Minggu, 22 Desember 2013

urinaria kanker kandung kemih

BAB I
PENDAHULUAN
1.1            LATAR BELAKANG
Tumor ganas kandung kemih sekitar 90% adalah karsinoma sel transisional dan 10% adalah ca skuamosa dan jarang sekali adenokarsinoma yang berasal dari jaringan urakus. Didaerah sistoma dapat menyebabkan kanker skuamosa. Kanker kandung kemih dapat kapiler, noduler, ulseratif atau infiltratif. Derajat keganasan ditentukan oleh tingkat deferensiasi dan penetrasi ke dalam dinding atau jaringan sekitar kandung kemih. Epitel transisional terdiri dari 4-7 lapisan sel epitel ketebalan lapisan tergantung dari tingkat distensi kandung kemih. Adapun yang berperan dalam maslah ini adalah sel basal, sel intermediate, sel superficial, inilah yang akan menutupi sel intermediate, bergantung pada apakah kandung kemih dalam keadaan distensi atau tidak.
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah kandung kemih. Kanker kandung kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan dengan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% pasien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20 % sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih adalah karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma haematobium dan merokok.
Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai ke carcinoma maligna yang invasif. Kebanyakan neoplasma adalah jenis sel-sel transisi, karena saluran kemih dilapisi epithelium transisi. Neoplasma bermula seperti papiloma, karena itu setiap papiloma dari kandung kemih dianggap pramalignansi dan diangkat bila diketahui. Karsinoma sel-sel squamosa jarang timbul dan prognosanya lebih buruk. Neoplasma yang lain adalah adenocarcinoma.
1.2             TUJUAN
a.         Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang konsep  penyakit dan asuhan keperawatan Kanker Kandung Kemih secara teoritis
b.        Tujuan Khusus
  • Mahasiswa mampu memahami definisi, anatomi fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, patoflow, komplikasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan.
  • Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Kanker Kandung Kemih Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan Kanker Kandung Kemih
  • Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien Kanker Kandung Kemih
  • Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien dengan Kanker Kandung Kemih
  • Mahasiswa mampu mengevaluasi implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien dengan Kanker Kandung Kemih
1.3 MANFAAT
Ø   Bagi Mahasiswa
Dari makalah ini akan menyediakan informasi yang sangat berguna untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa  mengenai penyakit Kanker Kandung Kemih
Ø    Bagi Pendidikan
Untuk pendidikan keperawatan, informasi yang didapat dari makalah  ini akan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi pengembangan pembelajaran asuhan keperawatan pada klien dengan Kanker Kandung Kemih.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 KONSEP PENYAKIT
2.1.1 DEFINISI
Kanker kandung kemih adalah papiloma yang tumbuh di dalam lumen kandung kemih, meskipun pada pertumbuhannya mungkin menginfiltrasi sampai dinding kandung kemih (Luckman and Sorensen. 1993).
Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang berusia di atas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita (3:1). (Brunner & SUddarth, 2001).
Kanker ini biasanya menyerang orang dewasa, meskipun semua tingkatan umur memiliki peluang yang sama. Umumnya, kanker ini terdiagnosa pada tahap awal perkembangan, di mana kanker ini masih dapat diobati.
Jadi, kanker kandung kemih adalah jenis kanker yang berkembang di daerah kandung kemih, organ berbetuk balon terletak di bagian panggul yang menyimpang urin.  Kebanyakan kanker ini diawali pada sel-sel yang melapisi bagian dalam kandung kemih.







