagi, selam 1-2 minggu, oral
Selama 2-4 hari, oral
|
Sakit kepala, nausea, diare
Mabuk, lemas, nyeri epigastrik, banyak gas
|
Lansoprazol
|
Tukak peptik
|
1x30mg/hari
|
4 minggu, oral
|
Oedem
|
Pantoprazol
|
Tukak peptik, inhibitor pompa proton yang reversibel
|
1x40mg/har
|
Oral
|
Oedem
|
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seprti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi protoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA)
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metaklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance)
7. Kadangkala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti-depresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi.
· Penatalaksanaan Keperawatan
Menganjurkan untuk mengatur pola makan, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas
1. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
2. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
2. Alasan utama datang ke rumah sakit
3. Keluhan utama (saat pengkajian)
4. Riwayat kesehatan :
1. Riwayat kesehatan sekarang
2. Riwayat kesehatan dahulu
3. Riwayat kesehatan keluarga
4. Riwayat pengobatan dan alergi
5. Pengkajian Fisik
· Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan lain-lain.
· Data sistemik
o Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, pengecap/penghidu, peraba, dan lain-lain
o Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon cahaya, dan lain-lain.
o Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan napas, dan lain-lain.
o Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.
o Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu, orientasi tempat, orientasi orang, dan lain-lain.
o Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan, bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum, rectal toucher, dan lain-lain.
o Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan cara jalan, kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari, genggaman tangan, otot kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.
o Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan, dan lain-lain.
o Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis, prostat, payudara, dan lain-lain.
o Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran), BAK, vesika urinaria.
· Data penunjang
· Terapi yang diberikan
· Pengkajian masalah psiko-sosial-budaya-dan spiritual
1. Psikologi
· Perasaan klien setelah mengalami masalah ini
· Cara mengatasi perasaan tersebut
· Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan
· Jika rencana ini tidak terselesaikan
2. Sosial
1. Aktivitas atau peran klien di masyarakat
2. Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai
3. Cara mengatasinya
4. Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya
3. Budaya
1. Budaya yang diikuti oleh klien
2. Aktivitas budaya tersebut
3. Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut
4. Spiritual
1. Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari
2. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
3. Aktivitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan
4. Perasaaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut
5. Upaya klien mengatasi perasaan tersebut
6. Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, esofagitis dan anorexia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Rencana Keperawatan
Dx 1 : Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri,
Kriteria hasil: klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)
2. Berikan istirahat dengan posisi semifowler
3. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam lambung.
4. Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya.
5. Observasi TTV
6. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
7. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik
|
· Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
· Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang
· dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas peristaltik
· mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium
· sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya
· Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
· Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain
|
Dx 2 : Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, esofagitis dan anorexia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu
Kriteria hasil: klien menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
Intervensi
|
Rasional
|
|
1. Untuk mengidentifikasi indikasi/ perkembangan dari hasil yang diharapkan
2. Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
3. Meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster
4. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
5. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
6. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
7. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
|
Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : menunjukkan kemampuan beraktivitas
kriteria hasil: klien menyatakan mampu menggerakkan tubuh
Intervensi
|
Rasional
|
1. kaji kemampuan klien untuk melakukan aktivitas dan catat laporan kelelahan.
2. awasi vital sign: TD, nadi, pernapasan sebelum dan sesudah aktivitas.
3. beri bantuan dalam melakukan aktivitas
|
1. Untuk melakukan intervensi selanjutnya
2. Untuk mengetahui kondisi klien
3. Menjaga keamanan klien, dan menghemat energi klien
|
DAFTAR PUSTAKA
Anderson. 1999. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher Boston, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : EGC.
Pearce. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.
Gibson. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta :EGC.
Lutjen, et all. 2001. Atlas foto anatomi: struktur dan fungsi tubuh manusia, edisi 2. EGC : Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY .S DENGAN DYPEPSIA
DI RUANG INSTALASI RAWAT BEDAH RSUD KAYU AGUNG
Nama Mahasiswa : Dwi Novita Sari
NPM : 11142013421
Tempat Praktek : Instalasi Rawat penyakit dalam
Jam/ Pengkajian : 07 April 2014 / Jam : 08:30
1. Pengkajian
Nama Klien : Ny. S
Usian : 30 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Belanti Sp Padang
Mrs : 3 April 2014
Diagnosa Medis: Dypepsia
No Rm : 328386
Alasan Mrs : ± 5 Hari Badan Menggil Bila Malam , Nyeri Ulu Hati(+)
2. Penangung Jawab
Nama Penanggung Jawab : Tn..T
Status : Suami
Usia : 35 Tahun
Alamat :Belanti Sp Padang
3. Riwayat penyakit sekarang
1. Keluhan utama : ± 5 Hari Badan Menggil Bila Malam , Nyeri Ulu Hati(+)
2. Riwayat penyakit masa lalu : klien mengatakan tidak pernah mempunyai
Penyakit yang sama pada masa lalu
3. Riwayat penyakit sekarang : badan menggigil bila malam , nyeri ulu hati (+)
4. Keadaan saat ini
1. Diagnosa medis : Ny. S
2. No. Cm : 328386
3. Tanggal MRS : 3 april 2014
4. Obat yang digunakan : cefotaxone , ranitidin , B comp, donparadon
5. Aktivitas : di bantu keluarga
5. Pemeriksaan fisik
a. TTV :
Keadaaan umum : compasmetis
TD : 130/90 MmHg
N: 84×/ menit
RR: 24 ×/ menit
K.U: nyeri sedang (skala nyeri 4-6)
Masalah keperawatan NYERI
6. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : bentuk simetris
2. Keadaan rambut : rambut berwarna putih
3. Hidung : bentuk simetris
4. Telinga : bentk simetris , bersih
5. Mulut : entk simetris, tidak ada radang
6. leher
7. Dada : simetris
Paru
Jantung
8. Abdomen
9. ekstremitas
10. Genetelia : anus : normal
Penis : normal
7. Data sistematik
1. Persepsi sensori
1. Penglihatan : normal (klien masih bisa membedakan warna)
2. Pendengaran : normal (klien masih mendengar saat dipanggil)
3. Pengecapan dan penghidu: normal
4. Peraba : normal
M.K : tidak ada masalah keperawatan
2. Sistem pernafasaan
Frekuensi pernafasan : 24 ×/ menit , kualitas normal, tidak ada hambatan
jalan nafas
jalan nafas
Masalah keperawtan : tidak ada masalah keperawatan
3. Sistem kardiovaskular :
N: 84×/ menit , irama : teratur
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
4. Sistem gastrointestinal
Klien mengatakan nafsu makan berkurang baik, klien mengatakan hanya makan ½ porsi dari porsi makanan yang di berikan, klien merasa mual
Masalah keperawatan : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Sistem muskuluskeletal
Rentang gerak klen merasa terganggu aktivitas sehari-hati dibantu keluarga
Masalah keperawatan : intoleransi aktivitas
1. Terapi yang di berikan
No
|
Nama obat
|
Golongan
|
Indikasi
|
Dosis
|
1
|
donparidon
|
2×1 vial
| ||
2
|
Kataralog
|
Antipiretik
|
Mengurangi rasa nyeri
|
3×1 amp
|
3
|
Ranitidin
|
Anti tuka lambung
|
Mengurangi rasa mual
|
3×1 amp
|
4
|
B.comp
|
Vitamin
|
Untuk suplemen
|
2×1 amp
|
5
|
Alinamin
|
3×1 amp
|
ANALISA DATA
Inisial Klien : Ny.”S” Diagnosa Medis : Dyspepsia
Ruang :PDL(Penyakit Dalam) Hari/Waktu : 07April 2014
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah keperawatan
|
1
2
3.
|
Ds: klien mengatakan meraskan nyeri tekan di bagian abdomen
Do: tampak menahan rasa sakit
Skala nyeri 6
TD : 130/ 90N: 84 ×/ menit
RR: 20 ×/ menit
Ds: klien mengatakan nafsu makan berkurang
Do: klien tampak jenuh dan nafsu makan berkurang
-porsi makan tidak di habiskan
Ds : klien mengatakan lukia op peedih
Ds : adanya luka sayatan di bagian abdomen
Aktivitas tampak dibantu keluarga
|
NYERI
Pemenuhana Nutrisi Kurang Dari
INTOLERANSI AKTIVITAS
|
NYERI
PEMENUHANA NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
INTOLERANSI AKTIVITAS
|
RENCANA KEPERAWATAN
Inisial Klien : Ny.”S” Diagnosa Medis : Dyspepsia
Ruang :PDL(Penyakit Dalam) Hari/Waktu : 07 April 2014
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
TTD
|
1.
2.
3.
|
Nyeri b.d adanya imflamasi lambung
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Intoleransi aktivitas b.d kelelahan fisik
|
Setelah di beri tindakan 2×24 ja di harapkan nyeri berkurang dengan KH :
1. Klien mengtakan nyeri berkuranmg
2. Klien tampak tenang
Setelah diberikan 2×24 jam diharapakan kebuituhan nutrisi dapat terpenuhi
KH:
-klien menhabiskan porsi makanan dan selera makan
Setelah diberikan tindakan keperawatan 2×24 diharapkan kebutuhan aktivitas terpenuhi
KH :
1. Klien dapat berakivotas sekitar tuangan
2. Klien dapat melakukan aktit\vitas mandiri
|
1. Kaji TTV
2. Kaji frekuensi nyeri
3. Kaloborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat analgetik
1. Kaji pola nutrisi makanan klien
2. Anjurkan klien makan sering dalam porsi kecil
3. Observasi makanan pasien habis/tidak
a. Kaji TTV
b. Ajarkan Klien aktivitas mandiri
c. Kalaborasi dengan keluarga dalam pemenuhan ADL klien
|
1. Untuk mentukan tidakan selanjutnya
2. Untruk melihat tingkat nyeri
3. Untuk mengurangi rasa nyeri
Untuk mengetahui jumlah asupan nutrisi
Mencegah kekosangan lambung agar tidak terjadi inflamsi
Untuk mengetahui makanan klien habis atau tidak
A. Untuk menentukan intervensi selanjutnya
B. Meningkatkan kemampuan mandiri
C. Untuk memnbnantu klien selama masa pemulihan
|
TINDAKAN KEPERAWATAN
Inisial Klien : Ny.”S” Diagnosa Medis : STT Abdomen
Ruang :PDL(Penyakit Dalam) Hari/Waktu : 01 April 2014
No
|
Diagnosa
|
Implementasi
|
Respon
|
TTD
|
1.
2.
3
|
Nyeri b.d adanya imflamasi lambung
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Intoleransi aktivitas b.d kelelahan fisik
|
Mengkaji TTV
Mengkaji Frekuensi Nyeri
Mengkaloborasi Dengan Tim Dokter Dalam Pemberian Obat Analgetik
Mengkaji Pola Nutrisi Makanan Klien
Menganjurkan Klien Makan Sering Dalam Porsi Kecil
Mengobservasi Makanan Pasien Habis/Tidak
Mengakaji TTV
Menganjurkan Klien untuk Aktivitas Mandiri
Mengkalaborasi Dengan Keluarga Dalam Pemenuhan ADL Klien
|
TD : 130/90 MmHg
N: 84×/ menit
RR: 24 ×/ menit
klien mengikuti napa yang di anjurkan oleh perawat
klien tampak kooperatif dan obat analgetik untuk menghilangan nyeri
1. TTV :
TD : 120/80 MmHg
P : 84×/ menit
RR : 24 ×/ ment , T:36,2O C
2. Klien mengikuti anjuran perawat
3. Klien menghabiskan makanan nya
TTV :
TD : 120/80 MmHg
RR : 84×/ menit
P : 24 ×/ menit
Klien mengikuti anjuran perawat
keluarga membatu keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klein
|
EVALUASI KEPERAWATAN
Inisial Klien : Ny.”S” Diagnosa Medis : Dyspepsia
Ruang :PDL(Penyakit Dalam) Hari/Waktu : 03 April 2014
No
|
Diagnosa
|
Evaluasi
|
1.
2.
3.
|
Nyeri b.d adanya imflamasi lambung
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Intoleransi aktivitas b.d kelelahan fisik
|
S: klien mengatakan nyeri berkurang
O: Klien tampak lebih tenang dan rileks
A: masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
S: klien mengatakan tidak mual lagi dan nafsu makan kembali
A: klien tampak mengahabiskan makanan yang telah di berikan
O: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
S: klien mengatakan sudah mampu beraktivitas lagi
O: klien tampak membaik dan K.U lemah
A: intervensi teratasi
P : intervensi di hentikan
|
CATATAN PERKEMBANGAN
Inisial Klien : Ny.”S” Diagnosa Medis : Dyspepsia
Ruang :PDL(Penyakit Dalam) Hari/Waktu : 02 April 2014
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Jam
|
Catatan perkembangan
|
Paraf
|
1
2
3
|
Nyeri b.d adanya imflamasi lambung
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Intoleransi aktivitas b.d kelelahan fisik
|
09:00
09:30
|
S: klien mengatakan nyeri pada bagian abdomen
O: klien tampak gelisah dan sekala nyeri 4
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi di lanjutkan
I:
-menganjurkan teknik relaksasi
-Kaloborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgetik
E:
S: klien mengatakan nyeri berkurang
O: klien tampak tenang dan skala nyeri 1
S: klein mengatakan mual berkurang
O: klien tampak selera makan walau sedikit demi sedikit
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dihentikan
S: klien mengatakan belum bisa beraktivitas secara normal
O: klien tampak berbaring
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi di lanjutkan
I:
-anjurkan aktivitas mandiri
-kalobrasi dengan keluarga dalam pemenuhan ADL klien
S: -klien mengatakan muli bisa melakukan aktivitas secara mandiri
O: tampak klien sudah mulai berjalan
|
thanks nian informasinyo, membantu nian
BalasHapussalam kenal dari poltekkes plg prodi keperawatan lubuklinggau
Alhamdulilah kalau bisa bantu orang
HapusSalam kenal juga aku dari STIK bina husada palembang 😊