BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus (ostium uteri internum) sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian atas uteri (fundus uteri). Placenta previa bukanlah sebuah penyakit pasenta, melaikan posisi plasenta yang menutupi proses jalannya kelahiran. Plasenta previa biasa ditemukan pada awal kehamilan. Beberapa orang mendapatkan tanda dengan bleeding terus menerus atau kadang-kadang, dan sebagian lagi, tanpa merasakan tanda-tanda apapun sampai saat melahirkan. Pada ultrasound trimester ke-2, sekitar 18 weeks, plasenta previa ditemukan pada 5-20% kehamilan.
Pada awal trimester ke-3, sekitar minggu ke-28, ultrasound dilakukan lagi. Sekitar 90-75% plasenta tercatat berpindah dan tidak menutupi jalannya kelahiran. Apabila diketahui plasenta previa tetap ada, maka barulah wanita hamil tersebut dinyatakan memiliki plasenta previa. Langkah yang harus dilakukan adalah: menghindari bleeding, biasanya dengan istirahat total di tempat tidur. Tujuan utama adalah mencapai minggu ke-36 ketika bayi sudah siap dikeluarkan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien plasenta previa.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien plasenta previa
c. Dapat membuat perencanaan pada klien plasenta previa.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien plasenta previa.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
Menurut Wiknjosastro (2002), placenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Manuaba (1998) mengemukakan bahwa plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum (Saifuddin, 2002).
Placenta previa adalah placenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Mansjoer, dkk, 2002)
Placenta previa totalis adalah apabila setiap bagian placenta secara totalis menutupi osteum uteri internum atau seluruh ostium uteri internum tertutup ketika serviks berdilatasi lengkap (Bobak, dkk 2004)
2.2 Anatomi Fisiologi
2.3 Etiologi
Penyebab spesifik tidak diketahui pasti, namun placenta previa meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan leiomioma uteri, ovulasi terlambat, kehamilan ganda (Masjoer, dkk, 2002)
- Etiologi menurut Mochtar R, 2004
1. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi.
2. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin.
3. Vilicorealis pada korion leave yang persisten.
- Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup :
1. Perdarahan (hemorrhaging)
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan infertilitas
5. Multiple gestation
6. Erythroblastosis
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8. Keguguran berulang
9. Status sosial ekonomi yang rendah
10. Jarak antar kehamilan yang pendek
11. Merokok
2.4 Ciri – Ciri Dan Klasifikasi Plasenta Previa
- Ciri – Ciri Plasenta Previa
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Denyut jantung janin ada
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
12. Presentasi mungkin abnormal.
C.
- Klasifikasi Plasenta Previa
1. Plasenta Previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta
2. Plasenta Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta.
4. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan (ostium internus servisis).
5. Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
2.5 Patofisiologi
Plasenta previa adalah plasenta di segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh kanalis servikalis dan menunggu proses persalinan dengan terjadinya perdarahan.
Terjadinya plasenta previa dapat disebabkan karena endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi hal ini dapat dipengaruhi oleh umur penderita yang masih mudah sehingga endometrium masih belum sempurna atau umur diatas 35 tahun karena endometrium yang kurang subur.
Lokasi implantasi dan ukuran placenta saling terkait. Sedara rinci, karena sirkulasi pada segmen bawah sedikit lebih baik dari pada fundus, placenta previa mungkin butuh untuk menutupi area yang lebih besar untuk efisiensi yang adekuat. Permukaan placenta previa mungkin lebih besar setidak-tidaknya 30% lebih besar dari pada placenta yang terimplantasi di fundus. Segmen bagian bawah relatif tanpa kontraksi dan perdarahan pantas di pertimbangkan pada pembukaan sinus. Infeksi ascending dari vagina dapat menyebabkan placentitis, terutama di daerah pajama atau di atas tulang. Placenta previa dapat terdorong miring, melintang, presentasi dan mencegah perikatan pada keadaan fetal.
Selain itu, apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar, plasenta letaknya normal dapat terjadi perluasan pada permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali permukaan jalan lahir (Saifuddin. AB, 2002).
2.6 Patoflow
2.7 Manifestasi Klinis
- Rasa tidak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.
- Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang mengancam kehidupan atau menyebabkan syok hipovolemik.
- Placenta previa mungkin tidak menyebabkan perdarahan hingga kelahiran mulai atau hingga terjadi dilatasi lengkap. Perdarahan awal terjadi dan berlebih-lebih pada total previa. Perdarahan yang merah terang mungkin terjadi secara intermitten, saat pancaran, atau lebih jarang, mungkin juga berlanjut. Ini mungkin berawal saat wanita sedang istirahat atau ditengah – tengah aktifitas. Kebetulan kejadian ini tidak pernah terjadi kecuali jika dilakukan pengkajian vaginal atau rectal memulai perdarahan dengan kasar sebelum atatu selama awal kehamilan.
- Manuver leopod mungkin menampakkan fetus pada posisi miring atau melintang karena abnormalitas lokasi implantasi placenta.
- Terjadi robekan selaput marginal.
- Bunyi jantung anak biasanya teraba.
- Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
- Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi letak janin (letak lintang atau letak sungsang)
2.8 Komplikasi
Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Pada ibu dapat terjadi :
- Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
- Anemia karena perdarahan
- Plasentitis
- Endometritis pasca persalinan
2. Pada janin dapat terjadi :
- Persalinan premature
- Asfiksia berat
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placenta tapi apakah placenta melapisi servik tidak biasa diungkapkan.
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Factor pembekuan pada umumnya dibawah batas normal.
4. Pengkajian vagina
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesudah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan diruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara secar.
5. Isotop scanning Atau lokasi penempatan placenta.
6. Amniocentesis
Jika 35-36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin/ spingomyelin [LS] atatu kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi
2.10 Penatalaksanaan Medis
- Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahi premature, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kenalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasive. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
1. Berikan kotolitik bila ada kontraksi:
- MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
- Nifedipin 3 x 20 mg/hari
- Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
2. Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (Bubble Test) dari test amniosentesis.
3. Bila setelah usia kehamilan diatas 3 minggu placenta masih berada di sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan placenta previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
- Terapi aktif (tindakan segera)
1. Wanita hamil diatas 22 minggu dengan pendarahan pervaginam yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
2. Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan di penuhi, dilakukan PDOM jika:
- Infuse / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
- Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partum
- Janin telah meninggal atau terdapat anomaly congenital mayor (missal : anensefali)
- Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati PAP (2/5 atau 3/5 palpasi luar).
· Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :
- Seksio Cesaria (SC)
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup tindakan ini tetap dilakukan. Tujuan SC antara lain: Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan, menghindarkan kemungkinan terjadinyarobekan pada servik uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.
- Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta, penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
- Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakuka pada plasenta previa lateralis / marginalis dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, placenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan di tekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infuse oksitoksin.
- Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan temponade placenta dengan bokong dan kaki janin. Versi Braxton Hicks tidak di lakukan pada janin yang masih hidup.
- Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban secukupnnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan placenta dan sering kali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA PLASENTA PREVIA
3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
- Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
- Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III.
- Sifat perdarahan ; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
- Sebab perdarahan ; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal. Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah dan placenta.
- Inspeksi : Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
- Palpasi abdomen : janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
- Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih goyang/floating
2. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnyaagar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilansekarang.
- Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
- Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, ataukeduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin.
- Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
3. Pemeriksaan fisik
a) Umum
- Rambut dan kulit
- Mata : pucat, anemis
- Hidung
- Gigi dan mulut
- Leher
- Buah dada / payudara
- Jantung dan paru
- Abdomen
- Vagina
- Sistem musculoskeletal
b) Khusus
- Tinggi fundus uteri
- Posisi dan persentasi janin
- Panggul dan janin lahir
- Denyut jantung janin
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kontraksi uterus
2. Gangguan perfusi jaringan pada janin berhubungan dengan adanya perdarahan
3. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan (perdarahan) yang berlebihan
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan yang menyertai kehamilan.
3.3 Intervensi
Dx. 1 : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kontraksi uterus
Tujuan : mengurangi rasa nyeri
Kriteria hasil : nyeri berkurang
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kaji skala nyeri pada pasien
|
Mengetahui derajat nyeri dan tindakan terapi
|
2.
|
Catat petunjuk nonverbal fisiologi dan psikologi
|
Mengidentifikasi luas beratnya masalah
|
3.
|
Kaji ulang faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri
|
Membantu membuat diagnosa
|
4.
|
Mempertahankan tirah baring selama fase akut
|
Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi
|
5.
|
Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas
|
Mengurangi kontraksi uteri
|
Dx. 2 : Gangguan perfusi jaringan pada janin berhubungan dengan adanya perdarahan
Tujuan : perdarahan maternal dapat diatasi sehingga tidak terjadi hipoksia janin.
Kriteria Hasil : tidak terjadi hipoxia pada janin, detak jantung janin dalam batas normal.
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kaji dan catat DJJ catat bradikardi atau takikardi
|
Dicatat perubahan aktifitas janin
|
2.
|
Catat perdarahan ibu dan kontraksi uterus, umur kehamilan dan tinggi fundus
|
Jika kontraksi uterus disertai dilatasi serviks bedrest dan pengobatan tidak efektif.
|
3.
|
Anjurkan bedrest dengan posisi lateral kiri
|
Posisi lateral kiri meringankan tekanan inferior dan meningkatkan sirkulasi gas janin dengan placenta.
|
4.
|
Kolaborasi pemberian suplemen oksigen pada ibu
|
Peningkatan oksigen dapat mensuplai pada janin.
|
5.
|
Kolaborasi dalam penggantian cairan yang hilang
|
Memelihara volume sirkulasi yang adekuat untuk transfor oksigen.
|
Dx. 3 : Kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan (perdarahan) yang berlebihan
Tujuan : menstabilkan volume cairan tubuh
Kriteria hasil : volume cairan stabil kembali
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan perhitungan pembalut Timbang pembalut pengalas.
|
Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah.
|
2.
|
Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva manover dan koitus.
|
Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan
|
3.
|
Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semi – fowler. Hindari posisi trendelenburg.
|
Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler memungkinkan janin bertindak sebagai tanpon.
|
4.
|
Catat tanda – tanda vital Penisian kapiler pada dasar kuku, warna menbran mukosa/ kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila ada
|
Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok
|
5.
|
Hindari pemeriksaan rectal atau vagina
|
Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total terjadi.
|
6.
|
Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai indikasi
|
Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.
|
Dx. 4 : Ansietas berhubungan dengan perubahan yang menyertai kehamilan.
Tujuan : secara verbal pasien ( sederhana ) menyebabkan patofisiologi dan tindakan dari situasi klinik.
Kriteria Hasil : pasien tampak tenang, pasien mampu melakukan tindakan situasi klinik
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Jelaskan perawatan dan kondisi perdarahan secara rasional
|
pemberian informasi menjernihkan kesalah pahaman.
|
2.
|
Beri kesempatan pasien untuk bertanya
|
Pemberian klarifikasi dari kesalahpahaman, identifikasi masalah dan kesempatan untuk memulai membangun
|
3.
|
Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan.Jawab pertanyaan dengan jujur.
|
Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif.
|
4.
|
Jelaskan prosedur dan arti gejala-gejala.
|
Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa control terhadap situasi.
|
3.4 Implementasi
1. Mengkaji skala, lokasi, intesitas nyeri
2. Mencatat perdarahan ibu, umur kehamilan dan tinggi fundus
3. Memberikan larutan intrvena
4. Menjelaskan perawatan dan kondisi perdarahan secara rasional
3.5 Evaluasi
1. Klien mengatakan nyeri sudah hilang
2. Perfusi jaringan efektif
3. Volume cairan stabil kembali
4. Klien menerima dan cemas teratasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Placenta previa adalah placenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Mansjoer, dkk, 2002)
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup :
- Perdarahan (hemorrhaging)
- Usia lebih dari 35 tahun
- Multiparitas
- Pengobatan infertilitas
- Multiple gestation
- Erythroblastosis
- Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
- Keguguran berulang
- Status sosial ekonomi yang rendah
- Jarak antar kehamilan yang pendek
- Merokok
4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi petugas-petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar