BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
·
BBLR
adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram. Bila berat kurang
dari 1500 gram digolongkan dalam BBLSR (Bayi Berat Lahir Sangat Rendah)
(Standar Profesi Ilmu Kesehatan Anak, 2005).
·
BBLR
adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
memperhatikan usia gestasi (Wong, 2004).
2. Etiologi
v Faktor ibu
§ Diabetes Melitus
§ Kehamilan ganda
§ Kecanduan/ketagihan obat
§ Penyakit kronis: jantung, ginjal, infeksi
§ Perokok dan alkoholisme
§ Multigravida
§ Primigravida pada usia kurangdari 16 tahun
atau lebih dari 35 tahun
§ Gizi kurang selama kehamilan
v Faktor dari anak
§ Kelainan kromosom (Trisomi 13, 18, 21 dan
Sindrom turner)
§ Infeksi (Rubella, Toxoplasma, Cytomegalo
virus)
§ Cacat bawaan
§ Lahir sebelum waktunya atau umur kehamilan
belum mencapai 9 bulan
v Faktor plasenta
§ Plasenta previa, abrutio plasenta.
v Faktor sosial
§ Kurangnya perawatan prenatal, status
sosial ekonomi kurang
3. Manifestasi klinis
- Kulit tipis, merah dan transparan
- Tonus otot hipotoni
- Tangisan terdengar lemah
- Tali pusat tampak tebal dan segar
- Abdomen membuncit
- Jaringan lemak dibawah kulit dan vernik sedikit
- Berat badan kurang dari 2500 gr
- Panjang kurang dari 45 cm
- Lingkar dada kurang dari 30 cm
- Lingkar kepala kurang dari 33 cm
- Cepat kehilangan panas badan
- Fungsi gastrointestinal belum sempurna
- Rentan terhadap infeksi
- Berbaring dengan sikap relaks, lengan lebih ekstensi, ukuran lebih kecil, kepala lebih besar dari pada tubuh
- Kartilago kurang berkembang, mudah dilihat, lanugo menutupi belakang tubuh dan bagian muka
- Telapak kaki: garis-garis halus tanpa lekukan
- Pada bayi wanita: klitoris menonjol, labia mayora belum berkembang baik
- Pada bayi pria: scrotum belum berkembang, rugae sedikit, testis belum turun
- Lemah dan mudah kedinginan karena lapisan lemak bawah kulit tipis
- Cepat lelah, sering tersedak pada waktu menyusu dan malas menghisap
- Mudah terkena penyakit, gangguan pernafasan, mudah meninggal bila terkena penyakit
4. Patofisiologi
Selama hari-hari pertama setelah lahir, bayi-bayi risiko
tinggi (pada tulisan ini dibatasi pada bayi prematur dengan berat badan lahir
sangat rendah) akan berhadapan dengan berbagai situasi sulit. Pasien dengan
masalah akut seperti distres pernapasan,duktus arteriosus persisten, dan
hiperbilirubinemia memerlukan dukungan nutrisi yang maksimal. Oleh karena itu
asupan nutrisi perlu mencukupi untuk mengganti kerusakan dan regenerasi
jaringan. Selanjutnya karena fungsi saluran cerna dan ginjal yang belum matang
serta kebutuhan adaptasi metabolik untuk menghadapi kehidupan ekstra uterin akan
menyebabkan terbatasnya penyediaan nutrien untuk pemeliharaan jaringan dan pertumbuhan.
Selama trimester ketiga kehamilan penyediaan nutrisi
dipersiapkan untukmenghadapi usia kehamilan sampai 40 minggu. Lemak dan
glikogen disimpan sebagaipersiapan energi siap pakai untuk menghadapi
kekurangan kalori. Cadangan besi disiapkan untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi
sampai bayi berumur 4-6 bulan.
Demikian pula kalsium dan fosfor di deposit dalam
tulang. Bayi yang lahir kurang bulan mempunyai cadangan nutrisi yang minimal
dan kebutuhan nutrien per kg lebih tinggi dibandingkan bayi cukup bulan. Bayi
berat kurang dari 1,5 kg mempunyai komposisi tubuh kira-kira 83-89% air, 9-10%
protein, dan 0,1-5% lemak. Selama beberapa hari setelah lahir bayi akan
kehilangan berat badan teutama terjadi karena sedikitnya asupan
kalori dan kehilangan cairan ekstra selular. Kebutuhan energi juga
bertambah karena adanya pemecahan protein endogen di otot-otot skeletal dan
sedikitnya cadangan lemak.Oleh karena itu asupan protein dan kalori eksogen
yang tidak adekuat dapat mengancam jiwa bayi kurang bulan yang sakit.
Penelitian menunjukkan bahwa asupan nutrien pada awal kehidupan mempunyai
dampak pada perkembangan bayi umur 18 bulan (Johnson,
1994).
Kemampuan bayi untuk mengkoordinasi menghisap dan
menelan baru terlihat pada usia kehamilan 34 minggu. Kemampuan ini tampaknya
lebih berhubungan dengan umur pasca konsepsi daripada parameter berat badan.
Latihan yang diberikan pada bayi kurang bulan tampaknya tidak dapat
menstimulasi kemampuan ini menjadi lebih matang pada usia konsepsi yang lebih
awal. Motilitas sistem gastrointestinal tergantung dari kematangan sistem
syaraf. Pada usia kehamilan 24 minggu esofagus meunjukkan pola peristalik yang
tidak terkoordinasi, saat usia kehamilan cukup bulan peristalitik esophagus menjadi
cukup matang untuk mendorong makanan ke arah gaster. Sfinkter esophagus bagian
bawah bayi kurang bulan masih lemah dan kemampuan untuk mencegah refluks gastroesofagus
sangat kurang. Gaster sendiri baru mencapai tingkat kematangan pada trimester
ketiga. Koordinasi gerakan peristalitik dari antrum ke pilorus belum baik sehingga
sering terjadi antiperistalik yang dapat menimbulkan refluks
gastroesofagus.Selain itu waktu pengosongan lambung bayi kurang bulan juga
lebih panjang dan volume gaster lebih kecil. Adanya pola koordinasi yang masih
kurang baik karena belum matangnya usus menyebabkan bayi kurang bulan sering
mengalami intoleransi makanan yang mempunyai kemampuan untuk mencerna nutrien
dalam bentuk kompleks.Untunglah bayi manusia memperoleh ASI yang merupakan
nutrisi yang mudah diserapdan dapat memenuhi kebutuhan nutrien sampai umur 6
bulan. Hanya saja untuk bayi
berat lahir kurang dari 1500 gram dibutuhkan ASI yang difortifikasi
(Johnson, 1994).
6.
Komplikasi
v Bayi premature:
Asfiksia, sindroma gawat nafas
neonatus, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia,
perdarahan peri-intraventrikuler, perdarahan paru dan elektrokolitis nekrotikan
v Bayi kecil masa kehamilan:
Hipoglikemia, asfiksia,
infeksi, aspirasi neonatorum, polisitemia, hiperbilirubinemia
7. Pemeriksaan
diagnostik
1.
Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2.
Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha
nafas, tonus otot dan reflek).
3.
Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4.
Pengkajian spesifik/
5.
Pemeriksaan fungsi paru/
6.
Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler/ (Pediatric.com)
8.Penatalaksanaan
medis
a.
Pastikan bahwa bayi terjaga dengan
hangat
b.
Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimut,
pakai topi untuk menghindari kehilangan panas
c.
Awasi frekuensi pernapsan terutama dalam 24 jam
pertama, guna mengetahui syndrome aspirasi mekonium/sindrom gangguan pernapasan
idiopatik
d.
Suhu diawasi jangan sampai kediniginan karena
BBLR mudah hipotermi akibat dari luas permukaan tubuh bayi realitf besar dari
lemak subkutan. BMR dari BBLR rendah saat lahir dan meningkat cepat selama 10
hari pertama kehidupan. Oleh karena itu penting untuk mempertahankan suhu tubuh
dengan memberikan pakaian pada bayi. Suhu ruangan yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah tidak sesuai dengan seharusnya dapat meningkatkan kematian bayi
BBLR
e.
Dorong ibu menyusui dalam 1 jam sekali
f.
Jika bayi haus, beri makanan dini berguna untuk
mencegah hipoglekimia
g.
Jika bayi sinaosis atau sukar bernafas
(frekuensi < 30 atau 60/menit)). Tarikan dinding dada ke dalam atau merintih
beri O2 melalui kateter hidung.
h.
Cegah infeksi oleh karena rentan oleh pemindahan
IgB dari ibu ke janin terganggu. Bayi BBLR ditempatkan di ruang khusus, harus
ada pengaturan izin masuk, mencucui tangan sesudah dan sebelum menyentuh bayi
serta gunakan gound dan masker.
i.
Periksa kadar gula darah tiap 8-12 jam.
9. Penatalaksanaan keperawatan
- Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
- Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
- Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
- Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat
10. Mencegah terjadinya BBLR pada masa kehamilan
- Ibu hamil makan lebih banyak atau satu kali lebih sering dari pada sebelum hamil
- Ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara teratur minimal 4 kali selama kehamilan
- Ibu hamil minum tablet zat besi secara teratur minimal 90 tablet selama kehamilan
- Ibu hamil mengurangi kerja yang mellahkan, mendapatkan istirahat yang cukup dan tidur lebih awal
- Menjaga jarak kehamilan paling sedikit 2 tahun
BAB II
ASKEP TEORITIS
2.1
Pengkajian
1.
Biodata
a.
Identitas bayi: Nama, jenis
kelamin, BB, TB, LK, LD.
b.
Identitas orang tua: Nama,
umur, pekerjaan, pendidikan, alamat.
c.
Keluhan utama: BB < 45 cm,
LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.
d.
Riwayat penyakit sekarang.
e.
Riwayat penyakit keluarga.
f.
Riwayat penyakit dahulu.
2.
Pemeriksaan fisik biologis
·
Ibu
-
Riwayat kehamilan dan umur
kehamilan.
-
Riwayat persalinan dan proses
pertolongan persalinan yang dahulu dan sekarang.
-
Riwayat fisik dan kesehatan ibu
saat pengkajian.
-
Riwayat penyakit ibu.
-
Psikososial dan spiritual ibu.
-
Riwayat perkawinan.
·
Bayi
-
Keadaan bayi saat lahir; BB
< 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD < 30 cm.
-
Inspeksi
1.
Kepala lebih besar daripada
badan, ubun-ubun dan sutura lebar.
2.
Lanugo banyak terdapat pada
dahi, pelipis, telinga dan tangan.
3.
Kulit tipis, transparan dan
mengkilap.
4.
Rambut halus, tipis dan alis
tidak ada.
5.
Garis telapak kaki sedikit.
6.
Retraksi sternum dengan iga
7.
Kulit menggantung dalam lipatan
(tidak ada lemak sub kutan).
-
Palpasi
1.
Hati mudah dipalpasi.
2.
Tulang teraba lunak.
3.
Limpa mudah teraba ujungnya.
4.
Ginjal dapat dipalpasi.
5.
Daya isap lemah.
6.
Retraksi tonus – leher lemah,
refleks Moro (+).
-
Perkusi
-
Auskultasi
1.
Nadi lemah.
2.
Denyut jantung 140 – 150
x/menit, respirasi 60 x/menit.
2.2 Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan imaturitas paru
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan
dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
pertahanan imunolgis yang kurang
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas
2.3 Intervensi/Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan imaturitas paru
Tujuan : Pola nafas kembali efektif
Kriteria hasil :
- Frekuensi dan pola nafas dalam batas normal
- Oksigenisasi jaringan adekuat
Intervensi
|
Rasional
|
a. Atur posisi terlentang dengan leher
sedikit ekstensi
b. Kaji adanya tanda-tanda distress
pernafasan (sianosis, pernafasan cuping hidung, apnue)
c. Lakukan penghisapan lendir
d. Hindari posisi trendelenburg
e. Berikan oksigen 1-2 liter/menit
|
a. Untuk mencegah adanya penyempitan jalan
nafas
b. Untuk mengetahui keadaan/sistem
pernafasan
c. Menghilangkan mukus yang terakumulasi
dan nasofaring, trakea
d. Menyebabkan peningkatan TIK dan
menurunkan kapasitas paru
e. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan
oksigen
|
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan
dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan
Tujuan : Pasien mempertahankan suhu tubuh stabil
Kriteria hasil : Suhu tubuh bayi dalam batas normal
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
pertahanan imunolgis yang kurang
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi nosokomial
Kriteria hasil : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
nosokomial seperti terjadi demam
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : Pasien menunjukkan penambahan berat
badan
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
5. Patoflow
Faktor dari ibu: Faktor dari anak: Faktor
plasenta:
- Gizi buruk kronis - Kelainan kromosom
- Abrupsio plasenta
- Diabetes melitus - Infeksi - Plasenta previa
- Kehamilan ganda
- Jarak yang pendek
antara 2
kehamilan
BBLR
Imatur
organ-organ
Sistem sirkulasi Sistem
pernafasan Sistem termoregulasi Sistem
gastrointestinal Sistem imun
Penurunan tekanan Penyekatan lemak
Refleks hisap, Cadangan
sistemik Penurunan Defisiensi kadar subkutan yang minimal menelan (-)
imunoglobin
jumlah alveoli surfaktan maternal
fungsional menurun
Peningkatan tekanan
Cadangan lemak coklat Aktivitas otot, (Ig A, Ig M)
atrium kanan (brown fat) terbatas pencernaan belum
sempurna
Kemampuan
Tekanan diparu-paru Perkembangan
paru-paru Pusat
pengaturan membentuk
bertambah tidak sempurna
suhu imatur Sistem enzim
antibodi (-)
belum
matur
Darah+O2 ke
|
penyerapan respon
makanan imun
Sirkulasi paru Respirasi dangkal
menurun
|
Distress pernafasan terhadap
infeksi
|
|||||
|
|||||
DAFTAR PUSTAKA
Mahdiyat, Iskandar, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. FK
UI.
Pusdiknakes. 1984. Perawatan Bayi dan Anak. Depkes RI :
Jakarta
Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Anak dalam Konteks
Keluarga. Depkes RI: Jakarta
http://mocos-87.blogspot.com/p/blog-page_3880.html
http://ppnikesdambrw.wordpress.com/2012/11/28/askep-anak-berat-badan-lahir-rendah-bblr/
http://nersrezasyahbandi.blogspot.com/2013/02/asuhan-keperawatan-bayi-dengan-bblr.html