2.1.2 ANATOMI FISIOLOGI
Kandung kemih adalah merupakan salah satu organ dalam sistem perkemihan yang berfungsi sebagai penampung urine, yang berbentuk buah pir (kendi), yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medialis.
Kandung kemih terletak dibelakang simpisis pubis didalam rongga panggul. Kandung kemih terdiri dari :
1.      Fundus yaitu bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostat.
2.      Korpus yaitu bagian antara verteks dan fundus.
Verteks yaitu bagian yang meruncing kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan :
1.      Lapisan sebelah luar (peritoneum ).
2.      Tunika muskularis (lapisan otot).
3.      Tumika submukosa.
4.      lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Ø  Stadium kanker kandung kemih  
Stadium 0 : Juga dikenal sebagai karsinoma in situ, di dalam kandung kemih organisme bagian tepi timbul tumor.
Stadium I : sel kanker telah menyebar ke lapisan dalam dan luar kandung kemih
Stadium II : sel kanker telah menyebar ke lapisanan otot dinding kandung kemih
Stadium III : sel kanker telah menyebar sampai jaringan adipose pada sekitar       kandung kemih, kemungkinan menyebar sampai ke alat kelamin
Stadium IV : Sel kanker telah menyebar dari kandung kemih sampai ke peritoneum atau ke panggul. Sel kanker mungkin telah mempengaruhi sampai ke kelanjar getah bening atau sampai ke organ lain dalam tubuh.
  Kekambuhan : setelah dilakukan pengobatan kanker kandung kemih, kandung kemih atau bagian lain dalam tubuh bisa mengalami kekambuhan.
Gambar Kanker Kandung Kemih
                           

2.1.3. ETIOLOGI
Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker kandung kemih. Kanker kandung kemih memiliki keterkaitan dengan merokok, infeksi parasit, radiasi dan terkena zat kimia. Kanker kandung kemih terjadi karena mutasi sel. Mutasi ini menyebabkan sel tumbuh dengan tidak terkendalikan dan kemudian hidup ketika sel lainnya mati.
Penyebab lainnya adalah :
  1. Karsinogen dalam air minum : minum dapat menghilangkan racun yang ada dalam tubuh tetapi air yang mengandung klorin dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya kanker kandung kemih
  2. Penyakit saluran kemih : saat epitel uretra mengalami iritasi kronis atau metabolisme karsinogen dalam urin man/usia meningkat, menyebabkan proliferasi urothelial dan kemudian menjadi kanker
  3. Obat – obatan : meminum obat obatan non-phenacetin yang mengandung analgesik dengan dosis besar membuat resiko kanker kandung kemih semakin meningkat.
2.1.4 MANIFESTASI KLINIK
1. Hematuria : hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau penuh, dan dapat dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal hematuria, sebagian dari pasien kanker kandung kemih akan ada pembuangan gumpalan gumpalan darah dan bangkai bangkai busuk .
2. Iritasi kandung kemih : tumor terbentuk di trigonum kandung kemih, lingkup patologi meluas atau saat terjadi infeksi dapat menstimulasi sampai ke kandung kemih sehingga menyebabkan fenomena sering buang air kecil dan urgen.
3. Gejala obstruktif saluran kemih : tumor yang lebih besar, tumor pada leher kandung kemih dan penyumbatan gumpalan darah akan menyebabkan buang air bahkan sampai retensi urin. Infiltrasi tumor ke dalam lubang saluran kemih dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih, sehingga menimbulkan nyeri pinggang, hidronefrosis dan fungsi ginjal terganggu.
4. Gejala metastase : invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung kemih sekitarnya, organ lain atau metastasis kelenjar getah panggul simpul, akan menyebabkan nyeri di daerah kandung kemih, uretra fistula vagina, dan edema ekstremitas bawah, metastasis sampai organ yang lebih jauh, nyeri tulang dan cachexia.
2.1.5 PATOFISIOLOGI
Perokok baik aktif maupun pasif dapat menghasilkan metabolisme karsinogen yang dihasilkan oleh metabolisme tryptophan yang abnormal. Kebanyakan CA buli berasal dari papiloma yang berubah menjadi ganas. Tumor noduler jarang terjadi tetapi dapat juga menginvasi dinding buli. Proliperasi sel terdiri atas sel epitelium transisional (90 %), squmuosa (6 %), dan adenocarsinoma ( 2%).
Derajat tumor berdasarkan kedalaman penetrasi kedalam dinding buli dan derajat metastase, penentuan derajat kanker harus ditegakan terlebih dahulu sebelum dilakukan penatalaksanaan.
Kanker biasa bermetastase ke liver, tulang dan paru-paru,lebih lanjut tumor menyebar ke rectum, vagina, jaringan lunak dan struktur retroperitoneal. Tumor derajat C atau D memiliki prognosis yang buruk. Tumor superficial memiliki peluang untuk distabilkan atau dibuang, tetapi angka kekambuhannya cukup tinggi. Kurang dari 25 % klien dengan invasi tumor yang dalam memiliki rata-rata bertahan hidup sekitar 5 tahun, sedangkan Adenokarsinoma sekitar 21 bulan.


















2.1.6  PATOFLOW
Radiasi, infeksi parasit, merokok
Metabolisme karsinogen
Mutasi sel
Pertumbuhan sel tidak terkontrol
Papilloma / tumor
Maligna (ganas)
Kanker kandung kemih
Infiltrasi ke saluran kemih
Mengenai lapisan mukosa sampai lapisan luar
Obstruksi saluran kemih
Luka insisi       
Diversi urin
Pre op                                                                                 Post op
                                                                                                   Pembedahan            
Malu

Terpapar lingkungan
Penekanan jaringan saraf
                                                                                                                  
Aliran urin terhambat
Obstruksi saluran kemih

Iritasi saluran kemih
 
Invasi mikroorganisme
Gangguan citra tubuh
                                                                                               Rangsangan BPH
Retensi uin
Lesi
Merangsang BPH
                                                                                       Afferent
Resti infeksi

Hematuria

Ruptur jaringan
                                                                                               Medula spinalis
Gangguan pola eliminasi BAK
Inkontinuitas jaringan

Afferent
                                                                                                  Thalamus      
Anemia
Medula spinalis
                                                                                                Korteks serebri                       
Thalamus
Resti kerusakan integritas kulit
Metabolisme terganggu



                                                                                                  Efferent                   
Nyeri

Perubahan status kesehatan
                                               
Korteks serebri
Nutrisi inadekuat

      
Penurunan fungsi / struktur tubuh

Efferent
 

Informasi inadekuat
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
                                                     Krisis situasi
Nyeri

Resti gangguan fungsi seksual
                                                            Takut
Kurang pengetahuan
                                                 Beban psikologi ↑
Ansietas
 


2.1.7.      KOMPLIKASI
Komplikasi pembedahan meliputi peredaran dan infeksi, efek samping dari radiasi dapat menimbulkan struktur pada ureter, uretra, atau kolon. Komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.
2.1.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan bimanual sangat berguna untuk menentukan infiltrasi. Pada sistografi dan pielografi intravena nampak lesi defek isian dalam kandung kemih. Endoskopy dilakukan untuk melihat bentuk dan besar tumor. Perubahan dalam kandung kemih, dan melakukan biopsy. Pemeriksaan sitologi membantu diagnosis.
Karsinoma kandung kemih perlu dibedakan dari tumor ureter yang menonjol dalam kandung kemih, karsinoma prostat, dan hipertrofi prostat lobus median prostat. Untuk membedakan kelainan ini dibutuhkan Endoscopy dan Biopsy, urografi atau IVP, Ct Scan, USG dan sitoscopy.
Tingkat keganasan dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : Deferensiasi baik (G I), sedang (G II), dan kurang berdiferensiasi (G III).
Karsinoma sel transisional dan karsinoma in-situ akan melepaskan sel-sel kanker yang dapat dikenali,pemeriksaan sitologi urine yang baru dan larutan salin yang digunakan sebagai pembilas kandung kemih akan memberikan informasi tentang prognosis paien, khususnya pasien yang beresiko tinggi untuk terjadinya tumor primer kandung kemih.
2.1.9 PENATALAKSANAAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pengobatan meliputi jenis tumor, kedalam invasi tumor dalam kandung kemih, penyebaran penyakit, dan keadan umum klien. Faktor-faktor tersebut penting dalam rencana perawatan klien.


Penatalaksanaan pada stadium 1 :
Sistem sederhana (pengangkatan kandung kemih) sistem sistektomi radikal dilakukan pada kangker kandung kemih yang invasif atau multivokal. Sistektomi radikal pada pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostat serta vesikulus seminalis dan jaringan vesikal di sekitarnya. Pada wanita, sistektomi radikal meliputi pengangkatan kandung kemih, ureter bagian bawah, uterus, tuba palopii, ovarium vagina anterior dan uretra. Oprasi ini dapat mencakup pula limfadenaktomi (pengangkatan nodus lifatikus). Pengangkatan kandung kemih memerlukan prosedur diversi urin.
Penatalaksanaan pada stadium 2, 3, 4 :
Kemoterapi dengan menggunakan kombinasi metotreksat, vinblastin, dexorubisin (adriamisin) dan cisplatin (M-VAC) terbukti untuk menghasilkan remisi parsial karsinoma sel transisional kandung kemih pada sebagian pasien. Kemoterpi intravena dapat dilakukan bersama dengan terapi radiasi.
Kemoterapi topikal (kemoterapi intravesikal atau terapi dengan memasukkan larutan obat antineoplastik ke dalam kandung kemih yang membuat obat tersebut mengenai dinding kandung kemih) dapat di pertimbangkan jika terdapat resiko kekambuhan yang tinggi,jika terdapat kanker in situ atau jika reseksi tumor tidak tunas. Kemoterapi topikal adalah pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi (thiotepa, doxorubisin, mitomisin, ethouglusid dan bacillus calmette-guerin atau BCG) untuk meningkatkan jaringan tumor. BCG kini dianggap sebagai priparat intravesikal yang paling efektif untuk kangker kandung kemih yang kambuhan karena priparat ini akan mengalahkan respon imun tubuh terhadap kangker. Pasien dibolehkan makan dan minum sebelum prosedur pemasukan (instilasi) obat dilaksanakan, terapi setelah kandung kemih terisi penuh,pasien harus menahan larutan priparat intravesikal tersebut selama 2 jam sebelum mengalirkannya keluar dengan berkemih. Pada terakhir prosedur,pasien dianjurkan untuk dianjurkan untuk buang air kecil dan meminum cairan sekehendak hati (adlibitum) untuk membilas priparat tersebut dari dalam kandung kemih.

Perawatan untuk kanker kandung kemih
Perawatan makanan :
1.      Pasien kanker kandung kemih dianjurkan untuk memakan buah dan sayuran segar
2.      Harus diberikan diet tinggi protein seperti telur, susu dan ikan
3.      Berikan makanan kesukaan pasien kanker kandung kemih yang telah dimodifikasi, tetapi hindari makanan pedas, keras dan yang sulit dicerna oleh tubuh.
Perawatan setelah Operasi
1.      Kondisi ruangan harus tetap bersih, dengan udara yang bersih juga
2.      Pasien kanker kandung kemih harus hindari infeksi, harus meningkatkan daya tahan tubuh
3.      Keluarga harus terus memberikan semangat dan membantu pasien menghilangkan sikap dan pikiran negative.
Metode pengobatan paling baik bagi pasien kanker kandung kemih
  Berdasarkan kondisi pasien dan gejala kanker kandung kemih melalui konsultasi dari para ahli, Tim multi-disiplin dari ahli bedah kanker, ahli patologi, ahli radiasi onkologi, ahli kanker minimal invasif dan suster onkologi, akan menyesuaikan program pengobatan yang cocok sehingga meningkatkan dan memaksimalkan hasil dari pengobatan.





2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
2.2.1 PENGKAJIAN
1.    Anamnesa
·           Keluhan utama :
o    Hematuria
o    Frekuensi berkemih
o    Disuria
·         Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Klien ada riwayat kencing batu 3 bulan yang lalu dan 2 bulan yang lalu ada kencing darah. ± 6 bulan yang lalu selama 1 minggu klien merasa ada benjolan diperut bagian bawahnya.
·         Riwayat Penyakit Sekarang:
BAK tidak lancar, terasa nyeri dan panas, sifatnya terus menerus sejak 2 minggu yang lalu. Klien juga merasa kesulitan dalam BAB, konsistensi keras dan lama baru keluar.
·         Riwayat Kesehatan Keluarga:
Dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita oleh klien sekarang ini.
2.        Pemeriksaan fisik
Nyeri /ktidak nyamanan : nyeri tekan abdomen,nyeri tekan pada area ginjal pada saat palpasi,nyeri dapat digambarkan sebagai acut, hebat, tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
a.                                                         Keadaan Umum:
Klien tampak pucat, melakukan aktivitas seperlunya. Tidur kurang, sering terbangun tengah malam.
b.                                                         Tanda-tanda Vital:
Suhu 36oC/axilla, nadi kuat dan teratur, 80x/menit, tensi diukur dengan klien berbaring pada lengan kiri, hasilnya = 130/80 mmHg, pernafasan normal, 18x/menit.
c.         Sistem Tubuh (Body Systems):
·         PERNAFASAN (B1: BREATHING)
Hidung tidak ada kelainan, trachea letaknya normal, bentuk dada simetris.
·         CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)
Nyeri dada tidak ada, suara jantung normal, edema  pada ekstremitas bawah.
·         PERSYARAFAN (B3: BRAIN)
Kepala dan wajah tidak ada kelainan, pucat, mata: sklera icterus, conjunctiva pucat, pupil isokor, leher tekanan vena jugularis normal, klien mengalami cegukan. Persepsi sensori tidak ada kelainan.
·         PERKEMIHAN- ELIMINASI URI (B4: BLADDER)
Produksi urine: dalam 24 jam 600 – 700 ml, keluar sedikit-sedikit, menetes, sering dan terasa nyeri. Kadang ada retensi urine. Warna merah, bau agak amis. Lainnya teraba massa supra sympisis, diameter 10 x 10 cm, keras, fixed.
·         PENCERNAAN – ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)
Mulut dan tenggorok kering, agak merah (iritasi). Abdomen  distensi. rectum tidak ada kelainan. BAB 1x/hari, kadang-kadang 2 – 3 hari baru BAB. Konsistensi keras.


·         TULANG – OTOT – INTEGUMEN (B6: BONE)
Kemampuan pergerakan sendi: bebas. Tidak ada parese, paralise maupun hemiparese. Extremitas atas  tidak ada, extremitas bawah terdapat edema pada tungkai kiri, tulang belakang tidak ada kelainan.
Warna kulit pucat, akral dingin kering, turgor cukup
·         SISTEM ENDOKRIN
Terapi hormon tidak ada.
·         SISTEM HEMATOPOIETIK:
Diagnosis penyakit hematopoietik yang lalu: Anemia, Transfusi darah. Tipe darah: PRC 2 kolf dan FFP 2 kolf.
·         REPRODUKSI
Laki-laki : Penis  klien telah disirkumsisi, crotum terdapat edema minimal.
·        SPIRITUAL
Konsep tentang penguasa kehidupan Allah.
Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini: sholat.
Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang diharapkan saat ini: lewat ibadah.
Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama: tidak ada.
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: klien mempercayainya.
Persepsi terhadap penyebab penyakit: sebagai cobaan/peringatan.
3.Pemeriksaan diagnostik
o   Sitologi urine - sel kanker
o   Cuci kandung kemih - sel kanker
o   Aliran sitometri urine -  ploidi DNA
o   Pielogram intravena (IVP) - evaluasi traktus urinarius atas dan pengisian kandung kemih
o   Sitoskopi -  melihat bagiandalam organ
o   Biopsy
o   Ultrasound transurethral -  luasnya penyakit
o   CT-Scan - identifikasi nodus limfe regional dan metastase pulmonal
o   MRI -  luas tumor dan terkenanya nodus limfe.

2.2.2        DIAGNOSA
Pra Operasi
  1. Nyeri berhubungan dengan iritasi saluran kemih.
  2. Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan obstruksi saluran kemih, retensi urin.
  3. Perubahan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi yang tidak adekuat.
  4. Ansietas berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan.
  5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kemoterapi dan imunoterapi
Pasca Operasi
  1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi.
  2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan diversi urinarius.
  3. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan untuk eliminasi urine.
  4. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan defisit pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.
  5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, defisit imunologik.
2.2.3        INTERVENSI
Pra Operasi
  1. Nyeri berhubungan dengan iritasi saluran kemih.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil :
o   Pasien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
o   Melaporkan nyeri yang dialaminya
INTERVENSI
RASIONAL
Tentukan riwayat  nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan
Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
Menganjurkan teknik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.
Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narcotik dll
Untuk mengatasi nyeri.


  1. Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan obstruksi saluran kemih, retensi urin.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola eliminasi buang air kecil.
Kriteria Hasil:
o   Pasien tidak merasa nyeri pada saat buang air kecil.
o   Pengeluaran urine 1000-1500 cc/ hari.
o   Frekuensi miksi 4-5 kali/ hari.
o   Ekspresi wajah tenang.
INTERVENSI
RASIONAL
Catat intake dan out put cairan.
Untuk mengetahui fungsi ginjal.
Berikan rangsangan pada daerah atas symphisis dengan air dingin
Rangsangan pada simphisis dengan air dingin dapat meningkatkan tonus otot spincter dan buli-buli.

  1. Perubahan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi yang tidak adekuat, anoreksia.
Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria Hasil :
  • Pasien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi.
  • Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
  • Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya

INTERVENSI
RASIONAL
Monitor intake makanan setiap hari, apakah pasien makan sesuai dengan kebutuhannya
Memberikan informasi tentang status gizi klien.
Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan
Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.
Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis
Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk
Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk pasien.
Kalori merupakan sumber energi.

Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.

Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.
Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami pasien
Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
Kolaboratif
o    Berikan pengobatan sesuai indikasi Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A, D, E dan B6, antacida
o    Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan infus.
o  Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien.
o  Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.


  1. Ansietas berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan.
Tujuan :
            Kriteria Hasil :
  • Pasien dapat mengurangi rasa cemasnya
  • Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif
  • Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
INTERVENSI
RASIONAL
Tentukan pengalaman pasien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya
Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
Tentukan pengalaman pasien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya
Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
Berikan informasi tentang prognosis secara akurat
Dapat menurunkan kecemasan klien.
Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi.
Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya
Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai
Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu pasien mempersiapkan diri dalam pengobatan
Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga

5.        Kurang pengetahuan berhubungan dengan kemoterapi dan imunoterapi
Tujuan : Pasien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada tingkatan siap
Kriteria Evaluasi : klien mengungkapkan jadwal pengobatan dan tujuannya
INTERVENSI
RASIONAL
Ajarkan klien dan klg prosedur dan tujuan terapi
Meningkatkan pemahaman dan menurunkan ansietas
Gunakan teknik steril dalam kateterisasi
Mencegah infeksi
Instruksikan klien untuk berkemih sebelum obat dimasukkan
Meningkatkan retensi obat
Instruksikan untuk selalu mengubah posisi
Meningkatkan lapisan bagian dalam kandung kemih dengan obat-obatan
Instruksikan untuk menunggu berkemih selama beberapa jam
Memberikan kontak yang besar dari obat dengan permukaan kandung kemih
Instruksikan klien untuk toileting dengan hati-hati
Mencegah pemajanan pada kemoterapi dan imunoterapi yang dikeluarkanmelalui urine

Pasca Operasi
  1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil :
o   Pasien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
o   Melaporkan nyeri yang dialaminya
o   Mengikuti program pengobatan
o   Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin
INTERVENSI
RASIONAL
Tentukan riwayat  nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan
Evaluasi therapi : pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan pasien dan keluarga tentang cara menghadapinya
Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
Menganjurkan teknik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.
Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narcotik dll
Untuk mengatasi nyeri.

  1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan diversi urinarius
Kriteria Evaluasi : citra diri meningkat, terpelihara dan terjaga
INTERVENSI
RASIONAL
Anjurkan klien utnuk mengungkapkan perasaan mengenai ostomi dan kanker kandung kemih dan dampak yang diharapkan pada gaya hidup
Meningkatkan integrasi dari perubahan ke dalam gaya tubuh

Evaluasi perasaan klien mengenai diversi urinarius dan efeknya, identitas seksual, hubungan dan citra diri
Sebagai data untuk merumuskan rencana askep
Bantu untuk memisahkan penampilan fisik dan perasaan kesehatan
Meningkatkan citra diri
Izinkan klien untuk ventilasi emosi seperti marah dan rasa bersalah
Meningkatkan koping
Pantau apakah klien dapat melihat ostominya
Ketidakmampuan memandang ostominya mengindikasikan kesulitan koping.

  1. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan untuk eliminasi urine
    Kriteria Evaluasi : tidak ada infeksi pada saluran kemih
INTERVENSI
RASIONAL
Gunakan sabun antimicrobial untuk cuci tangan
Mencegah transmisi organisme
Pertahankan intake cairan adekuat
Meningkatkan aliran urine
Ajarkan klien cuci tangan
Memberikan informai tentang personal hygiene
Ajarkan klien tentang gejala dan tanda infeksi serta anjurkan untuk melaporkannya
Memberikan info untuk meningkatkan kepatuhan
Ajarkan klien dan keluarga untuk sering mengalirkan kantong untuk mencegah refluks
Dapat mencegah infeksi



  1. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan defisit pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.
Tujuan : Pasien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan therapi terhadap seksualitas
Kriteria Hasil : Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas kemampuan
INTERVENSI
RASIONAL
Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang proses seksualitas dan reaksi serta hubungannya dengan penyakitnya
Meningkatkan ekspresi seksual dan meningkatkan komunikasi terbuka antara klien dengan pasangannya.
Berikan penjelasan tentang akibat pengobatan terhadap seksualitas
Membantu klien dalam mengatasi masalah seksual yang dihadapinya.
Berikan privacy kepada pasien dan pasangannya. Ketuk pintu sebelum masuk.
Memberikan kesempatan bagi klien dan pasangannya untuk mengekspresikan perasaan dan keinginan secara wajar.

  1. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, defisit imunologik.
Tujuan : Pasien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik
Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.
Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.
Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal
Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
Ubah posisi pasien secara teratur
Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.
Berikan penjelasan pada pasien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter
Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif.














BAB III
PENUTUP
5.1    KESIMPULAN
Jadi, kanker kandung kemih adalah jenis kanker yang berkembang di daerah kandung kemih, organ berbetuk balon terletak di bagian panggul yang menyimpang urin.  Kebanyakan kanker ini diawali pada sel-sel yang melapisi bagian dalam kandung kemih.
Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker kandung kemih. Kanker kandung kemih memiliki keterkaitan dengan merokok, infeksi parasit, radiasi dan terkena zat kimia. Kanker kandung kemih terjadi karena mutasi sel. Mutasi ini menyebabkan sel tumbuh dengan tidak terkendalikan dan kemudian hidup ketika sel lainnya mati.
3.2 SARAN
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti bagaimana asuhan keperawatan kanker kandung kemih, dan paham bagaimana patofiologi yang terjadi klien kanker kandung kemih. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar