BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1882, Morris memperkenalkan istilah “lawn tennis elbow” yang merujuk pada suatu sindroma pada siku yang ditemukan pada para pemain tenis, istilah itu kemudian disingkat menjadi “tennis elbow”. Namun menurut data epidemiologi terbaru, para penderita penyakit ini mayoritas justru berasal dari orang-orang yang bukan pemain tenis.
Tennis elbow merupakan salah satu jenis overuse syndrome dan kondisi ini timbul sebagai akibat dari ekstensi pergelangan tangan yang berlebihan. Hal ini sering ditemukan pada orang-orang yang terbiasa melakukan repetisi supinasi dan pronasi lengan bawah ketika sendi siku sedang dalam keadaan ekstensi (seperti gerakan pemain tenis yang melakukan pukulan backhand
Dulu, tennis elbow dikenal juga dengan istilah epikondilitis lateral, karena ada dugaan bahwa inflamasi memainkan peranan penting dalam timbulnya gejala. Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan istilah tersebut kurang tepat, karena secara umum, ketika dilakukan pemeriksaan mikroskopik tendon, tidak ditemukan adanya tanda-tanda inflamasi, namun yang ada justru degenerasi angiofibroblast dan kolagen-kolagen yang tersusun secara tidak beraturan
Tendon relatif hipovaskuler pada daerah proksimal hingga pada daerah insersi tendon. Hipovaskularitas ini kemungkinan besar menjadi predisposisi degenerasi tendon hipoksik, yang berimplikasi pada etiologi tendinopati. Patologi primer tersering kelainan ini adalah tendinosis pada tendon extensor carpi radialis brevis (ECRB) 1-2 cm dari arah distal perlekatannya pada epikondilus lateralis
Insidensi tennis elbow bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi umum dan kelainan ini dapat ditemukan pada 50% pemain tenis. Meskipun begitu, jumlah pemain tenis yang terkena penyakit ini hanya sekitar 5% dari jumlah semua pasien tennis elbow. Oleh karena itu penggunaan istilah tennis elbow sebenarnya kurang tepat, sebab mayoritas penderitanya justru bukan pemain tenis.
Jumlah pasien tennis elbow para pria dan wanita sama banyaknya. Kelainan ini sering ditemukan pada orang-orang berkulit putih, pada tangan yang dominan, dan insidensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dengan populasi puncak pada usia 30 hingga 50 tahun, serta usia rata-rata penderitanya adalah 42 tahun
1.2 Tujuan
tujuan umum
Tujuan umum adalah memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan epikondilitis lateris
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi dari epikondilitis lateris
b. Untuk mengetahui Etiologi dari epikondilitis lateris
c. Untuk mengetahui Patofisiologi dari epikondilitis lateris
d. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari epikondilitis lateris
e. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan epikondilitis lateris
BAB II
TINJAUN TIORI
2.1 Definisi
Epikonditis lateris merupakan kerusakan pada tendon yang berfungsi menekuk pergelangan tangan ke arah belakang menjauhi telapak tangan dan menyebaban nyeri dan pada pergelangn tangan sebelah belakang luar
Tendon relatif hipovaskuler pada daerah proksimal hingga pada daerah insersi tendon. Hipovaskularitas ini kemungkinan besar menjadi predisposisi degenerasi tendon hipoksik, yang berimplikasi pada etiologi tendinopati. Patologi primer tersering kelainan ini adalah tendinosis pada tendon extensor carpi radialis brevis (ECRB) 1-2 cm dari arah distal perlekatannya pada epikondilus lateralis
2.2 Anatomi Fisiologi
Sendi siku dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu tulang humerus, ulna dan radius yang saling berhubungan dalam satu rongga sendi yang bersama-sama.
Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua gerakan yakni fleksi/ekstensi dan rotasi berupa pronasi dan supinasi. Gerakan fleksi dan ekstensi terjadi antara tulanghumerus dan lengan bawah (radius dan ulna), pronasidan supinasi terjadi karena radius berputar pada tulang ulna, sementara itu radius juga berputar pada boros bujurnya sendiri. Sendi radioulnar proksimal dibentuk oleh kepala radius dan incisura radialisulna dan merupakan bagian dari sendi siku. Sendi radioulnar distal terletak dekat pergelangan tangan
Sendi siku sangat stabil karena diperkuat oleh simpai sendi yaitu ligamentcollateral medial dan lateral. Ligamentum annulare radii menstabilkan terutama kepala radius. Otot-otot yang berfungsi pada gerakan sendi siku ialah brachioradialis, biceps brachii, otot triceps brachii, pronator teres dan supinator. Selain otot di atas, dari siku juga berasal sejumlah otot yang berfungsi untuk pergelangan tangan seperti otot ekstensor carpi radialis longus yang berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servikal 6 - 7, otot ekstensor carpi radialis brevis,berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi dan abduksi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servikal 6 – servikal 7
Tabel 1: Anatomi otot-otot yang menyusun Lateral Compartement of the Elbow (6)
Otot
|
Fungsi
|
Origo
|
Insersio
|
Extensor
carpi radialis
longus
|
Ekstensi dan abduksi pergelangan tangan
|
Aspek distal dari lateral supra-condylar ridge humerus
Dan septum intermuscular lateral
|
Aspek dorsal dari basis tulang metakarpal kedua
|
ECRB
|
Ektensi pergelangan tangan
|
Tendon extensor communis dari epikondilus lateral humerus
|
Aspek dorsal dari basis tulang metakarpal ketiga
|
Extensor
digitorum
communis
|
Ektensi pergelangan tangan, jari kedua-jari kelima pada sendi MCP
|
Tendon extensor communis dari epikondilus lateral humerus
|
Dorsum jari kedua-jari kelima
|
Extensor carpi
ulnaris
|
Ekstensi dan adduksi pergelangan tangan
|
Caput humeral: Tendon extensor communis dari epikondilus lateral humerus, caput ulnaris: aspek dorsal dari mid ulna
|
Aspek ulnar dari basis tulang metakarpal kelima
|
Extensor digiti
minimi
|
Ektensi phalanx proximal jari kelima pada sendi MCP dan membantu ekstensi pergelangan tangan
|
Tendon extensor communis dari epikondilus lateral humerus
|
Area dorsal jari kelima
|
Anconeus
|
Memperkuat kapsul sendi dan bertindak sebagai ekstensor lemah pada elbow
|
Aspek posterior epikondilus lateral humerus
|
Aspek radial olecranon dan ulna proksimal
|
Supinator
|
Supinasi lengan bawah
|
Caput humeri: epikondilus lateral; caput ulnaris: aspek lateral olecranon (krista supinator)
|
Aspek lateral dan anterior radius proksimal hingga medial
|
Gambar 2: Gambar otot-otot pada aspek lateral elbow, yang berdekatan dengan origo tendon epikondilus lateral.
2.3 Etiologi
1. adanya peradangan pada tendon extensor wrist(pergerakan otot tulang tendon pada lengan terutama elbow/ sikut yang melekat pada epicondilus lateral )
2. akibat overose atau gerakan berlebihan
3. banyak terjadi pada otot extensor carpi radialis brevis
4. faktor mekanikal pemain tenis akibat salah posisi memukul bola dan terjadi perulangan sehingga menyebabkan tennis elbow
2.4 Manifestasi Klinis
Salah satunya gejala tennis elbow adalah nyeri di sekitar sendi siku bagian luar yang akan bertambah jika melakukan gerakan yang mengenggam dan melakukan aktivitas seperti mengenggkat dan karna robekan miskrosokopik pada tendon , serta penurunan kekuatan otot ketika menggenggam
2.5 Patofisiologi
Selain akibat cedera stres repetitif, tennis elbow juga dapat terjadi karena trauma langsung. Kondisi ini sering ditemukan pada para pemain tenis. Epikondilitis lateral terjadi karena kontraksi repetitif pada otot-otot ekstensor lengan bawah, terutama pada origo ECRB, yang mengakibatkan robekan mikro lalu degenerasi tendon, perbaikan yang imatur, hingga menimbulkan tendinosis. Selain gaya mekanik yang mengakibatkan stres varus berlebihan pada ECRB, posisi anatomi tendon ECRB yang langsung berhimpitan dengan aspek lateral capitellum menyebabkan tendon tersebut mudah mengalami abrasi berulang selama proses ekstensi elbow. Hipovaskularitas permukaan bawah tendon juga berkontribusi dalam proses degenerasi dan tendinosis
2.6 Pathway
Pemukulan bechand tennis berlebihan
|
Menimbulkan tendonosis
|
Terjadinya pendarahaan
|
masuknya MO melalui degenerasi tendon
|
Stres fisik
|
Adanya penurunan extensi pergelangan lengan
|
Nyeri
|
Intoleransi aktivitas
|
Keterbatasaan gerakan otot pada tulang
|
Menghambat proses penyakit
|
Gangguan konsep diri
|
Saraf affren
|
Thalamus
|
Resti infeksi
|
Kortek serebri
|
Medulla spinalis
|
Saraf eferent
|
2.7 Komplikasi
Komplikasi dari penyakit ini adalah
1. Penggunaan obat-obatan NSAID dan kortikostreoid dalam jangka panjang mengakibatkan gagal hatidan ginjal
2. Setelah pembedahan resiko infeksi
3. Kekakuan lengan
4. Dan rehabilitas
2.8 Penatalaksanaaan
Ada banyak pilihan penatalaksanaan untuk mengatasi tennis elbow, namun hingga saat ini belum ada satu pun penatalaksanaan yang benar-benar efektif dalam mengatasi kelainan tersebut. Namun secara umum, terapi untuk tennis elbow dibagi menjadi 2 yakni terapi konservatif dan pembedahan.
Untuk penatalaksanaan awal, biasanya terapi konservatif menjadi pilihan utama, sambil terus melakukan observasi. Namun bila kondisi pasien tidak mengalami perbaikan setelah menjalani terapi konservatif selama 6 hingga 9 bulan, maka sebaiknya pasien segera dirujuk untuk menjalani pemeriksaan radiologis dan terapi pembedahan.
Terapi konservatif yang dapat diberikan pada pasien tennis elbow antara lain:
1. NSAID (Non-steroidal anti-inflammatory drugs)
NSAID dapat digunakan sebagai analgesia untuk pasien tennis elbow. Ada banyak pilihan NSAID yang dapat digunakan yakni diclofenac, naproxen, ibuprofen, dan inhibitor siklooksigenase. Obat-obatan tersebut dapat digunakan secara topikal maupun sistemik. Meskipun memiliki banyak golongan, namun secara umum, profil khasiat NSAID hampir sama. (2) (3) (6) (17) (21)
NSAID dapat menghambat inflamasi dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Meskipun tennis elbow bukanlah suatu proses inflamasi, namun berbagai penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan NSAID dapat mengurangi gejala tennis elbow. Namun penggunaan NSAID dalam jangka panjang tidak dianjurkan karena adanya efek samping pada traktus gastrointestinal dan ginjal. (5) (7) (9) (22)
2. Kortikosteroid
Jenis kortikosteroid yang digunakan untuk terapi tennis elbow sebaiknya yang memiliki efek anti-inflamasi yang kuat seperti triamcinolone dan betamethasone. Dan pemberiannya harus dilakukan secara intra-artrikuler untuk mengurangi efek sistemik.
3. Vasodilator
Vasodilator dapat diberikan pada pasien tennis elbow karena agen ini dapat menstimulasi sintesis kolagen dan membantu proses penyembuhan. Selain itu vasodilator dapat mengurangi gejala nyeri. Vasodilator yang dianjurkan adalah nitrogliserin transdermal. Obat ini dapat menyebabkan relaksasi otot pembuluh darah dengan cara menstimulasi produksi guanosine monofosfat intraseluler. (3) (21)
4. Botulinum
Botulinum telah terbukti dapat menurunkan gejala nyeri dengan cara memblokade pelepasan asetilkolin, sehingga menimbulkan denervasi kimiawi pada sistem saraf simpatetik dan perifer. Namun penggunaan botulinum harus dilakukan secara hati-hati karena efek sampingnya dapat menimbulkan kelumpuhan pada otot-otot pernapasan. (3)
5. Terapi Fisik
Banyak ahli yang menyarankan terapi fisik untuk pasien-pasien tennis elbow dengan cara memberikan stressing pada insersi ECRB melalui latihan gerakan eksentrik dan konsentrik. Diharapkan dengan terapi ini maka akan terbentuk jaringan kolagen yang padat pada area insersi ECRB, sehingga rasa nyeri akan tereliminasi. (3) (24)
Terapi fisik seperti ini murah dan cukup efektif dalam mengatasi gejala tennis elbow. Namun sebelum melakukan gerakan-gerakan seperti itu, kita harus memberikan memberikan konseling pada pasien mengenai adanya efek eksarsebasi nyeri ketika sedang melakukan latihan.
6. Penggunaan Ortosis atau Bebat Counterforce (Counterforce bracing)
Penggunaan bebat counterforce dilakukan untuk mengurangi gaya tension (tegangan) pada tendon ekstensor pergelangan tangan, dan ortotik jenis ini lebih unggul dalam mengatasi tennis elbow jika dibandingkan dengan bebat biasa. Bebat ini harus diletakan kira-kira 10 cm di arah distal sendi elbow. Penggunaan bebat counterforce selama tiga minggu pada epikondilitis lateral, dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan kekuatan genggaman. Namun beberapa ahli menganggap bahwa terapi ini tidak memberikan manfaat sama sekali dalam mengatasi tennis elbow. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa terapi ini masih kurang superior jika dibandingkan dengan terapi NSAID topikal dan injeksi kortikosteroid. (3) (17) (21) (26)
Jika semua terapi konservatif gagal dalam mengatasi tennis elbow, maka kita harus melakukan pemeriksaan radiologis guna menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan lain yang menyertai tennis elbow dan mempertimbangkan terapi pembedahan.
Ada dua jenis pembedahan untuk mengatasi tennis elbow, yakni operasi terbuka dan operasi dengan bantuan arthroskopi. (2) (3) (5) (6) (8) (15) (21) (25) (27) (28)
Operasi Terbuka
Operasi terbuka merupakan jenis pendekatan yang paling sering digunakan untuk mengatasi tennis elbow. Ada beberapa teknik operasi terbuka yang dapat dilakukan untuk mengatasi tennis elbow yakni: (2) (3) (5) (6) (8) (15) (21) (25) (27) (28)
- teknik ablasi origo ekstensor communis,
- teknik melepaskan aponeurosis ekstensor dari epikondilus lateral (Hohmann),
- reseksi ligamentum orbikularis (Bosworth),
- denervasi sendi radiohumeral (Kaplan)
- prosedur Nirschl
Prosedur Nirschl
Prosedur Nirschl yang dimodifikasi merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan. Teknik ini memang tidak bisa mengeksplorasi sendi radiohumeral, namun perdarahan pada teknik ini lebih minimal, prosedurnya lebih singkat, dan biayanya lebih murah.
Prinsip utama prosedur Nirschl adalah memperpanjang origo muskulofascial pada pergelangan tangan dan ekstensor jari tangan. Prosedur ini diawali dengan memisahkan ekstensor digitorum brevis dan extensor carpi radialis untuk memudahkan akses ke ECRB. Bagian ECRB yang mengalami degenerasi dan sisi ekstensor digitorum brevis yang ada di dekatnya dieksisi. ECRB yang telah dipotong tidak perlu disambung kembali karena struktur ini didukung oleh perlekatan fascia yang ada di dekatnya sehingga bisa mencegah retraksi distal. Lalu kita membuat lubang di epikondilus, dan semua traksi spur disingkirkan. Kemudian ekstensor carpi radialis longus dan extensor digitorum communis diperbaiki, setelah itu luka ditutup. (6)
Operasi dengan Bantuan Artroskopi
Artroskopi dapat menjadi salah satu pilihan utama untuk mengatasi tennis elbow. Keunggulan terapi ini adalah insisi yang dilakukan jauh lebih kecil dan perdarahannya lebih minimal jika dibandingkan dengan prosedur terbuka.
Teknik ini menyerupai prosedur terbuka hanya saja kita bisa memperoleh visualisasi yang lebih baik hingga mencapai ruangan intra-artikuler, yang tidak mungkin bisa tercapai dengan prosedur terbuka.
Hanya saja kendala operasi ini adalah biaya instrumennya yang sangat mahal, sehingga sulit digunakan secara luas.
2.9 pemeriksaan penunjang
• X-ray bisa memperlihatkan adanya deposit calsium pada epicondilus lateralisnya.
• Tes yang lain seperti EMG biasanya diperlukan apabila terjadi ada hal yang lain selain kondisi tennis elbow itu sendiri.
BAB III
ASUAHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi,psikal assessment. Kaji data menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah :
a. Identitas klien.
b. Riwayat keperawatan.
d. Keluhan utama
Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
e. Riwayat kesehatan masa lalu.
f. Riwayat penyakit yang diderita,riwayat pemberian imunisasi.
g. Riwayat psikososial keluarga.
h. Kebutuhan dasar.
3.2 Diasnosa
Pre op
1. nyeri berhubungan dengan adanya peradangan pada otot
2. Intoleransi aktivitas b.d terbatasnya pergerakan pada tulang
Post op
1. Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan proses penyakit
2. Resti infeksi berhubungan dengan proses pembedahaan
3.3 intervensi
Pre op
DX 1 : nyeri berhubungan dengan adanya peradangan pada otot
Tujuan : Nyeri hilang / berkurang
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pasien di istirahatkan (tirah baring)
2. Pertahankan posisi fisiologis dengan benar
3. Gunakan splin atau brace
4. Hindari gerakan yang cepat dan tiba-tiba
5. Gunakan terapi air dingin
6. Kolaborasi obat analgetik
|
1. Agar pasien dapat menghilangkan rasa nyeri
2. Agar pasien merasa nyaman
3. Agar tidak terjadi pergeseran pada tulang jika tergeser maka akan mengalami nyeri
4. Agar tidak merasakan nyeri yang berlebihan
5. Mengurangi bengkak pada lengan atau kaki
6. Untuk
|
DX 2 : Intoleransi aktivitas b.d terbatasnya pergerakan pada tulang
Tujuan : agar pasien atau klien dapat melakukan aktivitas seperti biasa
Intervensi
|
Rasional
|
1. Bantu pasien melakukan latihan ROM
2. Rencanakan program latihan setiap hari
3. Latihan secara bertahap meregangkan otot2
4. Beri istirahat yang cukup
5. Beri lingkungan yang aman
|
1. agar klien tidak terjadinya kekakuan ott secara terus menuerus
2. agar klien dapat cepat melakukan aktivitas
3. agar klien dapat mengerakan otot lengan kembali
4. agar klien dapat mendapatkan istirahat yang baik
5. agar klien merasa nyaman denga lingkungan
|
Post operasi
DX 1: Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : kepercayaan diri klien dapat kembali
Intervensi
|
Rasional
|
1. Bina hubungan saling percaya
2. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perubahan citra dirinya
3. Beri dorongan pd pasien untuk mengenali dan menggunakan kekuatan yg dimiliki
4. Dorong pasien untuk berinteraksi dengan orang lain
|
1. agar klien dan perawat dapat membina komunikasi yang baik
2. agar klien dapat mersakan ketenangan setelah mengugkapkan keluhan nya
3. agar klien dapat percaya diri kembali setelah mengalami penyakit ini
4. agar klien dapat percaya diri lagi dan dapat berkomunikasi yang baik terhadap oramg lain
|
DX 2 Resti infeksi berhubungan dengan proses pembedahaan
Tujuan : setelah di lakukan perawatan tidak terjadi infeksi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji kondisi luka pasien
2. Cuci tangan sebelum dan setelah melaksanakan tindakan
3. Bersihkan luka dan ganti balutan setiap hari.
4. Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi
|
1. Mengetahui apakah terjadinya tanda-tanda infeksi
2. Untuk meminimalisir penyebaran kuman penyebab infeksi
3. Memperkecil resiko infeksi
4. Pemberian antibiotik dapat mecegah terjadinya infeksi.
|
BAB IV
PENUTUP
4.1 Penutup
Pada tahun 1882, Morris memperkenalkan istilah “lawn tennis elbow” yang merujuk pada suatu sindroma pada siku yang ditemukan pada para pemain tenis, istilah itu kemudian disingkat menjadi “tennis elbow”. Namun menurut data epidemiologi terbaru, para penderita penyakit ini mayoritas justru berasal dari orang-orang yang bukan pemain tenis. (1) (2) (3)
Tennis elbow merupakan salah satu jenis overuse syndrome dan kondisi ini timbul sebagai akibat dari ekstensi pergelangan tangan yang berlebihan. Hal ini sering ditemukan pada orang-orang yang terbiasa melakukan repetisi supinasi dan pronasi lengan bawah ketika sendi siku sedang dalam keadaan ekstensi (seperti gerakan pemain tenis yang melakukan pukulan backhand)
4.2 saran
untuk mahasiswa
semoga asuhan keperawatan ini dapat memebrikan manfaat untuk kita semua dan agar kita tahu bagaiman penatalaksaaan pada penyakit ini
DAFTAR PUSTAKA
1.
|
Tegner WS. Tennis Elbow. London: The London Hospital; 1959.
|
2.
|
Flatt AE. Tennis elbow. Proc (Bayl Univ Med Cent). 2008 October; 21(4).
|
3.
|
Walrod BJ. Medscape. [Online].; 2012 [cited 2012 July 29. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/96969-overview .
|
4.
|
Eygendaal D, Rahussen FTG, Diercks RL. Biomechanics of the elbow joint in tennis players and relation to pathology. British Journal Sports Medicine. 2007 July; 41(11).
|
5.
|
Geoffroy P, Yaffe MJ, Rohan I. Diagnosis and treating lateral epicondylitis. Canadian Family Physician. 1994 January; 46.
|
6.
|
Walz DM, Newman JS, Konin GP, Ross G. Epicondylitis: Patho-genesis, Imaging, and Treatment. RSNA. 2010 February; 30(1): p. 167-184.
|
7.
|
Smedt TD, Jong Ad, Leemput WV, Lieven D, Glabbeek FV. Lateral epicondylitis in tennis: update on aetiology, biomechanics and treatment. British Sport Medicine. 2007 June; 41.
|
8.
|
Surgeons AAoO. OrthoInfo. [Online].; 2009 [cited 2012 July 31. Available from: http://www.aaos.org/ .
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar