PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK PERSEPSISENSORI PADA PASIEN HALUSINASI OLEH PERAWAT DIRUANG
MERPATI II RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2014
Oleh
Dwi Novita Sari Dan Ria Putri Anggraeni
Program
Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang
Email: sharidwi62@yahoo.com
|
Abstrak
Kesehatan jiwa
adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional
secara optimal dari seseorang dan berkembang, ini berjalan selaras dengan orang
lain. Menurut world healt organisasion (
WHO ) diperkirakan tidak kurang dari 450 juta pasien jiwa.Halusinasi dapat
didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang dimana seseorang
tidak terdapatnya stimulus.Salah satu terapi keperawatan jiwa yang dapat
mendukung spikoterapi adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK). Terapi aktivitas
kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang
digunakan sebagai tetapi kelompok digunakan sebagai asuhan.
Disain penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif
dengan pendengkatan fenomonologi dengan metode wawancara mendalam dan observasi
parisipan. Informan dalam penelitian ini ada 6 orang informan, yaitu 1 key
informan, 4 perawat pelaksana dan 1 pasien observasi. Penelitian dilakukan pada
tanggal 27 Oktober – 18 November 2014, tempat penelitian di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa informasi yang didapatkan tentang
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok persepsi sensoris pada pasien halusinasi
oleh perawat diruang Merpati II Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatra
Selatan sudah didapatkan, yaitu pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada
tahap persiapan, orientasi, kerja, dan
terminasi jarang dilakukan oleh perawat melainkan oleh mahasiswa yang praktik
saja. Namun terapi aktivitas kelompok diruang merpati II diganti dengan morning
meeting yang dilakukan oleh perawat setiap pagiya.
Saran untuk
Rumah Sakit Ernaldi Bahar adalah untuk kian meningkatkan pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok pada pasien jiwa.
Kata
Kunci :
Halusinasi, Terapi Aktivitas Kelompok
DaftarPustaka : 22 (2005 – 2014)
Abstract
Mental health is a condition that allows the development of physical, intellectual, emotional optimally from someone and grow, it goes in harmony with others. According to the World healt organisasion (WHO) estimated no less than 450 million patients jiwa.Halusinasi can be defined as a disruption of one's sensory perception wherein a person is not the presence of a therapeutic nursing stimulus.Salah soul that can support spikoterapi is Therapeutic Activity Group (TAK). Group activity therapy is one treatment modality performed nurse to a group of clients who have the same nursing. Activities are used as but used as a care group.
Mental health is a condition that allows the development of physical, intellectual, emotional optimally from someone and grow, it goes in harmony with others. According to the World healt organisasion (WHO) estimated no less than 450 million patients jiwa.Halusinasi can be defined as a disruption of one's sensory perception wherein a person is not the presence of a therapeutic nursing stimulus.Salah soul that can support spikoterapi is Therapeutic Activity Group (TAK). Group activity therapy is one treatment modality performed nurse to a group of clients who have the same nursing. Activities are used as but used as a care group.
This
research was done on October 27 to November 18, and using qualitative research
methods deskriktif qualitative approach by means of interviews with informants,
search data and observations in the field, informants of this study is the head
of the room, nurses and patients, so the total informant researchers as many as
6 people.
Based
on the results of this study concluded that the information obtained about the
implementation of group activity therapy sensory perception in patients with
hallucinations by nurses diruang Pigeons II Hospital of South Sumatra Province
Ernaldi Bahar has been established, namely the implementation of group activity
therapy at this stage of preparation, orientation, work, and termination rarely
performed by nurses, but by the students who practice alone. But the group
activity therapy diruang pigeon II replaced with morning meeting conducted by
nurses every pagiya.
Suggestions
for Hospitals Ernaldi Bahar is to further increase the implementation of group
activity therapy in psychiatric patients.
Keywords: Hallucination, TherapeuticActivity Group
Bibliography: 22 (2005 -
2014)
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah
kesehatan jiwa mempunyai lingkup yang sangat luas dan kompleks serta saling
berhungan satu dengan yang lainya. Apabila individu tidak mampu mempertahankan
keseimbangan kondisi mental yang sejahtera maka induvidu tersebut akan
mengalami gangguan. Dan apabila gangguan tersebut
secara psikologis maka akan mengakibatkan individu mengalami gangguan jiwa.
Dari berbagai penyelidikan dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan
dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik,
maupun yang mental. (Yosep, 2010)
Keperawatan jiwa
merupakan sebagai karakteristik positif yang mengambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan keperibadian, kesehatan jiwa
adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,intelektual, emosional
secara optimal dari seseorang dan berkembang, ini berjalan selaras dengan orang
lain. ( Kusumawati, 2012 )
Menurut american nurse association (ANA)
keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktik keperawatan yang mengunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan mengunakan diri sendiri secara
teraupetik dalam meningkatkan mempertahankan. Serta memulihkan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada.Fokusya adalah pengunaan diri sendiri secara
teraupetik artinya perawat jika membutuhkan alat atau media untuk melakukan
perawatan. Alat yang digunakan selain keterampilan teknik dan alat dan
alat-alat klinik yang terpenting mengunakan diri sendiri (use self therapeutik). Sebagai contoh gerak tubuh (posture) tatapan mata (eye) dan sebagainya. (Kusumawati, 2012)
Menurut WHO jika 10% dari populasi mengalami masalah kesehatan jiwa sejalan
dengan pradigma sehat yang dicanangkan dapartmen kesehatan yang lebih
menekankan upaya proaktif melakukan pencegahan dari pada menunggu dirumah
sakit. (Yosep, 2011)
Di Indonesia
diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah
penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Bila separuh dari mereka itu
memerlukan keperawatan dirumah sakit dan jika Indonesia berpenduduk 120 juta
jiwa maka ini berarti 120 ribu orang dengan gangguan jiwa memerlukan perawatan
dirumah sakit padahal yang tersedia sekarang hanya sekitar 10.000 tempat tidur.
Sejak dahulu indonesia dikenal dengan adanya gangguan jiwa. (Yosep,
2007)
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya
persepsi sensori seseorang dimana seseorang tidak terdapatnya stimulus. Tipe
halusinasi yang paling sering adalah pendengaran (audiotory hearing voices or sounds), penglihatan (visual seeing voices or sound), penciuman
(olfoctory smeliing olders)
pengecapan (gustatory exprencing taster ).
Medikasi anti spikotik adalah anti dari pengobatan skizofrenia dengan gejala
disamping itu penelitian memperkuat perbaikan klinis seperti spikoterapi,
sportif induvidual atau kelompok.Salah satu terapi keperawatan jiwa yang dapat
mendukung spikoterapi adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK). (Maramis, 2004)
Perawat diperlukan terhadap
kemampuan mengontrol halusinasi dengan tindakan seperti TAK ( terapi aktivitas
kelompok). Terapi
aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
yang digunakan sebagai tetapi kelompok digunakan sebagai asuhan. Terapi
aktivitas kelompok dibagi empat yaitu terapi aktivitas stimulasi persepsi,
Terapi aktivitas persepsi sensori, terapi aktivitas kelompok orientasi realita,
dan terapi sosialisasi . terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai
terapi tambahan, sejalan dengan dengan hal tersebut, maka lancester
mengumukakan beberapa aktivitass digunakan pada terapi aktivitas digunakan
sebagai terapi aktivitas kelompok seperti mengambar, mendengarkan musik,
membaca puisi, Wilson dan Kneisl (1992) menyatakan bahwa terapi aktivitas
kelompok adalah menual reakreasi dan teknik kreativitas untuk memfasilitasi
pengalaman seseorang serta meningkatkan respons sosial dan harga diri.
Aktivitas yang digunakan adalah seperti membaca puisi,seni, mendegarkan musik,
menari, dan literatur.(Keliat,2004)
1.2
Tujuan Peneliti
1.2.1 Tujuan Umum
Diperoleh
informasi mendalam tentang pelaksanaan terapi aktivitas kelompok persepsi
sensori oleh perawat di ruang merpati rumah sakit Ernaldi Bahar Sumatra Selatan
Tahun 2014
1.2.2
Tujuan
Khusus
1.
Diperolehnya
informasi mendalam tentang persiapan perawat ruang merapati dalam pelaksanaan
terapi aktivitas kelompok pada pasien halusinasi diruang Merpati Rumah Sakit
Ernaldi Bahar tahun 2014.
2.
Diperolehnya
informasi mendalam tentang orientasi pelaksanaan terapi aktivitas kelompok oleh
perawat ruang merpati pada pasien halusinasi diruang Merpati Rumah Sakit
Ernaldi Bahar tahun 2014.
3.
Diperolehnya
informasi mendalam tentang tahap kerja pelaksanaan terapi aktivitas kelompok
oleh perawat ruang merpati pada pasien halusinasi diruang Merpati Rumah Sakit
Ernaldi Bahar tahun 2014.
4.
Diperolehnya
informasi mendalam tentang tahap terminasi pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok oleh perawat ruang merpati pada pasien halusinasi diruang Merpati
Rumah Sakit Ernaldi Bahar tahun 2014.
1.3
Manfaat
Penelitian
1.3.1 Manfaat
Bagi STIK Bina Husada Palembang
Hasil penelelitian ini digunakan sebagai
refrensi dan manfaat bagi penelitian selanjutnya serta dapat menambahkan
wawasan dan pengetahuan yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan
sendiri.
1.3.2
Manfaat
Bagi Peneliti
Untuk menambahkan wawasan pengetahuan
dan keterampilan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan khususnya dalam
bidang keperawatan jiwa untuk menerpkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan
di STIK bina husada.
1.3.3
Manfaat
Bagi Institusi Rumah Sakit Dr Ernaldi Bahar Provinsi Sumatra Selatan
Sebagai bahan kajian oleh rumah Sakit
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatra Selatan untuk kian meningkatkan pelaksanaan
terapi aktivitas kelompok.
2.
METODE PENELITIAN
penelitian ini mengunakan metode
deskriktif kualitatif dan menggunakan
teknik wawancara mendalam dan observasi partisipan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok pada pasien halusinasi pendengaran di RS Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2014.Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober - 18 November 2014. Penelitian dilakukan
di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Fase Persiapan
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti pada fase persiapan terhadap kelima informan terdapat tiga
kategorik yaitu memilih pasien, waktu dan kontrak dan tempat, diperoleh
informasi sebagai berikut :
Kategorik 1 :
Memilih Pasien
“pada tahap persiaapan kita pilih dulu pasien
ya sesuai dengan diagnosa” (I)
“Pada
tahap persiapan kita persiapkan alat untuk pasien ya dulu ” (W)
“tahap
persiapan itu kita lakukan pertama kali ya,, memilih pasien, memilih pasiennya
sesuai diagnosa”(MO)
“
pada tahap ini yang kita lakukan pertama kalinya kita lakukan pemilihan pasien
sesuai diagnosa, sesuai dengan TAK yang akan kita lakukan” (MI)
“
tahap persiapan kita menentukan pasian TAK karna tidak semua pasien ikut karna
harus ada kreteria” (B)
Dari
hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dipersiapkan
perawat pada fase persiapan yang pertama adalah persiapan pasien sesuai
diagnosa.
Kategorik
2 : Waktu dan Kontrak
“pada
fase persiapan setelah memilih pasien kita persiapkan waktu dan kontraknya”
(MI)
“setelah
persiapan pasien ya ,, kita persiapkan waktunya kapan dan kita persiapkan
kontraknya” (W)
“setelah
memilih pasien kita lakukan kontrak dan kita tetapkan waktu ya kapan untuk
melakukan TAK nya” (I)
“setelah
itu kita persiapkan waktunya kapan dan kita persiapkan kontraknya” (MO)
“setelah kita pilih pasien sesuai diagnosa
kemudian kita tetapkan waktunya kapan dan lalu kita tetapkan kontraknya” (B)
Dari
hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dipersiapkan
perawat pada fase persiapan setelah persiapkan pasien adalah persiapan kontrak
dan waktu pelaksanaan TAK.
Kategorik
3: Tempat
“setelah kita menetapkan waktu dan tempatnya kita
persiapkan tempat pelaksanaan TAK nya” (MI)
“setelah
semua siap kemudian kita siapkan tempat TAK nya” (W)
“
setelah kita lakukan kontrak pada pasien itu kan kita persiapkan tempatya di
mana akan kita lakukan TAK nya” (I)
“setelah
pasien sudah dipilih kita persiapkan tempatnya untuk pelaksanaan TAK” (MO)
“setelah
semuaya sudah pasien sudah kita pilih pada fase persiapan yang terakhir itu
kita persiapkan tempatnya, eeeee,,,, tempat pelaksanaan TAK nya dimana akan kita lakukan”(B)
Dari
hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dipersiapkan
perawat pada fase persiapan adalah tempat pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok.
Hal ini sejalan dengan teori Keliat,
fase orientasi pada terapi aktivitas kelompok yaitu bahwa dijelaskan pada fase
orientasi dilakukan salam terupetik, memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan
dari kegiatan tersebut dan menjelaskan aturan main dalam pelaksanaan Terapi
aktivitas kelompok. (Keliat,2004)
Hal ini sejalan dengan penelitian
Evandri, tentang pelaksanaan terapi aktivitas kelompok orientasi realita dalam
mengatasi interaksi sosil pada pasien waham curiga oleh perawat merpati Rumah
Sakit Ernaldi Provinsi Sumatra Selatan Bahar Tahun 2013, menyatakan bahwa tahap
prainteraksi ialah menyeleksi pasien sesuai indikasi, mempersiapkan kontrak pertama
dan menyiapkan alat dan temapt pertemuan. (Evandri,
2013)
Berdasarkan hasil penelitian,observasi,
teori, dan penelitian terkait kemudian dilakukan triagulasi, peneliti berasumsi
bahwa semua informan mengetahui jawaban dari pertanyaan peneliti sesuai dengan
teori dan penelitian terkait dan informan mampu menjelaskan dan memahami
mengenai fase persiapan dimana perawat pada fase persiapan mempersiapakan
pasien sesuai diagnosa, tempat dan waktu pelaksanaan TAK.
2. Fase orientasi
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti pada fase orientasi terhadap kelima informan terdapat tiga
kategorik yaitu salam teraupetik,perkenalkaan diri dan menjelaskan tujuan,
diperoleh informasi sebagai berikut :
Kategorik 1:
Salam Teraupetik
“pada fase
orientasi kita lakukan ya,,, pertama kali salam teraupetik pada pasien’’ (MI)
“pertama kali
kita lakukan pada fase orientasi salam teraupetik. pada pasien”( I )
“fase
orientasi itu yang kita lakukan petama kiali salam,, ya seperti salam
teraupetik pada pasien’’ (W)
“kalu fase
orientasi itu ee,,, biasa nya kita lakukan salam teraupetik terlebih dahulu
pada pasien.” (MO)
“fase orientasi itu kita lakukan salam
teraupetik pada pasien nya supaya terbina hubungan saling percaya antara pasien
dan perawat saat pelaksanaan TAK nya” (B)
Dari
hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dilakukan
perawat pada fase orientasi adalah salam teraupetik.
Kategorik
2 : Perkenalkan Diri
“
ya,, setelah kita lakukan salam kita suruh pasien untuk menyebutkan nama pasien
satu persatu” (MI)
“
setelah itu kita persilahkan pasien untuk memperkenalkan diri satu persatu,
mulai dari menyebutkan nama dia dan nama panggilan dia’’ (I)
“
setelah salam kita lakukan perkenalkan diri pasien satu persatu setelah itu
kami juga perkenalkan diri juga” (MO)
“
sudah dari salam teraupetik itu kita suruh pasin yang melaksanakan TAK itu
untuk perkenalkan diri” (W)
“pada
fase orientasi itu setelah salam teraupetik kita suruh pasien untuk melakukan
perkenalan diri kedepan satu persatu begitu juga perawat yang melaksanakan TAK
tersebut” (B)
Dari
hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan pada fase
orientasi yang dilakukan oleh perawat pada fase orientasi adalah memperkenalkan
diri pasien.
Kategorik
3 : Menjelaskan Tujuan
“udah
itu kita jelaskan tujuan TAK, aturan-aturan TAK itu apa, yang boleh dan tidak
boleh dilakukan itu apa, disitu kita jelaskan pada pasien” (MI)
“
lalu kita jelaskan tujuan kita pada pasien serta aturan-aturannya supaya mereka
mengerti” (I)
“
setelah itu kita jelaskan tujuan TAK kita apa kepada pasien boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh pasien saat pelaksanaan TAK” (MO)
“
setelah perkenalan diri selesai kita harus menjelaskan peraturan TAK dan tujuan
dari TAK itu sendiri agar pasien tau” (W)
“
eeee,,, setelah itu kita jelaskan tujuan TAK kita, seperti jalannya TAK itu
seperti apa, kita jelasakan pada pasien, supaya mereka tau”(B)
Dari
hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dilakukan
perawat pada fase orientasi adalah menjelaskan tujuan TAK
Hal ini sejalan dengan teori Keliat,
fase orientasi pada terapi aktivitas kelompok yaitu bahwa dijelaskan pada fase
orientasi dilakukan salam terupetik, memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan
dari kegiatan tersebut dan menjelaskan aturan main dalam pelaksanaan Terapi
aktivitas kelompok. (Keliat,2004)
Hal ini sejalan dengan penelitian
Evandri tentang pelaksanaan terapi aktivitas kelompok orientasi realita dalam
mengatasi interaksi sosila pada pasien waham curiga oleh perawat merpati Rumah
Sakit Ernaldi Provinsi Sumatra Selatan Bahar Tahun 2013, menyatakan bahwa tahap
orientasi memberi salam teraupetik, evaluasi/ validasi dan kontrak pertama. (Evandri,2013)
Berdasarkan hasil penelitian,observasi,
teori, dan penelitian terkait kemudian dilakukan triagulasi, peneliti berasumsi
bahwa semua informan mengetahui jawaban dari pertanyaan peneliti sesuai dengan
teori dan penelitian terkait dan informan mampu menjelaskan dan memahami
mengenai fase orientasi dimana perawat pada fase orientasi melakukan salam teraupetik, perkenalan diri dan
menjelaskan tujuan TAK.
3.
Fase Kerja
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti pada fase kerja terhadap kelima informan terdapat dua
kategorik yaitu menjalankan tujuan dan menceritakan halusinasi, diperoleh
informasi sebagai berikut :
Kategorik
1 : Menjalankan Tujuan
“pada fase ini
kita menjalankan tujuan TAK kita sensuai dengan apa yang kita jelaskan tadi
pada fase orientasi tadi” (MI)
“kita jelaskan
apa yang kita lakukan misalnya kita melakukan permainan apa sesuai dengan
tujuan TAK kita.” (I)
“kita jalankan
sesuai denga materi kita dan tujuan yang ingin kita capai apa” (W)
“kita akan
melakukan sesuai dengan tujuan kita tadi apa dan sesuai dengan step-stepnya”
(MO)
“fase kerja
biasanya kita menjalankan sesuai tujuan kita apa tadi” (B)
Dari hasil wawancara dan
observasi peneliti kepada kelima informan yang dilakukan perawat pada fase
kerja adalah menjalankan tujuan dari TAK.
Kategorik
2 : Menceritakan Halusinasi
“setelah
menjelaskan apa yang kita lakukan misalnya permainan kita apa nah setelah itu
kita suruh pasien untuk menjelaskan isi, kapan, dan frekuensi halusinasi
setelah pasien menceritakan kita beri reword seperti tepuk tangan” (MI)
“sudah kito
lakukan permainan kita suruh pasien untuk menceritakan isi halusinasinya,
setelah menceritakan kita beri pujian pada pasien” (I)
“kita jelaskan
apa yang akan kita lakukan misalnya kita apa, setelah itu kita kasih pasien
kesempatan untuk menceritakan isi halusinasinya” (MO)
“biasonya
setelah menjelaskan itu kita suruh klien untuk menceritakan kapan terjadinya
halusinasinya” (W)
“eee... biasanya
setelah kita jelaskan apa yang akan kita lakukan kemudian kita minta pasien
untuk melakukannya dan meminta pasien untuk menceritakan isi halusinasi, waktu
dan frekuensi terjadi nya halusinasi” (B)
Dari
hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dilakukan
perawat pada fase kerja adalah menceritakan kejadian halusinasi pasien.
Hal ini sejalan dengan teori keliat, pada
fase kerja pada terapi aktivitas kelompok yaitu mejelaskan terapi aktivitas
kelompok yaitu menegenal isi halusinasi tentang isiya, waktu terjadiya dan
situasi terjadiya dan perasaaan klien pada saat terjadi halusinasi. (Keliat, 2004)
Hal ini sejalan dengan penelitian
evandri tentang pelaksanaan terapi
aktivitas kelompok orientasi realita dalam mengatasi interaksi sosila pada
pasien waham curiga oleh perawat merpati Rumah Sakit Ernaldi Provinsi Sumatra
Selatan Bahar Tahun 2013, menyatakan bahwa tahap kerja yaitu mengenal orang,
tempat dan waktu. (Evandri, 2013)
Berdasarkan hasil penelitian,observasi,
teori, dan penelitian terkait kemudian dilakukan triagulasi, peneliti berasumsi
bahwa semua informan mengetahui jawaban dari pertanyaan peneliti sesuai dengan
teori dan penelitian terkait dan informan mampu menjelaskan dan memahami
mengenai fase kerja dimana perawat pada fase kerja menjalankan tujuan dari TAK, dan menceritakan
halusinasi.
4.
Fase Terminasi
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti pada fase terminasi terhadap kelima informan terdapat dua
kategorik yaitu evaluasi dan kontrak ulang, diperoleh informasi sebagai berikut
:
Kategorik 1 :
Evaluasi
“ pada fase ini
kita lakukan evaluasi dari semua tahap pada pasien. Setelah itu kita tanyakan
perasaan pasien setalah melakukan TAK” (MI)
“biasanya kita
tanyakan bagaima perasaan pasien setelah melakukan TAK, kita bisa berikan
pujian bahwa mereka telah dapat mengenal halusinasinya” (I)
“eee,, biasanya
kita pada saat selesai TAK kita lihat reaksi mereka setelah melakukan TAK
apakah mereka nyaman sertelah dilakukan TAK nya’’ (W)
“eee,, kita
evaluasi subjektiv dan evaluasi objectivnya misalnya respon pasien setelah
melakukan TAK itu sendiri” (MO)
“ kita evaluasi
bagaimana perasaannya secara subjectiv, pasiennya kemudian kita evaluasi
sebjectiv perasaanya dan kemampuannya.” (B)
Dari hasil wawancara dan
observasi peneliti kepada kelima informan yang dilakukan perawat pada fase
terminasi adalah melakukan evaluasi ke pada pasien setelah pelaksanaan TAK.
Kategorik
2 : Kontrak Ulang
“setelah
kita evaluasi pada pasien, jika perlu kita lakukan kontrak ulang untuk
pelaksanaan TAK selanjutnya” (MI)
“biasanya
setelah kita lakukan evaluasi kita akan melakukan kontrak lagi jika diperlukan”
(I)
“
setelah evaluasi kita lakukan kontrak ulang dan menentukan waktu selanjutnya
untuk melakukan pelaksanaan TAK kembali” (W)
“setelah
itu kita akan lakukan kontrak ulang untuk melaksanakan TAK kembali” (MO)
“evaluasi
selesai, proses selanjutnya kita lakukan kontrak kembali pada pasien untuk
pelaksanaan TAK nya” (B)
Dari
hasil wawancara dan observasi peneliti kepada kelima informan yang dilakukan
perawat pada fase terminasi adalah melakukan kontrak kembali untuk melaksanakan
TAK jika diperlukan.
Hal ini sejalan dengan teori keliat,
pada fase terminasi pada terapi aktivitas kelompok yaitu terapis menayakan
perasaan klien setelah megikuti terapi aktivitas kelompok. (Keliat, 2004)
Hal ini sejalan dengan penelitian
terkait desvira, tentang pegaruh terapi aktivitas kelompok orientasi realita
terhadap penurunan frukesnsi kejadian halusinasi pendengran diruang bangau
rumah sakit ernaldi bahar provonsi sumatra selatan tahun 2014, bahwa ada
pengaruh terhadap terapi aktivitas kelompok orientasi realita terhadap
penurunan frekuensi kejadian halusianasi pendengaran. (Devira, 2013)
Berdasarkan hasil penelitian,observasi,
teori, dan penelitian terkait kemudian dilakukan triagulasi, peneliti berasumsi
bahwa semua informan mengetahui jawaban dari pertanyaan peneliti sesuai dengan
teori dan penelitian terkait dan informan mampu menjelaskan dan memahami
mengenai fase terminasi dimana perawat pada fase terminasi perawat melakukan
evaluasi pada pasien dan kontrak ulang pasien jika diperlukan
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Simpulan
4.1.1
Fase
Persiapan
Kegiatan yang
dilakukan perawat dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok persepsi sensori
perawat mampu menjelaskan tentang fase persiapan sesuai dengan teori yaitu
perawat memilih pasien, membuat kontrak, persiapkan waktu dan tempat.
4.1.2
Fase
Orientasi
Kegiatan yang
dilakukan perawat dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok persepsi sensori
perawat mampu menjelaskan tentang fase orientasi sesuai teori yaitu salam
teraupetik, menjelaskan tujuan, menyebutkan nama dan menjelaskan aturan-aturan
permaianan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompom persepsi sensori.
4.1.3
Fase
kerja
Kegiatan yang
dilakuakan perawat dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok persepsi
sensori perawat pelaksana dapat memahami dan mengetahui proses fase kerja
dimana perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menceritakan
halusinasinya, kapan, dimana dan frekuensi terjadinya halusinasi
4.1.4
Fase
Terminasi
Kegiatan yang
dilakukan perawat dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok persepsi sensori
perawat mampu menjelaskan tentang fase terminasi sesuai teori yaitu
mengevaluasi dan menanyakan perasaan pasien setelah melakukan terapi aktivitas
kelompok, pasien mengulamgi menceritakan kapan, isi dan frekuensi halusinasi,
menyepakati terapi aktivitas kelompok yang akan datang dan menyepakati waktu
dan tempat.
4.2
Saran
4.2.1 Bagi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatra
Selatan
Sebagai
tempat perawatan diharapkan dapat membuat jadwal khusus untuk pelasksanaan
terapi aktivitas kelompok disetiap ruangan serta melengkapi sarana dan
prasarana dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok juga dapat membuat peraturan yang baku dalam menjalankan terapi aktivitas
kelompok.
4.2.2 Bagi STIK Bina
Husada
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan refrensi dan masukan guna pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya pelaksanan terapi aktivitas kelompok persepsi sensori
4.2.3 Bagi Peneliti
Selanjutya
Sesuai
dengan hasil penelitian yang didapatkan diharapkan dapat mengembangkan hasil
penelitian ini ketahap selanjutnya dalam manfaat terapi aktivitas kelompok pada
pasien halusinasi diruang Merpati II Dirumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatra Selatan Tahun 2014.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia,
nindy, 2013
prinsip
etika keperawatan, D-medika, jogjakarta
Direja,
Ade Herman Surya, 2011
buku
ajar asuhan keperawatan jiwa, Nuha Medika. Jogjakarta
Evandri, 2013
pelaksanaan terapi
aktivitas kelompok orientasi realita dalam mengatasi interaksi sosial pada
pasien waham curiga oleh perawat Rumah Sakit Ernaldi Bahar. Jurnal Bina Husada. Vol 1 No.1
Keliat,
Budi Anna, & Akemat, 2004
keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok, Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Keliat, Budi Anna, & utami, ria, 2005 proses keperawatan kesehatan jiwa. buku
kedokteran, jakarta
Kusumawati, Farida, & Hartono, Yudi, 2011
buku ajar keperawatan jiwa, Salemba Medika, Jakarta
Maramis, 2004
Nursalam,
2009
konsep
dan penerapan metodelogi penelian ilmu keperawatan, edisi 2:
Salemba Medika.jakarta
purwanigsih,
Wahyu & Karlina, Ina, 2010
asuhan
keperawatn jiwa. : Nuha Medika. Yogyakarta
Rumah
Sakit Ernaldi Bahar, 2014
Profil rumah sakit Ernaldi Bahar provinsi Sumatra
Selatan.Penerbit
Rumah sakit Ernaldi Bahar.
Saryono,
& Anggraini, Mekar Dewi, 2010
metodelogi
penelitian kualitatif: Nuha salemba.Yogyakarta.
Sinaga,
eva, 2012
pengalaman
perawat dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok.jurnal
online Vol. 1 No. 1 (http://ejournal-s1.unip.ac.id)
diakses pada tanggal 08 desember 2014
STIK
Bina Husada, 2014
Panduan penyusunan Skripsi program studi ilmu keprawatan. Penerbit STIK
Bina Husada
Utami, desvira 2013
pengaruh terapi aktivitas kelompok orientasi realita
terhadap penurunan frekuensi kejadian halusinasi pendengaran diruang bangau
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Bina Husada Vol. 1 No. 1
Yosep,
Iyus, 2007
keperawatan jiwa, PT. Refika Aditama, Bandung.
Yosep, Iyus, 2010
keperawatan jiwa, PT. Refika Aditama, Bandung.
Yosep, Iyus, 2011
keperawatan jiwa, PT. Refika Aditama, Bandung.