disusun oleh : dwi novita sari
kuliah di STIK BINA HUSADA PALEMBANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persalinan
adalah suatu proses alamiah yang ditandai dengan terjadinya kontraksi uterus
yang menyebabkan pendataran dan dilatasi serviks yang nyata serta diikuti dengan pengeluaran
janin dan plasenta dari tubuh ibu (Sarwono, 2010). Proses persalinan terdiri
dari empat kala yaitu kala I sampai kala IV. Kala I persalinan dimulai sejak
adanya kontraksi uterus yang teratur
hingga serviks membuka lengkap. Kala I terdiri dari dua fase yaitu fase laten
dan fase aktif. Ada tiga faktor utama
yang mempengaruhi proses persalinan yaitu power, passage, pasanger, psikologis
dan penolong, (Sarwono,2010).
Di negara berkembang, saat melahirkan dan minggu pertama
setelah melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya. Sekitar seperempat
hingga separuh kematian bayi berumur kurang dari satu tahun terjadi dalam
minggu pertama
Seorang ibu harus memasuki proses
persalinan dan melahirkan dengan pengetahuan cukup mengenai tahap-tahap
persalinan, cara mengatasi rasa sakit tanpa obat-obatan, dan efek samping yang
mungkin timbul karena pemakaian obat-obatan untuk persalinan.
Berdasarkan data Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
228/100.000 kelahiran hidup (KH). Tingginya angka kematian ini terjadi pada masa intra natal dan post natal dengan
penyebab utama perdarahan dimana salah satu faktor penyebab perdarahan adalah
pengelolaan persalinan pada kala satu yang tidak adekuat. MDGs 2015 merupakan upaya global dengan salah satu tujuannya meningkatkan kesehatan ibu dan anak dengan
cara mengurangi AKI. Program Indonesia sehat 2015 bertujuan menurunkan AKI
menjadi 102/100.000 KH (Depkes RI,2008).
1.2. Tujuan
a.
Tujuan
Umum
Untuk mengetahui dan memahami
bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan post partum.
b.
Tujuan
Khusus
- Untuk mengetahui dan memahami
definisi post partum.
- Untuk mengetahui dan memahami
etiologi post partum.
- Untuk mengetahui dan memahami
patofisiologi post partum.
- Untuk mengetahui dan memahami
komplikasi dari post partum.
- Untuk mengetahui dan memahami
penatalaksanaan klien dengan post partum.
- Untuk mengetahui dan memahami
asuhan keperawatan klien dengan post partum.
.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
2.1. Definisi
Persalinan adalah suatu proses
yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelolah dengan tepat
dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008).
Persalinan adalah proses
membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
Persalinan adalah proses pergerakan
keluar janin, plesenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir
(Bobak, 2005).
Persalinan normal adalah persalinan yang
terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur),
mempunyai omset yang spontan (tidak di induksi), selesai setelah 4 jam
dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus
atau partus lama), mempunyai janin (tunggal)
dengan persentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian
anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forseps), tidak
mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat), mencakup
kelahiran plasenta yang normal (Forrer, 2001).
2.2. Anatomi dan Fisiologi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari
organ interna, yang terletak didalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai
pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi
interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen
dan progesteron (Bobak, 2005).
1. Stuktur eksterna
Gambar struktur eksterna
genitalia wanita
a. Vulva
Vulva adalah nama yang
diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini berarti penutup atau
pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris, kanan
kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons
veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat
serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung
banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal
pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis
pubis selama koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua
lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan kulit yang
menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah
mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora
melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita
yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak
berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah
melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum, labia
sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
d. Labia minora
Labia minora terletak di
antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan
tidak berambut yang, memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan
labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat
banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ
pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah arkus pubis. Dalam
keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang.
Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat
wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris
menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas
dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa
yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai kunci
seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris
sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu
daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong, terletak di antara labia
minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan
agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora
adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada
setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan
jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak pada pertemuan ujung
bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan
dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
h. Perineum
Perineum adalah daerah
muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum
membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna
Gambar struktur interna
genitalia wanita
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak
di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi. Dua lagamen
mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus,
yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi
krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovari proprium, yang mengikat
ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial.
Di antara interval selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat utama
produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan,
dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi
melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah lateral, mencapai ujung
bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang
tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan
jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi
terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin
mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktivitas peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar
ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ
berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip buah pir yang
terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin
dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan
bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian
utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit
konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen
uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi
dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri
dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan
membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat,
lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan
indometrium dengan miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar
miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini sangat
cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa,
melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian
bawah, di mana terdapat kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah
pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba
berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Mukosa
vagina berespon dengan cepat terhadap stimulasi esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi
dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan
untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus
genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus
vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima,
insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahankan kebersihan relatif vagina.
2.3. Etiologi
Penyebab
timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau jelas
terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :
1.
Penurunan kadar estrogen dan progesterone
Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron
yang dapat mengakibatkan peregangan dari otot-otot uterus.
2.
Pengaruh janin
Berkurangnya nutrisi pada janin berkurang maka hasil
konsepsi akan segera dikeluarkan.
3.
Pembesaran uterus
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemika otot-otot uterus.
4.
Penekanan pada ganglion
servikale
Tekanan pada ganglion servikale yang terletak di
belakang serviks yang tertekan yang merupakan penyebab peningkatan kontraksi
uterus.
2.3. Bentuk Persalinan
a.
Persalinan Spontan
Persalinan yang
berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, dan melalui jalan lahir.
b.
Persalinan Bantuan
Persalinan dengan
rangsangan yang dibantu dengan tenaga dari luar, ekstraksi dengan forcep atau
dengan dilakukan sectio sesario.
c.
Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak
dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung setelah pemecahan ketuban.
2.4. Tanda Persalinan
1. Tanda persalinan sudah
dekat
a.
Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida
terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas
panggul yang disebabkan :
1)
Kontraksi Braxton hicks
2)
Ketegangan dinding perut
3)
Ketegangan ligamentum rotundum
4)
Gaya berat janin dimana kepala
kearah bawah
Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu
hamil :
1)
Terasa ringan dibagian atas,
rasa sesaknya berkurang
2)
Dibagian bawah terasa
sesak
3)
Terjadi kesulitan saat
berjalan
4)
Sering miksi ( beser kencing )
b.
Terjadinya His permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi
kontraksi Braxton hicks dikemukakan sebagi keluhan karena dirasakan sakit dan
mengganggu terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesterone, dan
memberikan kesempatan rangsangan oksitosin.
Dengan makin tua hamil, pengeluaran
estrogen dan progesterone makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan
kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu.
- Sifat his permulaan ( palsu )
1)
Rasa nyeri ringan di bagian
bawah
2)
Datangnya tidak teratur
3)
Tidak ada perubahan pada
serviks atau pembawa tanda
4)
Durasinya pendek
5)
Tidak bertambah bila
beraktifitas
2. Tanda Persalinan
a.
Terjadinya His persalinan, His
persalinan mempunyai sifat :
1)
Pinggang terasa sakit yang
menjalar ke bagian depan
2)
Sifatnya teratur,interval makin
pendek, dan kekuatannya makin besar
3)
Mempunyai pengaruh terhadap
perubahan serviks
4)
Makin beraktifitas (jalan)
kekuatan makin bertambah
b.
Pengeluaran Lendir dan darah
(pembawa tanda), Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan :
1)
Pendataran dan pembukaan
2)
Pembukaan menyebabkan lender
yang terdapat pada kanalis servikalis lepas
3)
Terjadi perdarahan karena
kapiler pembuluh darah pecah
c.
Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban
pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan . Sebagian ketuban baru pecah
menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam.
2.5. Patofisiologi Proses Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu:
-
Kala I: waktu pembukaan serviks samapi menjadi
pembukaan lengkap 10 cm
-
Kala II: dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir
-
Kala III: dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta
- Kala IV: keluarnya
plasenta sampai 2 jam post Partum
1.
Kala I (Pembukaan)
Pada kala
pembukaan harus belum begitu kuat, datangnya setiap 10-15 menit dan tidak
seberapa mengganggu ibu hingga ia masih sering dapat berjalan. Lama kala I
untuk primi adalah 12 jam dan multi 8 jam.
Kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu:
a. Fase laten
Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm, berlangsung 7-8 jam.
Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm, berlangsung 7-8 jam.
Primi: 6-14 jam
Multi: 2-10 jam
- His: teratur, datang
tiap 10 – 15 menit.
Tanda: keluar sedikit darah bercampur lendir, perdarahan dari pembukaan lendir rahim 3 cm.
Tanda: keluar sedikit darah bercampur lendir, perdarahan dari pembukaan lendir rahim 3 cm.
-
Pembukaan ketuban
Ibu mungkin merasa senang karena kehamilannya akan berakhir. Ibu merasakan nyeri pinggang yang menjalar ke perut bawah
Ibu mungkin merasa senang karena kehamilannya akan berakhir. Ibu merasakan nyeri pinggang yang menjalar ke perut bawah
b. Fase Aktif
Berlangsung selama 6 jam, dibagi dalam3 fase:
Berlangsung selama 6 jam, dibagi dalam3 fase:
-
Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
-
Periode dilatasi maksimal: selama 2 jam berlangsung
menjadi 9 cm.
-
Periode deselerasi: berlansung lambat dalam waktu 3
jam, pembukaan 10 cm.
2. Kala II
Adalah ketika pembukaan serviks
sudah lengkap 10 cm dan berakhir dengan lahirnya bayi. Pada primi 1-2 jam dan
multi 30 menit.
Tanda dan gejala kala
II:
-
Ibu mengatakan ingin mengejan
-
Ibu mengatakan meningkatnya tekanan pada rektum dan
vagina
-
Perineum menonjol
-
Vulva, vagina, sfingter ani terlihat membuka
-
Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Tanda pasti kala II:
-
Pembuakaan serviks lengkap
-
Kepala janin terlihat di introitus vagina
3.
Kala III (pengeluaran
plasenta)
Dimulai
setelah dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta. Setelah bayi lahir harus
berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa menit timbul lagi, his ini dinamakan
pelepasan uri sehingga terlihat pada SBR/ bagian atas vagina. Lamanya kala III
± 8,5 menit dan waktu pelepasan plasenta hanya 2-3 menit.
Tanda pelepasan
plasenta:
-
Uterus menjadi bundar
-
Perdarahan, terutama perdarahan sekonyong-konyomg dan
agak banyak.
-
Pemanjangan tali pusat
-
Penurunan fundus uteri karena involusi rahim
-
Perdarahan ± 250 cc
4.
Kala IV (Nifas)
Masa 1-2 jam untuk mengawasi keadaan ibu utamanya HPP (Hemoragis Post
Partum). Dalam kala IV ini, ibu masih membutuhkan pengawasan yang intensif
karena atonia uetri mengancam.
Pengawasan dalam kala
IV:
-
Mengawasi perdarahan post partum
-
Mengawasi robekan perineum
-
Memeriksa bayi
2.6. Patoflow

2.7. Langkah- Langkah Pertolongan Persalinan
Normal
1.
Saat kepala didasar panggul dan
membuka pintu dengan crowning sebesar 5 sampai 6 cm peritoneum tipis pada primi
atau multi dengan perineum yang kaku dapat dilakukan episiotomi median,
mediolateral atau lateral.
2.
Episotomi dilakukan pada saat
his dan, mengejan untuk mengurangi sakit, tujuan episiotomi adalah untuk
menjamin agar luka teratur sehingga mudah mengait dan melakukan adaptasi.
3.
Persiapan kelahiran kepala,
tangan kanan menahan perineum sehingga tidak terjadi robekan baru sedangkan
tangan kiri menahan kepala untuk mengendalikan ekspulsi.
4.
Setelah kepala lahir dengan
suboksiput sebagai hipomoklion muka dan hidung dibersihkan dari lender, kepala
dibiarkan untuk melakukan putar paksi dalam guna menyesuaikan os aksiput ke
arah punggung. Periksa tali pusat, jika tali pusat melilit leher, coba untuk
melepaskan lilitan tesebut melalui kepala janin.
5.
Kepala dipegang sedemikian rupa
dengan kedua tangan menarik curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, ditarik
keatas untuk melahirkan bahu belakang setelah kedua bahu lahir ketiak dikait
untuk melahirkan sisa badan bayi.
6.
Setelah bayi lahir seluruhnya,
angkat kepala bayi dan punggungnya pada satu tangan dan tangan lainnya
mengangkat bokog. Rendahkan posisi kepala bayi agar cairan / mukus dapat
keluar. Jalan nafas dibersihkan dengan menghisap lendir sehingga bayi dapat
bernafas dan menangis dengan nyaring pertanda jalan nafas bebas dari hambatan.
7.
Keringkan bayi untuk mencegah
hipotermi, letakkan bayi diatas perut ibunya, selimuti bayi dan biarkan ibu
memeluk bayinya.
8.
Klem tali pusat dengan
menggunakan dua buah klem steril, jepitkan klem yang satu kurang lebih 3 cm
dari ujung tali pusat pada bayi dan klem yang lain sekitar 2 cm diatas klem
yang pertama.
9.
Gunting tali pusat dilokasi
antara klem yang pertama dengan klem yang kedua. Biarkan klem yang kedua tetap
pada tempatnya. Ikat tali pusat dengan benang steril dibawah klem yang pertama.
10.
Pemotongan tali pusat dapat
dilakukan :
-
Setelah bayi menagis dengan
nyaring artinya paru-paru bayi telah berkembang dengan sempurna.
-
Setelah tali pusat tidak
berdenyut lagi keduanya dilakukan pada bayi yang aterm sehingga peningkatan
jumlah darah sekitar 50 cc.
-
Pada bayi premature pemotongan
tali pusat dilakukan segera sehingga darah yang masuk ke sirkulasi darah bayi
tidak terlalu besar untuk mengurangi terjadi ikterus hemolitik dan kern ikterus.
11.
Bayi diserahkan kepada petugas
untuk dirawat sebagaimana mestinya
12.
Tunggu hingga plasenta terlepas
dan jangan menarik tali pusat. Anjurkan ibu untuk meneran untuk melahirkan
plasenta. Secara perlahan keluarkan membran plasenta dengan menggunakan gerakan
hingga plasenta terlepas. Letakkan plasenta pada baki kemudian periksa keutuhan
membran plasenta.
13.
Ukur jumlah perdarahan di tahap
II.
14.
Periksa keadaan uterus, secara perlahan lakukan pemijatan uterus dan
peragakan pada ibu cara untuk melakukan pemijatan uterus sendiri.
15.
Menjahit luka spontan atau luka
episiotomy.
16.
Bersihkan area perineum dan gunakan pembalut.
2.8. Faktor Penting Dalam Persalinan
Menurut Manuaba, (1998) faktor-faktor penting dalam
persalinan antara lain :
1.
Powera
a.
His (kontraksi otot rahim)
b.
Kontraksi otot dinding perut,
c.
Kontraksi diafragma pelvis atau
kekuatan mengejan,
d.
Ketegangan dan kontraksi
ligamentum rotundum
2.
Passanger (janin dan plasenta)
3.
Passage (jalan lahir lunak dan
jalan lahir tulang)
2.8. Diagnosis dan Penanganan Persalinan
Kala I
a.
Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks
kurang dari 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit
selama 40 detik.
b.
Penanganan
1.
Bantulah ibu dalam persalinan
jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan
2.
Jika ibu tsb tampak kesakitan
dukungan/asuhan yang dapat diberikan; lakukan perubahan posisi, sarankan ia
untuk berjalan, dll.
3.
Penolong tetap menjaga hak
privasi ibu dalam persalina
4.
Menjelaskan kemajuan persalinan
dan perugahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan
hasil-hasil pemeriksaan
5.
Membolehkan ibu untuk mandi dan
membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air besar/kecil.
6.
Untuk memenuhi kebutuhan energi
dan mencegah dehidrasi berikan cukup minum
7.
Sarankan ibu untuk berkemih
sesering mungkin
c.
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam
selama kala I pada persalinan dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan
temuan-temuan yang ada pada partogram.
Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai
berikut :
1.
Warna cairan amnion
2.
Dilatasi serviks
3.
Penurunan kepala (yang dapat
dicocokkan dengan pemeriksaan luar)
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam
pertama mungkin diagnosis in partu belum dapat ditegakkan . Jika terdapat
kontraksi yang menetap periksa ulang wanita tsb setelah 4 jam untuk melihat
perubahan pada serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa tipis dan terbuka
maka wanita tersebut dalam keadaan in partu jika tidak terdapat perubahan maka
diagnosanya adalah persalinan palsu.
d.
Kemajuan Persalinan dalam Kala
I
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada
persalinan Kala I :
1.
Kontraksi teratur yang
progresif dengan peningkatan frekwensi dan durasi
2.
Kecepatan pembukaan serviks
paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan
3.
Serviks tampak dipenuhi oleh
bagian bawah janin
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik
pada persalinan kala I :
1.
Kontraksi yang tidak teratur
dan tidak sering setelah fase laten
2.
Kecepatan pembukaan serviks
lebih lambat dari 1 cm perjam selama persalinan fase aktif
3.
Serviks tidak dipenuhi oleh
bagian bawah janin
e. Kemajuan pada kondisi janin
1.
Jika didapati denyut jantung
janin tidak normal ( kurang dari 100 atau lebih dari 180 denyut permenit )
curigai adanya gawat janin
2.
Posisi atau presentasi selain
aksiput anterior dengan verteks fleksi sempurna digolongkan kedalam malposisi
atau malpresentasi
3.
Jika didapat kemajuan yang
kurang baik atau adanya persalinan lama tangani penyebab tersebut.
f.
Kemajuan pada kondisi Ibu
Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada Ibu :
1.
Jika denyut ibu meningkat
mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang
cukup melalui oral atau I.V. dan berikan anlgesia secukupnya.
2.
Jika tekanan darah ibu menurun
curigai adanya perdarahan
3.
Jika terdapat aseton didalam
urin ibu curigai masukan nutrisi yang kurang segera berikan dektrose IV.
Kala II
a.
Diagnosis
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin
sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
b.
Penanganan
1.
Memberikan dukungan
terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi ibu agar merasa nyaman,menawarkan
minum, mengipasi dan memijat ibu
2.
Menjaga kebersihan diri
3.
Mengipasi dan masase untuk
menambah kenyamanan bagi ibu
4.
Memberikan dukungan mental
untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
5.
Mengatur posisi ibu
6.
Menjaga kandung kemih tetap
kosong
7.
Memberikan cukup minum
c.
Posisi saat meneran
1.
Bantu ibu untuk memperoleh
posisi yang paling nyaman
2.
Ibu dibimbing untuk mengedan
selama his, anjurkan kepada ibu untuk mengambil nafas
3.
Periksa DJJ pada saat kontraksi
dan setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi
( < 120 )
d.
Kemajuan persalinan dalam Kala
II
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada
persalinan kala II:
1.
Penurunan yang teratur dari
janin di jalan lahir
2.
Dimulainya fase
pengeluaran
Temuan berikut menunjukkan yang kurang baik pada saat
persalinan tahap kedua
1.
Tidak turunnya janin dijalan
lahir
2.
Gagalnya pengeluaran pada fase
akhir
e.
Kelahiran kepala Bayi
1.
Mintalah ibu mengedan atau
memberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir
2.
Letakkan satu tangan kekepala
bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
3.
Menahan perineum dengan satu
tangan lainnya jika diperlukan
4.
Mengusap muka bayi untuk
membersihkannya dari kotoran lendir/darah
Periksa tali pusat:
1.
Jika tali pusat mengelilingi
leher bayi dan terlihat longgar selipkan tali pusat melalui kepala bayi
2.
Jika lilitan pusat terlalu
ketat tali pusat diklem pada dua tempat kemudian digunting diantara kedua klem
tersebut sambil melindungi leher bayi.
f. Kelahiran Bahu dan anggota seluruhnya
1.
Biarkan kepala bayi berputar
dengan sendirinya
2.
Tempatkan kedua tangan pada
sisi kepala dan leher bayi
3.
Lakukan tarikan lembut ke bawah
untuk melahirkan bahu depan
4.
Lakukan tarikan lembut ke atas
untuk melahirkan bahu belakang
5.
Selipkan satu tangan anda ke
bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu
tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
6.
Letakkan bayi tsb diatas perut
ibunya
7.
Secara menyeluruh, keringkan
bayi, bersihkan matanya dan nilai pernafasan bayi , Jika bayi menangis
atau bernafas ( dada bayi terlihat naik turun paling sedikit 30x/m ) tinggalkan
bayi tsb bersama ibunya
8.
Jika bayi tidak bernafas dalam
waktu 30 detik mintalah bantuan dan segera mulai resusitasi bayi
9.
Klem dan pototng tali
pusat
10.
Pastikan bahwa bayi tetap
hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit dada siibu.
11.
Bungkus dengan kain yang halus
dan kering, tutup dengan selimut dan pastikan kepala bayi terlindung dengan
baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh.
Kala III
a. Manajemen Aktif Kala III
1.
Pemberian oksitosin dengan
segera
2.
Pengendalian tarikan tali
pusat
3.
Pemijatan uterus segera setelah
plasenta lahir
b. Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus
berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta :
1.
Oksitosin dapat diberikan dalam
dua menit setelah kelahiran bayi
2.
Jika oksitosin tidak tersedia
rangsang puting payudara ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin
alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg. IM.
3.
Lakukan penegangan tali pusat
terkendali dengan cara :
-
Satu tangan diletakkan pada
korpus uteri tepat diatas simpisis pubis. Selama kontraksi tangan
mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso kranial – kearah
belakang dan kearah kepala ibu.
-
Tangan yang satu memegang tali
pusat dengan klem 5-6 cm didepan vulva.
-
Jaga tahanan ringan pada tali
pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat ( 2-3 menit )
-
Selama kontraksi lakukan
tarikan terkendali pada tali pusat yang terus-menerus dalam tegangan yang sama
dengan tangan ke uterus.
4.
PTT hanya dilakukan selama
uterus berkontraksi
5.
Begitu plasenta terasa lepas,
keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati
plasenta lepas, keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan
jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta
searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
6.
Segera setelah plasenta dan
selaput ketubannya dikeluarkan masase fundus agar menimbulkan kontraksi.
7.
Jika menggunkan manajemen aktif
dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit
Im. Dosis kedua dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis
pertama.
8.
Periksa wanita tsb secara
seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau perbaiki
episotomi.
Kala IV
a. Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang
kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang
luar biasa – sio ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedanmg menyesuaikan
diri dari dalam perut ibu ke dunia luar.
b. Penanganan
1.
Periksa fundus setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak
kuat masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot
uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan .
2.
Periksa tekanan
darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada jam I dan setiap
30 menit selama jam II
3.
Anjurkan ibu untuk minum demi
mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya.
4.
Bersihkan perineum ibu dan
kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
5.
Biarkan ibu beristirahat
6.
Biarkan bayi berada pada ibu
untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
7.
Bayi sangat siap segera setelah
kelahiran
8.
Jika ibu perlu ke kamar mandi,
ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau
pusing setelah persalinan.
9.
Ajari ibu atau keluarga tentang
:
a.
Bagaimana memeriksa fundus dan
menimbulkan kontraksi
b.
Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan
bayi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tiap-tiap kala :
1. Pada Kala I
Lembar dokumen / forms
waktu masuk :
Prenatal record :
Review kembali : Usia,
tinggi, dan berat badan, resiko kehamilan, kesehatan umum, kondisi medik
sekarang / alergi ? status pernafasan, riwayat pembedahan, status obstetrikdan
riwayat obstetrik dan kehamilan sebelumnya dan kini, masalah obstetrik lainnya.
HPHT dan TP
-
Wawancara awal :
-
Tanyakan yang tidak ada dalam
prenatal record.
-
Keluhan dan alasan datang ke KB
-
Kontraksi ( mulainya,
frekuensi, lama, kekuatan, karakteristik )
-
Keluaran dari vagina
-
Ketuban
-
Faktor Psikososial
-
Menentukan bantuan yang
diperlukan
-
Interaksi verbal & bahasa
tubuh ( rileks / tegang )
-
Pemeriksaan fisik
-
GSA ( General system Assessment
)
-
Perasat leopold
-
Auskultasi DJJ
-
Kontraksi uterus
-
Periksa vagina / periksa dalam
-
Pemeriksaan laboratorium :
-
Urie spesimen : status hidrasi
( spec. Gravity, warna, jumlah ), status nutrisi ( keton ), komplikasi (
protein ).
-
Darah : Hb, Ht, Hitung darah
lengkap dll.
-
Ketuban pecah.
-
Pengkajian terhadap kebutuhan
cairan
-
Intake dan Output serta
pemberian cairan IV
-
Pengkajian terhadap pemberian
analgesik dan anastesi.
2. Pada Kala II
-
Pengkajian terhadap pemeriksaan
tanda-tanda kala II.
-
Kontraksi, DJJ dan kemampuan
persalinan.
-
Pengkajian terhadap lama kala
II :
-
Primi : 25-75 ‘
-
Multi : 13-17 ‘
3. Pada Kala III
-
Tanda-tanda lepasnya plasenta
-
Status fisik ibu : tanda-tanda
vital, kontraksi dan perdarahan
-
Status janin.
4. Pada Kala IV
-
GSA
-
Tanda-tanda vital
-
Uterus : kontraksi, posisi,
tinggi
-
Kandung kemih
-
Lokea
-
Perineum
-
Suhu
-
Kenyamanan
-
Tanda dan masalah potensial (
perdarahan, hipertensi, infeksi, kehilangan ).
3.2.
Diagnosa Keperawatan
Kala I
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi uterus.
2. Resti gangguan pertukaran gas pada janin
berhubungan dengan perubahan suplai O2 atau aliran darah : anemia dan
pendarahan sekunder
Kala II
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan aktif, penurunan masukan
2.
Resti infeksi terhadap maternal
berhubungan dengan prosedur infasif berulang. Trauma jaringan, persalinan lama.
Kala III
1.
Resti kekurangan volume cairan
berhubungan dengan pengeluaran pervaginam akibat atonia.
Kala IV
1. Perubahan ikatan proses keluarga
berhubungan dengan transisi atau peningkatan perkembangan anggota keluarga.
3.3. Intervensi
Kala I
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi uterus.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 3 jam pasien dapat beradaptasi terhadap nyeri dengan KH
:
a. Tampak rileks diantara kontraksi
b. Dapat mengontrol penyebab nyeri
Intervensi :
a.
Kaji derajat ketidak nyamanan
malalui isyarat verbal dan non verbal.
b.
Jelaskan penyebab nyeri.
c.
ajarkan klien cara mengontrol
nyeri dengan menggunakan tehnik pernapasan / relaksasi yang tepat dan masses
pinggang
d. Bantu tindakan kenyamanan mis : gosokan
pada kaki, punggung, tekanan sakral, perubahan posisi.
e. Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1- 2
jam, palpasi diatas simpisis untuk menentukan ada tidaknya distensi setelah
blok syaraf.
f. Hitung waktu dan catat frekuensi,
intensitas dan pola kontraksi uterus setiap 30 menit.
g.
Monitor vital sign.
2. Resti gangguan pertukaran gas pada janin
berhubungan dengan perubahan suplai O2 atau aliran darah : anemia dan
pendarahan sekunder
Tujuan :
Tidak
terjadi gangguan pertukaran gas pada janin dengan KH :
a. DJJ dalam batas normal (120 – 160 x /
menit).
b. Bayi tidak mengalami hipoksia selama persalinan.
Intervensi :
a. Kaji faktor – faktor maternal atau kondisi
yang menurunkan sirkulasi uteroplasental.
b. Pantau DJJ setiap 15 – 30 menit.
c. Pantau DJJ dengan segera bila ketuban
pecah.
d. Pantau besarnya janin pada jalan lahir
melalui pemerikasaan vagina .
e. Kaji perubahan DJJ selama kontraksi.
Kala II
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan aktif, penurunan masukan
Tujuan :
a.
Tidak terjadi kekurangan volume
cairan dalam tubuh dengan KH :
b. Tanda – tanda vital dalam batas
normal.
c.
Keluaran urine adekuat.
d.
Membran mukosa kental.
e.
Bebas dari rasa haus.
Intervensi :
a.
Ukur masukan dan keluaran.
b. Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
c. Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.
d. Kaji DJJ dan perhatikan perubahan
periodek.
e. Atur posisi klien tegak atau lateral.
f.
Kolaborasi pemberian cairan
parenteral
2.
Resti infeksi terhadap maternal
berhubungan dengan prosedur infasif berulang. Trauma jaringan, persalinan lama.
Tujuan :
a. Klien tidak terjadi infeksi dengan KH :
b. Bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor,
tumor, dolor, calor, dan fungsilaesa)
Intervensi :
a.
Lakukan perawatan perineal
setiap 4 jam menggunakan tehnik aseptik.
b. Catat tanggal dan waktu pecah
ketuban.
c. Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila
sangat perlu dengan menggunakan tehnik aseptik.
d. Pantau tanda – tanda vital dan laborat
leukosit.
e. Gunakan aseptik bedah pada persiapan
peralatan.
f. Batasi jumlah orang yang ada pada saat
persalinan.
Kala III
1.
Resti kekurangan volume cairan
berhubungan dengan pengeluaran pervaginam akibat atonia.
Tujuan :
a.
Tidak
terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP. Dengan KH
:
b.
Kontraksi uterus adekuat.
c. Kehilangan darah dalam batas normal
(<500 ml).
d. Tanda – tanda vital dalam batas
normal.
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk masase fundus.
b. Pantau tanda – tanda vital dan pengeluaran
pervaginam.
c. Palpasi uterus dan masase uterus perlahan
setelah pengeluaran plasenta.
d. Catat waktu dan mekanisme pelepasan
plasenta.
e. Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan
yang berlebihan.
f. Inspeksi permukaan plasenta maternal dan
janin, perhatikan ukuran, insersi tali pusat dan ketuban.
g.
Berikan cairan peroral.
h. Hindari menarik tali pusat secara
berlebihan.
Kala IV
1. Perubahan ikatan proses keluarga
berhubungan dengan transisi atau peningkatan perkembangan anggota keluarga.
Tujuan :
Klien mampu beradaptasi dengan
perubahan setelah melahirkan dengan KH
a.
Klien menggendong bayinya.
b. Klien mampu mendemonstrasikan perilaku
kedekatan dan ikatan yang tepat.
Intervensi :
a.
Anjurkan klien untuk menggendong,
menyentuh dan memeriksa bayi.
b.
Anjurkan ayah untuk menyentuh
dan menggendong bayi serta membantu dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.
c.
Observasi dan catat interaksi
bayi – keluarga, perhatikan perilaku untuk menunjukkan ikatan dan kedekatan
dalam budaya khusus.
d. Catat perilaku / pengungkapan yang
menunjukkan kekecewaan / kurang minat / kedekatan.
e. Anjurkan dan bantu pemberian ASI.
3.4.
Evaluasi
Kala I
1.
Kemajuan persalinan yang
normal, DJJ positif tanpa ada tanda distress.
2.
Klien puas dengan bantuan orang
terdekat dan staf
3.
Klien mengungkapkan , ingin
berpartisipasi dalam perawatannya dan bertoleransi sepanjang persalinan.
Kala II
1.
Ibu puas dengan kemampuan untuk
mengelola nyerinya
2.
Klien berpartisipasi dalam
persalinan
3.
Bayi lahir sehat
4.
Ibu merasa nyaman dan keluarga
mendukung
5.
Tidak ada cedera pada ibu dan
bayi
Kala III
1. Plasenta lahir dan perdarahan kurang dari 500 ml
2. Ibu disiapkan untuk sensasi
yang akan dialami selama kelahiran plasenta.
3. Ibu dan bayi memulai proses bounding attachment (hubungan dekat Ibu
dan anak)
Kala IV
1.
Jumlah darah / lokea kurang
satu pembalut per jam
2.
Klien mengungkapkan kepuasan (
lega ) dengan proses persalinan
3.
Proses kedekatan ( bounding
attachment ) dimulai
4.
Klien mengungkapkan kenyamanan
& keamanan meningkat setelah tindakan keperawatan untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan ketidak amanan
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Post partum adalah proses lahirnya
bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu
dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Saifuddin,2002). Post portum/ masa nifas dibagi dalam 3
periode (Mochtar, 1998) yaitu puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, purperium intermedial yaitu kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya mencapainya 6 – 8 minggu dan remote
puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi.
4.2. Saran
a.
Pasien
Diharapkan pasien dapat memahami
pengertian, penyebab, klasifikasi, fisiologi dan penatalaksanaan pada saat post
partum .
b.
Perawat
Diharapkan kepada perawat dapat menggunakan proses
keperawatan sebagai kerangka kerja untuk perawatan pasien dengan post partum.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. 2004. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman Perencanaan dan Dokumentasi
Perawatan Klien, Ed.2. Jakarta : EGC
Gary dkk. 2005. Obstetri
Williams, Ed.21. Jakarta : EGC
Sarwono. 2009. Ilmu
Kebidanan. Jakarta :PT. Bina Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar